46 Berdasarkan tabel tersebut biaya pada harga sosial menjadi lebih besar
dikarenakan pada input tradable menggunakan harga dunia sehingga menjadi lebih tinggi, tetapi penerimaan yang didapatkan lebih besar menjadi Rp 9.325,00
sehingga mengakibatkan keuntungan menjadi lebih besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa harga dunia untuk ubi jalar lebih tinggi dibandingkan
dengan harga domestik.
6.2 Analisis Daya saing Ubi Jalar di Kabupaten Sumedang
Analisis daya saing menggunakan Matriks Analisis Kebijakan PAM bisa mengukur daya saing melalui pendekatan keunggulan kompetitif, komparatif dan
dampak kebijakan terhadap input maupun output. Matriks PAM terdiri dari penerimaan, biaya input tradable dan non tradable dan keuntungan berdasarkan
harga finansial privat dan harga ekonomi sosial. Matriks PAM yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Matriks Analisis Kebijakan Pengusahaan Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang per musim Tahun 2011 Rpkg Ubi Jalar
Keterangan Penerimaan
Biaya Input Keuntungan
Tradable Non Tradable
Harga Privat 2.720,00
167,00 1.455,00
1.098,00 Harga Sosial
9.325,00 324,00
1.388,00 7.613,00
Dampak Kebijakan
-6.605,00 -157,00
67,00 -6.515,00
Dari Tabel tersebut dapat diperoleh nilai sebagai indikator-indikator matriks kebijakan yang bisa menentukan keunggulan komparatif maupun
kompetitif serta kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Sumedang Tabel 16.
47 Tabel 16. Indikator-Indikator Analisis PAM pada pengusahaan Ubi Jalar Cilembu
di kabupaten Sumedang Tahun 2011 Indikator
Nilai Keuntungan Privat KP
1.098,00 Keuntungan Sosial KS
7.613,00 Rasio Biaya Privat PCR
0,57 Rasio Sumberdaya Domestik DRC
0,15 Transfer Output OT
-6.605,00 Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO
0,29 Transfer Input IT
-157,00 Transfer faktor TF
67,00 Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI
0,52 Koefisien Proteksi Efektif EPC
0,28 Transfer Bersih NT
-6.515,00 Koefisien Keuntungan PC
0,14 Rasio Subsidi Produsen SRP
-0,70
6.2.1 Analisis Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif suatu komoditas dapat dilihat berdasarkan indikator-indikator Keuntungan Privat KP dan Rasio Biaya Privat PCR.
Indikator tersebut menunjukkan tingkat keuntungan secara finansial dan tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya. Nilai KP yang didapat dari Tabel 15 yaitu Rp
1.098,00 dan PCR 0,57. Keuntungan Privat merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya
input tradable dan domestik per satuan kilogram ubi jalar pada harga aktual. Berdasarkan Tabel , penerimaan petani secara finansial yaitu Rp 2.720,00 per
kilogram sedangkan biaya input yang terdiri dari biaya tradable sebesar Rp Rp 167,00 dan biaya domestik sebesar Rp 1.445,00 sehingga keuntungan yang
diperoleh yaitu Rp 1.098,00 per kilogram ubi jalar. Nilai keuntungan privat yang positif KP0 menunjukkan bahwa secara
finansial pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Sumedang menguntungkan.