Bahan baku Agroindustri Minyak Pala

7 memiliki prospek yang sangat baik, meskipun dikelola oleh industri kecil yang tersebar di seluruh sentra produksi. Secara umum kegiatan industri kecil sangat mendominasi struktur perekonomian Indonesia. Menurut Hanan 2003, dari segi kuantitatif, pelaku usaha di Indonesia tercatat 41,36 juta unit dengan 99,9 diantaranya adalah usaha kecil menengah UKM yang mampu menyerap 99,45 dari seluruh jumlah tenaga kerja nasional sekitar 76,97 juta orang. Khusus pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, UKM menyerap tenaga kerja sekitar 49. Dengan demikian, keberlanjutan industri kecil mendapat prioritas untuk dikembangkan dan didukung secara ekonomis maupun sosial politik Hubeis, 1997.

2.1.1. Bahan baku

Tanaman pala Myristica fragrans Houtt merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang berasal dari Malaise archipel, yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku Sunanto 1993. Tanaman pala tergolong dalam famili Myristicaceae dengan kira-kira 200 species dan seluruhnya tersebut di daerah tropis. Jenis tanaman pala yang baik digunakan sebagai bahan baku industri minyak atsiri dilihat dari kuantitas dan kualitas produksinya adalah pala Banda, Sian, Patani, Ternate dan Pala Tidore. Syukur dan Hernani 2002, menyatakan ada beberapa species pala selain Myristica fragrans Houtt Pala Banda, yaitu Myristica argentea Warb Pala Papua, Myristica malabarica Pala Malabar dan Myristica succedena Blume Pala Halmahera. Diantara jenis-jenis tersebut yang bermutu baik adalah Myristica fragrans Houtt. Secara fisik kualitas buah pala didasarkan pada tingkat kemasakan yang berwarna kuning kehijauan dengan tekstur keras dan diameter buah antara 3 – 9 cm. Bagian buah pala terdiri atas daging dan biji pala serta fuli, tempurung, dan daging biji Gambar 1. Di antara daging dan biji terdapat selaput seperti jala yang di dalam dunia perdagangan disebut fuli Purseglove et.al., 1981. Fuli dari buah pala yang belum cukup masak berwarna kuning pucat dan akan berubah warna menjadi coklat muda pada saat pengeringan. Fuli yang sudah tua berwarna merah api dan akan berwarna merah coklat pada saat kering. Apabila fuli disimpan 8 dalam waktu yang lama akan berubah menjadi kuning tua hingga kuning orange seperti warna jerami. Menurut Somaatmadja dan Herman 1984, buah pala segar dapat dihas ilkan daging buah sebanyak 83.3, fuli 3.22, tempurung biji 3.94 dan daging biji sebanyak 9.54. Gambar 1. Buah Pala dan bagian-bagiannya Daerah penghasil utama pala di Indonesia berturut-turut adalah Sulawesi Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Maluku dan Papua, sedangkan daerah potensial penghasil pala adalah Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat dimana sebagian besar 99.63 diproduksi oleh perkebunan rakyat PR sedangkan sisanya sebesar 0.37 diusahakan oleh perkebunan besar swasta PBS dan Perkebunan Besar Negara PBN DBPP 2004. Walaupun luas areal perkebunan pala mengalami peningkatan, namun peningkatannya tidak signifikan, dari 12.745 ha pada tahun 1967 menjadi 61.558 ha pada tahun 2002 Lampiran 3 dengan laju peningkatan sebesar 2.9 per tahun. Luas areal dan produksi perkebunan pala Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. 9 Tabel 1 Luas areal perkebunan dan produksi pala di Indonesia tahun 2003 No. Propinsi Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta Jumlah Luas ha Produksi ton Luas ha Produksi ton Luas ha Produksi ton Luas ha Produksi ton 1. NAD 11.551 4.965 11.551 4.965 2. Sumut 147 42 147 42 3. Sumbar 3.592 2.299 3.592 2.299 4. Lampung 10 3 10 3 5. Jabar 2.054 465 2.054 465 6. Banten 39 3 39 3 7. Jateng 384 9 302 11 686 20 8. Jatim 20 13 20 13 9. Bali 1 1 10. NTT 441 77 441 77 11. Kaltim 3 1 3 1 12. Sulut 16.870 7.524 16.870 7.524 13. Gorontalo 36 6 36 6 14. Sulteng 717 81 717 81 15. Sulsel 2.370 483 2.370 483 16. Sultra 141 28 141 28 17. Maluku 5.495 1.124 155 39 5.650 1.163 18. Mal.Ut 9.392 3.247 9.392 3.247 19. Papua 8.084 2.909 23.126 7.319 Indonesia 61.347 23.279 302 11 155 39 61.804 23.329 Sumber: Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2004 Menurut Ketaren 1985, minyak pala Indonesia berasal dari pala dan fuli “East India” yang terdiri dari 4 kelas mutu yang dicirikan oleh daerah penghasilnya yaitu: - Pala Banda, tergolong pala yang bermutu terbaik dalam perdagangan dan mengandung lebih kurang 8 persen minyak atsiri. - Pala Siam, mempunyai mutu hampir sama dengan pala Banda tetapi kadar minyaknya lebih kecil 6.5 persen. - Pala Penang, bermutu baik sebelum perang dunia kedua, namun sekarang mutunya menurun karena sering diserang ulat dan jamur. - Pala Dapur Myristica argentea W berbau kurang enak dan mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah. Ketaren 1985 juga menyatakan buah pala yang berumur 3-4 bulan mengandung lebih banyak minyak atsiri, sedangkan buah pala yang tua lebih banyak mengandung minyak berat fixed oil dan senyawa miristisin yang beraroma kuat. Komposisi kimia biji pala disajikan pada Tabel 2 berikut: 10 Tabel 2. Komposisi Kimia Biji Pala Komponen Fuli Biji Air 9,78-12,04 5,79-10,83 Protein 6,25-7,00 6,56-7,00 Minyak atsiri 6,27-8,25 2,56-6,94 Ekstrak alkohol 22,07-24,76 10,42-17,38 Minyak lemak 21,63-23,72 28,73-36,94 Pati 49,85-64,85 31,81-49,80 Serat Kasar 2,94-3,95 2,38-3,72 Abu 1,81-2,54 2,13-3,26 Winto. A.L. dan Winton K.B. di dalam Somaatmadja 1984

2.1.2. Teknologi Proses