62 organisasi yang berhubungan dengan flavour dan fragrance. Di Indonesia saat ini
terdapat Asosiasi Eksportir Pala Indonesia AEPI dan asosiasi Eksportir Minyak Atsiri Indonesia, sedangkan asosiasi untuk industri minyak pala belum terbentuk
dan baru menjadi anggota IFEAT. 13 Ketersediaan eksportir yang mampu menciptakan pasar dan mencari niche
relung pasar serta berjiwa export preneurship Ketersedian eksportir yang mampu memciptakan pasar tergantung dari jiwa
kewirausahaan eksportir tersebut. Agar mampu menciptakan pasar diperlukan asosiasi dari eksportir untuk menyatukan sumberdaya yang ada. Saat ini terdapat
tujuh eksportir minyak pala yang terdaftar pada Badan Pengembangan Ekspor Nasional sebagaimana disajikan pada Lampiran 10. Keterkaitan para eksportir
dalam jaringa kerjasama dapat menumbuhkan persaingan yang baik, dimana informasi pasar, teknologi dan produk dapat dikembangkan secara bersama.
6.1.2. Model Struktural Penentu Dayasaing Faktor Sumberdaya
Untuk mengetahui sub faktor sumberdaya yang mempunyai kemampuan yang besar untuk mendorong peningkatan dayasaing minyak pala maka dibangun
model struktural penentu dayasaing berdasarkan hasil indentifikasi sub sektor dengan analsis ISM. Hasil Reachability Matriks final SSIM untuk faktor
sumberdaya disajikan pada Tabel 13 berikut: Tabel 13. Hasil Reachability Matrix final sub faktor penentu sumberdaya
Sub Faktor Penentu Ke- DP
R 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
1 1
1 1
1 1
1 1
7 3
2
1 1
1 1
4 4
3 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
13 1
4 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
13 1
5 1
1 1
1 1
1 1
1 1
9 2
6 1
1 1
1 1
1 1
1 1
9 2
7
1
1 5
8 1
1 1
1 1
1 1
7 3
9 1
1 1
1 1
1 1
7 3
10 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
13 1
11
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
13 1
12 1
1 1
1 4
4 13
1 1
1 1
4 4
D 9
12 4
4 5
5 13
9 9
4 4
12 12
L 3
2 5
5 4
4 1
3 3
5 5
2 2
63
Keterangan: D = Dependence
DP = Driver Power L = Level
R = Ranking 1. Ketersediaan sumberdaya manusia SDM perusahaanUKM yang menguasai teknologi
penyulingan minyak pala yang efisien 2. Ketersediaan SDM perusahaanUKM minyak pala yang menguasai manajemen produksi,
pemasaran dan berjiwa wirausaha 3. Ketersediaan lahan untuk pengembangan perkebunan pala
4. Iklim dan kondisi geografis yang mendukung budidaya tanaman pala 5. Ketersediaan bahan baku yang kontinyu
6. Kualitas bahan baku yang seragam 7. Ketersediaan informasi pasar
8. Ketersediaan hasil-hasil penelitian untuk pengembangan minyak pala 9. Pengembangan teknologi pengolahan minyak pala yang efisien
10. Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya pemodalan 11. Ketersediaan infrastruktur sarana transportasi
12. Ketersediaan lembagaasosiasi pelaku usaha minyak pala 13. Ketersediaan eksportir yang mampu menciptakan pasar dan mencari relung niche pasar
dan berjiwa export preneurship
Berdasarkan nilai L level, interpretasi dari Tabel 13 dan Gambar 9, ditunjukkan bahwa faktor sumber daya tergantung pada ketersediaan informasi
pasar, sehingga peningkatan dayasaing dapat terjadi apabila ketersediaan lahan, iklimkondisi geografik, infrastruktur dan permodalan mendukung. Pembentukan
dayasaing merupakan akibat informasi pasar yang tepat terhadap kualitas bahan baku dan kontinyuitasnya.
Gambar 9. Diagram model struktural untuk faktor penentu sumberdaya Keterangan:
?
artinya mendorong
Level 1
7
2 12
13
1 8
9
5 6
3 4
10 11
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
64 Gambar 10 terlihat bahwa tidak ada satupun sub faktor penentu sumberdaya
yang masuk didalam sektor 1, hal ini menunjukkan ketigabelas sub faktor penentu sumberdaya merupakan faktor yang terkait dalam sistem. Ketersediaan SDM
UKMperusahaan penyulingan minyak pala yang menguasai manajemen produksi dan pemasaran serta berjiwa wirausaha, ketersediaan lembagaasosiasi pelaku
usaha minyak pala, ketersediaan eksportir yang mampu menciptakan dan mencari relung pasar dan berjiwa export preneurship, serta ketersediaan informasi pasar
merupakan sub faktor penentu yang berada pada sektor 2. Keempat sub faktor penentu ini bersifat tidak bebas, artinya kinerja dari sub faktor ini dipengaruhi
oleh sub faktor lainnya atau merupakan akibat dari kegiatan sub faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka keempat sub faktor ini kurang
memberikan dampak.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13
1 2
3 4
5 6
7 8
9 1 0
11 12
1 3
Dependence Driver power
Sektor 4
Sektor 1 Sektor 2
Sektor 3 3, 4, 10, 11
5 ,6 1, 8, 9
3, 4, 10, 11
7
Gambar 10. Matriks Driver Power DP – Dependence D untuk faktor sumberdaya
Pada sektor 3 terdapat tiga sub faktor yaitu ketersediaan SDM pengolahan yang menguasai teknologi penyulingan yang efisien, ketersediaan hasil penelitian
65 untuk pengembangan minyak pala dan pengembangan teknologi pengolahan
minyak pala yang efisien. Setiap tindakan pada sub faktor ini akan menghasilkan keberhasilan dalam meningkatkan dayasaing minyak pala Indonesia sedangkan
lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Ketiga sub faktor ini akan memberikan dampak terhadap sub faktor lainnya dan
pengaruh umpan balik dari ketiganya akan memperbesar dampak. Pada sektor 4, terdapat 6 sub faktor penentu yaitu ketersediaan bahan baku
yang kontinyu, kualitas bahan baku yang seragam, ketersediaan lahan untuk pengembangan perkebunan pala, ketersediaan dan kemudahan akses terhadap
sumberdaya modal serta ketersediaan infrastruktur sarana transportasi. Keenam sub faktor ini merupakan faktor penggerak driver power yang besar namun
punya sedikit ketergantungan pada program.
6.2. Kondisi Permintaan 6.2.1. Faktor Penentu Dayasaing Faktor Kondisi Permintaan.