Perumusan Masalah Analisis Daya Saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat

6 lemak 0,7 persen, gula total 14,16 persen, sukrose 8,47 persen, vitamin C 80 mg, riboflavin 0,4 mg, niacin 0,6 mg, dan tanin 0,1 mg100 gram 4 . Sebagai varietas unggul, ubi Cilembu sangat disukai oleh pelaku usahatani maupun konsumen dan menduduki peringkat teratas pesanan internasional seperti Jepang, Korea, dan Malaysia. Negara yang menjadi importir yaitu Jepang dengan mengimpor 15 ton per dua minggu, sedangkan untuk negara Singapura dan Vietnam masih dalam tahap penjajakan 5 . Tetapi pada tahun 2010, ekspor ke Singapura sebanyak 10 ton dan Hongkong 4 ton per dua minggu telah direalisasikan. Dengan adanya pasar yang terbuka lebar bisa menjadi peluang untuk menjadikan ubi Cilembu sebagai komoditi daerah yang bisa bersaing di pasar internasional guna menambah pendapatan daerah setempat maupun sebagai devisa negara.

1.2 Perumusan Masalah

Ubi Cilembu merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Sumedang, dan terdapat dua Desa yang menjadi sentra produksi Ubi Cilembu yaitu Cilembu Kecamatan Pamulihan dan Nagarawangi Kecamatan Rancakalong. Dua desa tersebut mempunyai luas panen, produktivitas, dan produksi ubi jalar pada Tahun 2010 yang paling besar diantara 10 kecamatan lainnya. Produktivitasnya bisa mencapai 14 tonHa, dengan produksi 3 ton dan luas tanam rata-rata 2.300 Ha. Sehingga dua desa tersebut mengindikasikan bahwa keadaan tanah dan iklimnya lebih cocok dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Selain itu, menanam ubi jalar sudah menjadi aktivitas secara turun-temurun, sehingga lebih banyak pengalaman yang didapatkan oleh petani yang berpengaruh terhadap jumlah produksi. 4 Dwi Wiyana dan Rana Akbari. 24 Desember 2004. Ubi Cilembu Naik Pamor. Tempo.http:www.arsip.netidlink.php?lh 5 TMA. 16 Desember 2004. Ubi Cilembu Sumedang Rambah Pasar Vietnam. Gatra. http:www.gatra.comartikel.php?id=50639 7 Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar di Kabupaten Sumedang Tahun 2010 Kecamatan Luas Panen Ha Produktivitas TonHa Produksi Ton Sumedang Selatan 168 123,21 2.070 Sumedang Utara 85 13,68 1.163 Cimalaka 45 13,27 597 Tanjungsari 188 12,59 2.267 Sukasari 60 14,22 853 Rancakalong 222 13,69 3.079 Pamulihan 230 14,22 3.225 Situraja 87 13,29 1.156 Wado 43 12,33 530 Jatinunggal 64 12,19 780 Sumber : Dinas Pertanian Sumedang 2010 Ubi Cilembu bersifat spesifik lokasi sehingga mengindikasikan bahwa kedua desa tersebut memiliki keunggulan sumberdaya alam. Pola tanam yang dilakukan adalah padi-ubi jalar, karena jenis sawahnya adalah tadah hujan. Lahan yang baik ditanami ubi jalar adalah sawah. Ubi jalar biasanya ditanam pada musim kemarau, dikarenakan pada musim hujan, kadar air menjadi lebih banyak dan mengakibatkan rasa ubi cilembu menjadi pahit serta banyaknya hama dan cacing yang bisa mengakibatkan produksi menjadi turun. Produksi ubi Cilembu yang rendah bisa berimplikasi dengan keberlanjutan usaha budidaya tersebut dan dalam pemasarannya menjadi tidak terpenuhi baik untuk domestik maupun ekspor. Berkaitan dengan daya saing terutama keunggulan komparatif yang berasal dari keuntungan secara finansial, mengakibatkan penerimaan petani menjadi rendah dan tidak memiliki keunggulan kompetitif yang berdampak pada perekonomian secara keseluruhan. 8 Daya saing berbasis potensi daerah memiliki indikator utama dan spesifik, indikator utama merupakan indikator makro yang melibatkan semua pihak baik pemerintah daerah, swasta dan lembaga sosial, serta pihak-pihak yang berperan dalam pertumbuhan perekonomian daerah. Menurut Sumihardjo 2008, setiap indikator dan sub indikator dalam implementasinya memerlukan pengelolaan yang terintegrasi, terencana, konsisten dan berkesinambungan. Terdapat sembilan indikator makro penentu daya saing daerah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Indikator Utama atau Makro Penentu Daya Saing Daerah Sumber : Pusdik dan Studi Kebank-sentralan BI – 2002 : 16 diacu dalam Sumihardjo2008 Indikator tersebut bisa tercapai jika ada suatu kerjasama yang baik antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang ada misalnya dalam hal sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, kelembagaan, dan kebijakan pemerintah yang lebih bisa mempromosikan produknya ke luar negeri ekspor yang akhirnya bisa meningkatkan perekonomian daerah. Terdapat lima kendala dan empat peluang dalam pengusahaan ubi Cilembu berdasarkan indikator utama tersebut diantaranya ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem Keuangan Keterbukaan Perekonomian Daerah Ilmu pengetahuan dan teknologi Infrastuktur dan sumber daya alam Daya saing daerah Kelembagaan Governance dan kebijakan pemerintah Sumberdaya manusia Manajemen dan ekonomi mikro 9 sangat diperlukan untuk menjadikan ubi Cilembu sebagai komoditi unggulan Kabupaten Sumedang yaitu dengan menemukan alat untuk mengatasi hama lanas. