32 b. Sektor 2: weak driver-strongly dependent variables Dependent. Umumnya
sub elemen yang masuk kedalam sektor ini tidak bebas. Sub elemen masuk sektor ini jika Nilai DP 0.5X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub
elemen. c. Sektor 3: strong driver-strongly dependent variables linkages. Sub elemen
yang masuk kedalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antar sub elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen akan
memberik an dampak terhadap sub elemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Sub elemen yang masuk kedalam sektor
ini jika nilai DP 0.5X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. d. Sektor 4: strong driver weak dependent variables independent. Sub elemen
yang masuk kedalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub elemen masuk kedalam sektor 4 jika Nilai DP 0.5X dan
nilai D 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen.
4.2.2. Analytical Hierarchy Process
Proses Hierarki Analitik Analytical Hierarchy ProcessAHP adalah suatu metode yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan agar dapat memahami
kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan Saaty 1993. Metode AHP digunakan untuk memodelkan strategi
peningkatan dayasaing minyak pala Indonesia dengan menggunakan penilaian komparasi berpasangan pairwise comparisons atau analisa pendapat terhadap
semua pihak yang terlibat dengan permasalahan tersebut. Tolok ukur konsistensi pendapat yang diberikan oleh responden untuk semua pihak yang terlibat
menggunakan rasio konsistensi CR. Menurut Budiharsono 2001, dalam memecahkan masalah dengan menggunakan analisis AHP mempunyai
keuntungan sebagai berikut : i.
Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk berbagai permasalahan yang tak terstruktur.
ii. Kompleksitas AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan permasalahan kompleks.
33 iii.
Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.
iv. Penyusunan hierarki AHP mencerminkan kecenderungan untuk memilih
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
v. Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal terwujud
untuk menetapkan prioritas. vi.
Konsistensi AHP melacak kosistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas,
vii. Sintesis AHP menuntut taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif. viii.
Tawar menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka. ix.
Penilaian dan konsensus AHP tidak memaksa konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang refresentatif dari berbagai penilaian yang
berbeda-beda dan x.
Pengulangan proses AHP memungkinkan orang-orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan
pengertian mereka melalui pengulangan. Diagram alir proses hierarki analitik disajikan pada Gambar 7 dengan
penjabaran sebagai berikut: 1
Identifikasi Sistem Dalam praktek, tidak ada prosedur untuk membangkitkan tujuan, kriteria
dan aktifitas yang dilibatkan dalam suatu hierarki bahkan dalam sistem yang lebih umum. Masalahnya adalah tujuan apa yang dipilih untuk mendekomposisikan
kompleksitas sistem Saaty 1993.
34 Hal yang dapat dilakukan dalam tahap identifikasi sistem sebelum tahap
penyusunan hierarki adalah mempelajari literatur untuk memperkaya ide atau diskusi untuk mendapatkan semua konsep yang relevan dengan permasalahan.
Pendekatan sistem dilakukan dengan cara menganalisis faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dayasaing minyak pala serta asumsi-asumsi
Gambar 7. Diagram alir analisis hierarki proses Saaty 1996
Identifikasi sistem Penyusunan hierarki
Penyusunan matrik pendapat Individu
Revisi pendapat
Penyusunan matriks gabungan
Perhitungan vektor prioritas
Pengolahan vertikal Vektor prioritas sistem
Revisi Pendapat Mulai
Selesai CI;CR
memenuhi ?
CI;CR memenuhi ?
35 untuk masa yang akan datang. Pendekatan yang tepat diharapkan mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai para pelaku usaha minyak pala Indonesia.
2 Penyusunan Hierarki
Hierarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistem. Abstraksi ini
mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari suatu puncak atau sasaran utama ultimate goal turun ke sub-sub tujuan tersebut, lalu ke pelaku aktor yang
memberi dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku dan kemudian kebijakan- kebijakannya, strategi-strategi dan akhirnya hasil dari strategi-strategi tersebut.
Dengan demikian hierarki adalah suatu sistem dengan tingkat-tingkat level keputusan yang terstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap
tingkat keputusan. Penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.
Abstraksi susunan hierarki keputusan menurut Saaty 1993 digambarkan sebagai berikut:
Level 1. Focus Sasaran Utama
Level 2. Forces F
FF FFF
........ Level 3. Actors
A AA
AAA ........
Level 4. Objectives O
OO OOO
........ Level 5. Scenario
S SS
SSS ........
Menurut Saaty 1993, tiap tingkat dari hierarki keputusan mempengaruhi faktor puncak atau tujuan utama dengan intensitas yang berbeda. Melalui
penerapan teori matematika dapat dikembangkan metoda yang mengevaluasi dampak dari suatu tin gkat keputusan terhadap tingkat keputusan terdekat
berdasarkan komposisi kontribusi relatif prioritas dari tiap elemen pada tingkat keputusan.
36 3
Penyusunan Matrik Pendapat a.
Komparasi Berpasangan Didalam menentukan tingkat kepentingan bobot dari elemen-elemen
keputusan yang ada pada setiap tingkat hierarki keputusan, penilaian pendapat judgement dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir yang dikombinasikan
dengan intuisi, perasaan, dan penginderaan. Penilaian pendapat dilakukan dengan kombinasi berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen
lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif.
Dalam pengkajian ini digunakan nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 Tabel 7. Hasil penelitian Saaty pada tahun 1980 untuk berbagai permasalahan
telah membuktikan bahwa nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 adalah yang terbaik, yaitu berdasarkan pertimbangan tingginya akurasi, yang ditunjukkan
dengan nilai RMS Root Mean SquareDeviation dan MAD Mean Absolute Deviation
. Tabel 7 Skala Penilaian Perbandingan Saaty
Intensitas Kepentingan
Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain
5 Elemen yang satu jelas penting dari elemen yang lain
7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dari elemen yang lain
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen yang lain
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu diantara kedua nilai pertimbangan yang berdekatan
11-9 Kebalikan nilai tingkat kepentingan skala 1-9
Sumber: Saaty 1980
b. Matriks Pendapat Individu
Jika C1, C2, ..., Cn adalah set elemen suatu tingkat keputusan dalam hierarki, maka kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan tiap
elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A yang berukuran n x n.
37 c.
Matriks Pendapat gabungan Matriks pendapat gabungan G merupakan susunan matrik baru yang
elemen matriksnya G
ij
berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu a
ij
yang rasio konsistensinya CR memenuhi persyaratan. d.
Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen
keputusan pada setiap tingkat hierarki keputusan. Perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal meliputi perkalian baris, Perhitungan vektor prioritas
atau vektor eigen, perhitungan nilai eigen maksimum ? max, Perhitungan indeks konsistensi CI, perhitungan rasio konsistensi CR.
e. Pengolahan Vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.
f. Revisi Pendapat
Penggunaan revisi pendapat sangat terbatas mengingat akan terjadi penyimpangan jawaban dari jawaban sebenarnya. Revisi pendapat dilakukan
apabila rasio konsistensi CR pendapat cukup tinggi.
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian