89 9
Fasilitasi pemerintah untuk pengadaan bibit tanaman pala, alat dan teknologi penyulingan
Falitas pemerintan untuk pengadaan bibit tanaman pala, alat dan teknologi penyulingan akan mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas produk minyak
pala yang dihasilkan. Melalui fasilitas ini pengusaha bisa mendorong dayasaing dangan produuk yang berkaulitas dan dengan harga produk yang kompetitif.
6.6.2. Model Struktural Faktor Peran Pemerintah
Untuk mengetahui sub faktor peran pemerintah yang mempunyai kemampuan yang besar untuk mendorong peningkatan dayasaing minyak pala
maka dibangun model struktural penentu dayasaing dengan mengolah hasil indentifikasi sub sektor itu dengan analisis ISM.
Hasil Reachability Matriks final SSIM untuk faktor penentu peran pemerintah disajikan pada Tabel 18, dimana sub faktor penentu peran pemerintah
yang memiliki driver power besar adalah kebijakan pemerintah dalam mendorong pengembangan industri hulu, antara dan hilir dan kebijakan pemerintah dalam
investasi. Berdasarkan nilai DP dan P pada Tabel 16 disusun Diagram Model struktural faktor penentu peran pemerintah yang terdiri dari 5 level Gambar 19.
Tabel 18 Hasil Reachability Matrix final sub faktor penentu peran pemerintah
Sub Faktor Penentu Ke- DP
R 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
9 1
2
1 1
1 1
1
4 3
3
1 1
1 1
1 1
1 1
1
7 2
4
1 1
1 1
1
4 3
5
1 1
1 1
1 1
6 3
6
1 1
1 1
1
4 3
7
1 1
1 1
1
4 4
8
1
1 5
9
1 1
1 1
1 1
1
7 2
D 2
8 2
8 4
8 8
9 3
L 5
2 5
2 3
2 2
1 4
Keterangan: 1. Kebijakan pemerintah dalam mendorong pengembangan industri hulu, antara dan hilir
2. Kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor bahan baku minyak pala 3. Kebijakan pemerintah dalam investasi
4. Kebijakan pemerintah dalam perpajakan ekspor produk pertanian 5. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan standar bahan baku pala dan produk antara
6. Kebijakan pemerintah dalam bentuk insentif harga setiap peningkatan mutu minyak pala 7. Kebijakan pemerintah dalam pembatasan import ”produk antara” berbasis minyak pala
8. Menyediakan informasi pasar dan promosi ekspor 9. Fasilitasi pemerintah untuk pengadaan bibitbenih tanaman pala, alat dan teknologi
penyulingan, pengembangan pasar
90 Faktor yang berada pada Level 5 ini akan mendorong sub faktor lainnya
yang berada di level 4,3,2 dan 1 sehingga membentuk suatu sistem yang akan memperkuat dayasaing minyak pala dari aspek keberadaan industri terkait dan
pendukung.
Gambar 19 Diagram model struktural untuk faktor penentu peran pemerintah Gambar 20 menunjukkan kebijakan pemerintah dalam memberikan intensif
harga pada setiap peningkatan mutu minyak pala, kebijakan pemerintah dalam pembatasan import produk antara, kebijakan pemerintah melarang eksporbahan
baku minyak pala, kebijakan pemerintah dalam perpajakan dan menyediakan informasi pasar dan promosi ekspor berada pada sektor 2. Keempat sub faktor
penentu ini bersifat tidak bebas, artinya kinerja dari sektor ini dipengaruhi oleh sub faktor lainnya.atau merupakan akibat dari kegiatan sub faktor lainnya. Jika
tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka keempat sub faktor ini kurang memberikan dampak. Pada sektor 4 terdapat 4 sub faktor penentu yaitu kebijakan
pemerintah dalam mendorong pengembangan industri hulu, antara dan hilir, kebijakan pemerintah dalam investasi, fasilitasi pemerintah untuk pengadaan bibit
tanaman pala, alat penyulingan dan informasi pasar. Keempat sub faktor ini
Level 5 Level 1
8
1 3
2 4
6 7
Level 2
Level 3
Level 4
5
9
91 merupakan faktor penggerak driver power yang besar namun punya sedikit
ketergantungan pada program.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Dependence Driver power
Sektor 4
Sektor 1 Sektor 2
Sektor 3 1, 3
5 9
2, 6, 7
8
Gambar 20 Matriks Driver Power DP – Dependence D untuk Faktor Peran Pemerintah
VII. STRATEGI PENINGKATAN DAYASAING MINYAK PALA
7.1. Skenario Peningkatan Dayasaing Minyak Pala
Skenario peningkatan dayasaing minyak pala Indonesia terdiri atas lima level kriteria penetapan yaitu sasaran utama, faktor, aktor, tujuan dan strategi.
Hasil keseluruhan pembobotan dari masing-masing level dan elemen oleh lima orang pakar yang kompeten, setelah diolah lebih lanjut menggunakan metode
AHP, diperoleh nilai bobot prioritas untuk masing-masing elemen peningkatan dayasaing sebagaimana disajikan pada Gambar 21.
7.1.1. Prioritas Faktor Penentu
Berdasarkan hasil pengolahan vertikal antara enam elemen faktor terhadap sasaran utama, diperoleh prioritas 1 adalah peran kesempatan dengan bobot
0.2621 dalam bentuk penemuan inovasi teknologi penyulingan minyak pala yang berdampak pada efisiensi biaya produksi sehingga kualitas dan harga minyak pala
yang dihasilkan akan lebih tinggi. Prioritas 2 adalah faktor sumberdaya dengan bobot 0.2452. Melalui pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal
akan menjamin kualitas dan kontinyuitas ketersediaan biji pala sebagai bahan baku yang diperlukan usaha penyulingan. Prioritas 3 adalah peran pemerintah
dengan bobot 0.1530. Peran pemerintah yang diharapkan adalah dengan mengeluarkan perangkat kebijakan dan fasilitasi untuk pengembangan minyak
pala. Sub faktor kunci yang berperan dalam peningkatan dayasaing, enam sub
faktor berturut-turut yang memiliki prioritas tertinggi adalah penemuan inovasi teknologi penyulingan bobot 0.1906, ketersediaan bahan baku yang kontinyu
bobot 0.0743, kemauan dan kemampuan perusahaan bersaing global bobot 0.0773, diversifikasi kegunaan minyak pala 0.0715, keberadaan lembaga
penelitian bobot 0.0683 dan ketersediaan bahan baku yang seragam bobot 0.0638. Dengan memberikan perhatian terhadap keenam sub faktor tersebut
peningkatan dayasaing minyak pala dari faktor sumberdaya dapat diwujudkan.