Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input-Output

55 Berdasarkan Tabel 17, bila terjadi penurunan output sebesar 50 persen, maka nilai Keuntungan Privat menjadi negatif KP0 menjadi negatif Rp 484,00 per kilogram, nilai tersebut mengindikasikan berarti usahatani ubi jalar tidak menguntungkan secara finansial dan tidak memiliki keunggulan kompetitif. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai PCR yang lebih dari satu PCR1 yaitu 1,41 sehingga sistem komoditas ubi jalar tersebut tidak mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat. Sebaliknya dengan Keuntungan Sosial, nilainya masih positif KS0 sehingga masih menguntungkan secara ekonomi, walaupun keuntungannya lebih rendah menjadi Rp 2.746,00 . Dengan nilai KS yang masih positif, berdampak pada nilai DRC yang masih kurang dari satu DRC1, yang berarti usahatani Ubi Jalar di Kabupaten Sumedang pada saat output turun masih memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai DRC yaitu 0,37.

7.3 Analisis Sensitivitas bila Terjadi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Husni tahun 2003, ekspor produk pertanian dalam jangka panjang dipengaruhi oleh investasi privat di sektor pertanian, harga ekspor dan nilai tukar riil. Dikarenakan pengaruhnya sangat dominan terhadap komoditas yang memiliki orientasi dan potensi ekspor maka nilai tukar riil, sangat perlu dihitung sensitivitasnya untuk mengetahui dayasaing usahatani ubi jalar. Analisis yang dilakukan adalah bila nilai tukar Rupiah terhadap Dollar melemah menjadi Rp 10.950,00 dengan asumsi faktor lainnya ceteris paribus , nilai tersebut didasarkan pada nilai tengah kurs Rupiah lima tahun terakhir. Indikator yang dianalisis nilainya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Analisis Sensitivitas Usahatani Ubi jalar bila terjadi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Nilai KP KS PCR DRC Sebelum Perubahan 1.098,00 7.613,00 0,56 0,14 Sesudah Perubahan 1.098,00 10.054,00 0,56 0,12 56 Berdasarkan hasil pada Tabel 18, nilai Keuntungan Privat KP dan Rasio Biaya Privat PCR tidak berubah, dikarenakan nilai pada kedua indikator tersebut tidak berdasarkan nilai tukar, tetapi pada harga aktual. Sebaliknya dengan Keuntungan sosial KS yang meningkat menjadi Rp 10.054,00. Dengan hasil yang masih positif 0 mengindikasikan bahwa usahatani ubi jalar masih menguntungkan secara finansial maupun ekonomi dan memiliki daya saing baik keunggulan kompetitif dan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu 1 yaitu 0,56 dan 0,12. 57 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan analisis matrik kebijakan PAM, maka hasil penelitian “Analisis Daya Saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat” dapat disimpulkan bahwa usahatani ubi jalar Cilembu menguntungkan secara finansial maupun ekonomi dan memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif. Dampak kebijakan pemerintah terhadap input domestik belum efektif karena produsen harus membayar lebih mahal dari yang seharusnya, sedangkan untuk input tradable efektif dikarenakan ada subsidi. Untuk kebijakan output bersifat menghambat yaitu adanya pungutan-pungutan liar dan tidak adanya kebijakan subsidi ekspor untuk komoditas ubi jalar. Secara keseluruhan kebijakan pemerintah masih bersifat disinsentif terhadap petani untuk meningkatkan produksinya NT yang negatif dan EPC 1 serta harus mengeluarkan biaya lebih besar dari biaya sosialnya SRP negatif. Hasil analisis sensitivitas bila terjadi kenaikan upah tenaga kerja dan menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika masih menguntungkan secara finansial maupun ekonomi dan tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Sedangkan bila terjadi penurunan jumlah produksi sampai 50 persen, pengusahaan ubi jalar tidak menguntungkan secara finansial dan tidak memiliki keunggulan kompetitif walaupun masih menguntungkan secara ekonomi dan memiliki keunggulan komparatif.