III. DAYASAING MINYAK PALA
3.1. Konsep Dayasaing
Dayasaing merupakan kemampuan produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah
dibanding produsen lain sehingga produsen memperoleh laba yang mencukupi dan dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya Simanjuntak 1992.
Menurut Salvatore 1997 menyatakan bahwa dayasaing komoditas tercermin dari harga jual yang bersaing dan mutu yang baik. Dayasaing adalah keunggulan dari
suatu perusahaan atau industri dalam menghadapi pesaingnya di pasar domestik atau internasional.
Dayasaing competitiveness seringkali dinyatakan dalam bentuk
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Suatu komoditi dianggap menguntungkan untuk diproduksi atau diusahakan dan dapat bersaing di pasar
internasional apabila komoditi tersebut mempunyai keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif maupun kompetitif
suatu aktivitas ekonomi dari suatu negara atau daerah menunjukkan keunggulan baik dalam potensi sumberdaya alam, penggunaan teknologi maupun kemampuan
manajerial dalam aktivitas yang bersangkutan Sudaryanto et al. 1993. Byerlee 1989 dalam Andriani 1999 menyatakan bahwa keunggulan
komparatif menggambarkan efisiensi penggunaan sumberdaya untuk memproduksi suatu produk tertentu yang diukur pada kondisi perdagangan
internasional. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis
artinya suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif disektor tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain.
Keunggulan komparatif berubah karena faktor yang mempengaruhinya. Soydlowsky 1984 dalam Saptana et al. 2001 menyatakan bahwa faktor-faktor
yang berubah terkait dengan keunggulan komparatif adalah ekonomi dunia, lingkungan domestik dan teknologi. Menurut Simatupang 1991 serta Sudaryanto
dan Simatupang 1993, konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran
16 dayasaing keunggulan potensial dalam arti dayasaing akan dicapai apabila
perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Asumsi perekonomian yang tidak mengalami hambatan atau distorsi sama
sekali sulit ditemukan dalam dunia nyata, khususnya di Indonesia sebagai negara yang berkembang. Oleh karena itu, keunggulan komparatif tidak dapat digunakan
sebagai indikator untuk mengukur keuntungan suatu aktivitas ekonomi dari sudut pandang badan atau orang-orang yang berkepentingan langsung dengan suatu
proyek. Konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan secara finansial adalah keunggulan kompetitif.
Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter pada tahun 1980 dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa keunggulan perdagangan
antara negara dengan negara didalam perdagangan internasional secara spesifik untuk produk-produk tertentu sebenarnya tidak ada. Fakta yang ada adalah
persaingan antara kelompok-kelompok kecil industri di satu negara dengan negara lainnya, bahkan antara kelompok industri yang ada dalam satu negara. Oleh
karenanya, keunggulan kompetitif dapat dicapai di suatu negara dengan meningkatkan produktivitas penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang ada Warr
1994, diacu dalam Novianti 1995. Keunggulan kompetitif adalah alat untuk mengukur kelayakan suatu
aktivitas atau keuntungan privat yang dihitung berdasarkan harga pasar dan nilai tukar resmi yang berlaku analisis finansial. Selanjutnya menurut Warr 1994
dalam Novianti 1995, keunggulan komparatif merupakan suatu ukuran dayasaing yang relevan bagi suatu negara sedangkan keunggulan kompetitif untuk
suatu perusahaan atau individu. Menurut Kasryno dan Simatupang 1990 analisis keunggulan komparatif
maupun kompetitif dapat mencakup tiga orientasi perdagangan yaitu 1 substitusi impor; manfaat yang diperoleh berupa penghematan devisa negara akibat
berkurangnya impor, 2 perdagangan antar daerah; manfaat yang diperoleh berupa penghematan devisa negara karena impor dari luar negeri digantikan oleh
perdagangan antar daerah 3 promosi ekspor; manfaat yang diperoleh berupa nilai devisa dari hasil produksi yang di ekspor.
17 Dayasaing internasional dari sebuah industri nasional didefinisikan dengan
industri tersebut memiliki posisi pasar yang superior melalui laba yang tinggi dan pertumbuhan yang konstan dibandingkan dengan pesaingnya Cho dan Moon
2003. Kesalahan konsep dalam dayasaing internasional adalah membagi dayasaing internasional menjadi dua golongan yaitu dayasaing harga seperti upah
minimal, tingkat kurs, produktivitas tenaga kerja dan dayasaing bukan harga seperti kualitas, pemasaran, jasa dan diferensiasi pasar Francis dan Tharakan
dalam Cho dan Moon, 2003.
3.2. Indikator Dayasaing