Survey Pakar Tahapan Penelitian

29 Perdagangan, Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian, pelaku usaha minyak pala, Badan Pusat Statistik dan lain-lain.

4.2.1. Survey Pakar

Survey ini dilakukan dalam kegiatan akuisisi pengetahuan dari pakar atau ahli terkait yang didasarkan atas pertimbangan dan kriteria: 1 keberadaan responden, keterjangkauan dan kesediaan untuk diwawancarai; 2 reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibelitasnya sebagai ahli; 3 pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut mampu memberikan saran yang benar, membantu dan memecahkan permasalahan serta menguasai bidangnya. Dalam memberikan saran dan pemecahan masalah seorang ahli mempunyai karakteristik efektif, efisien dan sadar akan keterbatasannya. Kegiatan dan informasi yang digali dari survey pakar adalah: 1 Identifikasi Sub Faktor Identifikasi dilakukan dengan pendekatan Model Diamond Porter melalui brainstorming dengan pakar, pengusaha minyak pala dan literatur 2 Analisis Faktor dan Sub Faktor Keunggulan Bersaing Untuk menganalisis faktor dan sub faktor penentu dayasaing minyak pala Indonesia digunakan alat analisis Interpretive Structural Modelling ISM. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data analisis ISM menggunakan Matlab 7. ISM adalah proses pengkajian kelompok group learning process untuk memotret perihal yang kompleks dari sistem, melalui pola-pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis dan kalimat dengan hasil analisis berupa model-model struktur. Teknik ISM terutama ditujukan untuk pengkajian suatu tim, namun bisa juga dipakai oleh seorang peneliti. Metode dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub elemen. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur didalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan Eriyatno 1998. 30 Penggunaan kedua metode tersebut pada dasarnya untuk menentukan skala prioritas penciptaan keunggulan bersaing dengan memanfaatkan faktor-faktor penentu dengan bobot tertinggi dan sub faktor penentu yang menjadi kunci keberhasilan. Untuk menentukan hierarki elemen kunci tahapannya adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan sub faktor penentu dayasaing minyak pala Indonesia ditentukan hubungan kontekstual perbandingan antar elemen yaitu ”A” lebih mendorong dari ”B” b. Menentukan notasi huruf kedalam matriks Structural Self Interaction Matrix SSIM, Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. Notasi-notasi huruf V, A, X dan O digunakan untuk melambangkan perbandingan antar elemen: V adalah e ij = 1 dan e ji = 0 A adalah e ij = 0 dan e ji = 1 X adalah e ij = 1 dan e ji = 1 O adalah e ij = 0 dan eji = 0 Simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual, sedangkan simbol 0 adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan konstektual, antar elemen i dan j dan sebaliknya. c. Menyusun Matriks Reachability Reachability Matriks RM yang dilakukan dengan mengubah simbol-simbol SSIM kedalam sebuah matriks biner. Aturan konversi menerapkan: • Jika hubungan E i terhadap E j = V dalam SSIM, maka elemen E ij =1 dan E ji =0 dalam RM. • Jika hubungan E i terhadap E j = A dalam SSIM, maka elemen E ij =0 dan E ji =1 dalam RM • Jika hubungan E i terhadap E j = X dalam SSIM, maka elemen E ij =1 dan E ji =1 dalam RM • Jika hubungan E i terhadap E j = O dalam SSIM, maka elemen E ij =0 dan E ji =0 dalam RM 31 d. Menentukan aturan transitivitas, jika matriks i,j = 0 maka periksa aturan transivitas matriksnya dengan aturan sebagai berikut: Jika elemen i,j=1 dan elemen j,k=1 maka elemen i,k harus =1 e. Menentukan revisi final SSIM Structural Self Interaction Matrix Jika matriks i,,j = 1 dan matriks j,i = 0 maka revisi i,,j = “V” Jika matriks i,,j = 0 dan matriks j,i = 1 maka revisi i,,j = “A” Jika matriks i,,j = 1 dan matriks j,i = 1 maka revisi i,,j = “X” Jika matriks i,,j = 0 dan matriks j,i = 0 maka revisi i,,j = “O” f. Menentukan Dependence D dengan rumus Absis i = ∑ = n i 1 matriks i,j ............................................. 5 g. Menentukan Driven Power DP dengan rumus Ordinat i = ∑ = n j 1 matriks i,j .......................................... 6 h. Memplot elemen ke dalam 4 sektor Jika absis i = jumlah elemen2 dan ordinat i= jumlah elemen2 maka: sektor i = 1 Jika absis i = jumlah elemen2 dan ordinat i= jumlah elemen2 maka: sektor i = 2 Jika absis i = jumlah elemen2 dan ordinat i = jumlah elemen2 maka: sektor i = 3 Jika absis i = jumlah elemen2 dan ordinat i = jumlah elemen2 maka: sektor i = 4 Matriks Driver PowerDP–DependenceD berguna untuk melihat tingkat daya dorong dan ketergantungan dari tiap-tiap sub faktor penentu. Secara garis besar klasifikasi sub elemen digolongkan kedalam 4 sektor yaitu: a. Sektor 1: weak driver-weak dependent variables Autonomus. Sub elemen yang masuk kedalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Nilai DP 0.5X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. 32 b. Sektor 2: weak driver-strongly dependent variables Dependent. Umumnya sub elemen yang masuk kedalam sektor ini tidak bebas. Sub elemen masuk sektor ini jika Nilai DP 0.5X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. c. Sektor 3: strong driver-strongly dependent variables linkages. Sub elemen yang masuk kedalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antar sub elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen akan memberik an dampak terhadap sub elemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Sub elemen yang masuk kedalam sektor ini jika nilai DP 0.5X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. d. Sektor 4: strong driver weak dependent variables independent. Sub elemen yang masuk kedalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub elemen masuk kedalam sektor 4 jika Nilai DP 0.5X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen.

4.2.2. Analytical Hierarchy Process