14 pelabuhan Tanjung Priuk, sedangkan untuk masalah transportasi Kapal Laut ke
negara Malaysia menjadi tanggung jawab importir. Sedangkan untuk ekspor tidak langsung, melalui agen ekspor yaitu Perusahaan Bona Vista. Pedagang besar di
Cilembu hanya melakukan pengemasan ke dalam keranjang bambu, dan perusahaan tersebut melakukan pengemasan sendiri dan diberi logo perusahaan
pada kemasan serta mengekspor dengan produk-produk lain seperti sayuran maupun sabut kelapa.
Jasa pendukung misalnya Bank, sebagai penyedia modal untuk petani, tidak dimanfaatkan oleh petani. Padahal dengan adanya Bank, maka petani bisa
meningkatkan produksinya. Tetapi birokrasi yang terlalu rumit dan lama, menyebabkan petani tidak meminjam modal dari Bank. Koperasi yang terbentuk
di Desa Cilembu, yaitu Koperasi Wanita Tani belum mampu mengolah ubi Cilembu menjadi makanan yang memiliki nilai jual tinggi hanya mengolah
menjadi dodol atau keripik dan dipasarkan hanya sekitar Kabupaten Sumedang. Setiap subsistem dalam pengusahaan ubi Cilembu belum berdayasaing,
masih menggunakan tenaga kerja tidak terdidik dan hanya mengandalkan sumberdaya alam yang melimpah, walaupun sudah memperluas pemasarannya
ekspor. Informasi pasar tentang kualitas produk dan harga masih dikuasai oleh pedagang besar, sehingga petani hanya bersifat menerima harga price taker.
Kebijakan pemerintah belum mendukung sepenuhnya, terutama anggaran untuk pengembangan usahatani ubi Cilembu sehingga belum terdesentralisasi antara
lembaga pemasaran yang terkait dengan pemerintah.
2.2 Perkembangan Alat Analisis Daya Saing
Penelitian tentang daya saing terus berkembang, awalnya hanya mengukur keunggulan komparatif yang dilakukan dengan berbagai metoda diantaranya
Biaya Sumberdaya Domestik BSD dan Revealed Comparative Advantage RCA. Pada era globalisasi saat ini penuh dengan persaingan maka keunggulan
kompetitif juga perlu dianalisis dan metoda Policy Analysis Matrix PAM adalah alat analisis yang bisa mengukur keunggulan komparatif dan kompetitif.
15 Metoda PAM mengidentifikasi tiga analisis secara keseluruhan yaitu
keuntungan privat, keuntungan sosial atau finansial, analisis daya saing dan dampak kebijakan. Analisis sensitivitas digunakan untuk mereduksi kelemahan
karena PAM bersifat statis, sedangkan dalam kenyataan terdapat beberapa perubahan atau kesalahan dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Penelitian dengan menggunakan metoda PAM dan analisis sensitivitas telah digunakan oleh beberapa peneliti dengan komoditi yang berbeda-beda dan
menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Pada komoditi ubi jalar Juarsa, 2008, pepaya di Desa Nagrak
Permana, 2007 dan manggis di Kecamatan Guguk Irawadi, 2007 didapatkan bahwa analisis daya saing ketiga komoditi tersebut memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif yang menunjukkan bahwa pengusahaannya efisien secara finansial dan ekonomi.
Terdapat perbedaan pada dampak kebijakan input dan output pada komoditi manggis yang menunjukkan bahwa transfer bersih bernilai positif
mengindikasikan distorsi pasar terhadap input dan output bersifat melindungi petani seperti kemudahan dalam pemasaran hasil. Sedangkan pada komoditi ubi
jalar dan pepaya bernilai negatif yang mengindikasikan kebijakan pemerintah tidak bersifat melindungi petani. Hal ini dikarenakan kebijakan belum efektif
terhadap kedua komoditi sehingga tidak memberikan dampak positif untuk pengusahaannya. Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah mengenai perubahan
terhadap harga output, input, nilai tukar, serta analisis gabungan dan hasilnya tetap memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.
2.3 Kebijakan Subsidi Pupuk