Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input

54 Berdasarkan tabel diatas, maka keuntungan mengalami penurunan dari Rp 1.098,00 menjadi Rp 876,00 untuk keuntungan privat, sedangkan untuk keuntungan sosial Rp 7.613,00 menjadi Rp 7.408 per kilogram. Dengan nilai yang masih positif 0 untuk KP dan KS maka usahatani ubi jalar di Kabupaten Sumedang masih menguntungkan baik secara finansial maupun ekonomi bila terjadi kenaikan upah tenaga kerja. Untuk nilai PCR yaitu 0,65 nilai DRC 0,17 masih memiliki nilai kurang dari satu yang mengindikasikan bahwa usahatani ubi lebih memiliki daya saing baik keunggulan kompetitif maupun komparatif dibandingkan sebelum adanya perubahan upah tenaga kerja. Dengan meningkatnya upah hanya berdampak pada keuntungan yang didapatkan, tetapi untuk keunggulan kompetitif maupun komparatif menjadi lebih baik dengan nilai PCR dan DRC yang lebih tinggi.

7.2 Analisis Sensitivitas Bila Terjadi Perubahan Jumlah Produksi

Jumlah Produksi pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan sekitar 50 persen dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu dan sering terjadi hujan sehingga tanaman mudah terserang penyakit yang berakibat pada penurunan produktivitas. Selain faktor cuaca, penurunan produksi bisa diakibatkan oleh serangan hama lanas dan kualitas bibit yang dipakai secara terus menerus dan berdampak pada keuntungan petani, dengan adanya permasalahan tersebut, maka sensitivitas terhadap penurunan output perlu dianalisis kelayakannya dengan asumsi faktor-faktor lain tetap ceteris paribus dan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Analisis Sensitivitas Usahatani Ubi jalar bila terjadi Perubahan Jumlah Produksi 50 persen Nilai KP KS PCR DRC Sebelum Perubahan 1.098,00 7.613,00 0,56 0,14 Sesudah Perubahan -484,00 2.746,00 1,41 0,37 55 Berdasarkan Tabel 17, bila terjadi penurunan output sebesar 50 persen, maka nilai Keuntungan Privat menjadi negatif KP0 menjadi negatif Rp 484,00 per kilogram, nilai tersebut mengindikasikan berarti usahatani ubi jalar tidak menguntungkan secara finansial dan tidak memiliki keunggulan kompetitif. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai PCR yang lebih dari satu PCR1 yaitu 1,41 sehingga sistem komoditas ubi jalar tersebut tidak mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat. Sebaliknya dengan Keuntungan Sosial, nilainya masih positif KS0 sehingga masih menguntungkan secara ekonomi, walaupun keuntungannya lebih rendah menjadi Rp 2.746,00 . Dengan nilai KS yang masih positif, berdampak pada nilai DRC yang masih kurang dari satu DRC1, yang berarti usahatani Ubi Jalar di Kabupaten Sumedang pada saat output turun masih memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai DRC yaitu 0,37.

7.3 Analisis Sensitivitas bila Terjadi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Husni tahun 2003, ekspor produk pertanian dalam jangka panjang dipengaruhi oleh investasi privat di sektor pertanian, harga ekspor dan nilai tukar riil. Dikarenakan pengaruhnya sangat dominan terhadap komoditas yang memiliki orientasi dan potensi ekspor maka nilai tukar riil, sangat perlu dihitung sensitivitasnya untuk mengetahui dayasaing usahatani ubi jalar. Analisis yang dilakukan adalah bila nilai tukar Rupiah terhadap Dollar melemah menjadi Rp 10.950,00 dengan asumsi faktor lainnya ceteris paribus , nilai tersebut didasarkan pada nilai tengah kurs Rupiah lima tahun terakhir. Indikator yang dianalisis nilainya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Analisis Sensitivitas Usahatani Ubi jalar bila terjadi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Nilai KP KS PCR DRC Sebelum Perubahan 1.098,00 7.613,00 0,56 0,14 Sesudah Perubahan 1.098,00 10.054,00 0,56 0,12