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dikaji oleh Institut Pertanian Bogor, tetapi petani tidak bisa mengaplikasikannya dikarenakan biaya untuk mengadopsi teknologi tersebut sangat mahal, sehingga diperlukan peran pemerintah untuk membantu dalam hal pendanaan yang bisa dilihat dari indikator sistem keuangan suatu daerah yang harus lebih memperhatikan pelayanan publik. Adanya bantuan pada saat pasca-panen pun harus diperhatikan karena belum adanya mesin pembersih dan pendingin. Mesin pembersih dibutuhkan untuk membersihkan kotoran ubi sebanyak 2 ton per hari hanya dua jam sedangkan dengan tenaga manusia memerlukan 10 tenaga kerja per hari. Mesin pendingin dengan suhu 12-13 C diperlukan untuk menyimpan ubi cilembu agar tahan 3 bulan untuk menghindari dari serangan hama dan ada kekhasan yang dimiliki ubi Cilembu yaitu rasa ubi akan lebih manis jika setelah panen disimpan dahulu 5-7 hari. Berdasarkan indikator perekonomian daerah, PDRB Kabupaten Sumedang berdasarkan lapangan usahanya Tahun 2010, didominasi oleh tiga lapangan usaha yaitu perdagangan, hotel, restoran 26,00 persen, industri pengolahan 24,07 persen dan sektor pertanian 21,71 persen diantaranya perkebunan 4,05 persen, tanaman bahan makanan 1,66 persen, peternakan 0,72 persen, perikanan 0,11 dan kehutanan 0,53. Tetapi pada kenyataannya, kebijakan terhadap bahan makanan ubi Cilembu tidak ada padahal sektor tersebut dapat menjadi keunggulan daerah Kabupaten Sumedang. Petani di Cilembu dan Nagarawangi bisa mengatur pola tanamnya dan menanam ubi jalar di kebun. Di Cilembu petani menanam ubi jalar setahun satu kali sedangkan di Desa Nagarawangi bisa menanam 2 kali, tetapi belum memenuhi permintaan domestik maupun ekspor yang terus meningkat. Daerah pemasaran domestik meliputi Jawa Timur yang membutuhkan pasokan 4-5 ton sedangkan Sumatera dan Bali 9 ton per bulan. Untuk ekspor ke Jepang 7 ton dan Malaysia 10 ton per minggu. Sedangkan produksi di Kabupaten Sumedang hanya bisa memenuhi 50 persen dari permintaan baik di domestik maupun ekspor 10 sehingga bisa menjadi peluang untuk menambah pendapatan daerah dan kesejahteraan petani menjadi meningkat. Berkaitan dengan sumeberdaya manusia, penduduk Cilembu dan Nagarawangi bermata pencaharian sebagai petani yaitu 744 orang 15 dan 20 persen dari Pegawai Negeri Sipil serta pegawai lainnya yang kurang dari 5 persen. Kelembagaan yang dimiliki Desa Cilembu yaitu dua kelompok tani yaitu Kelompok Tani Sawah Lega dan Harapan Mulya. Lembaga pemasaran ubi Cilembu terdiri dari petani – pedagang pengumpul – pedagang besar atau eksportir. Dengan adanya semua lembaga pemasaran terdapat di desa Cilembu bisa menjadikan informasi tentang harga maupun kualitas produk bisa lebih transparan. Sedangkan untuk indikator sumberdaya alam sangat mendukung dan cocok untuk usahatani ubi Cilembu, sehingga bisa menghasilkan ubi dengan kualitas yang terbaik. Berdasarkan informasi, harga ubi Cilembu di tingkat petani adalah Rp 2.500,00 per kg, tengkulak Rp 5.000,00 per kg, dan di kios Rp 10.000,00 per kg. Sedangkan ubi yang sudah dioven berkisar antara Rp 13.000,00 per kg. Di supermarket Jepang, ubi Cilembu dijual dengan harga Rp 75.000,00 per kg, sedangkan di Singapura dijual dengan harga Rp 150.000,00kg. Di tingkat pedagang pengumpul dilakukan grading menjadi 3 tingkatan berdasarkan berat diantaranya grade A yang memiliki berat 500 gr per buah dengan harga Rp 3.500,00 per kg, grade B 250 grbuah dengan harga Rp 2.000,00 per kg dan grade C 125 gr per buah dengan harga Rp 1.000,00 per kg untuk pemasaran domestik, sedangkan untuk pemasaran ekspor ke Jepang memiliki berat antara grade A dan grade B, dengan kulit tanpa bercak, terhindar dari hama dan penyakit, berbentuk lurus, dan matang sedangkan untuk pemasaran ke Malaysia berbentuk umbi basah segar, dilakukan grading berdasarkan ukuran S 170 gram dengan harga Rp 5.000,00, L 300 gram, dan XL 500 gram harganya Rp 7.500,00 Lampiran 3. Perbedaan harga antara penjualan domestik dan ekspor, bisa menjadikan kesempatan kepada petani supaya lebih bisa mempertahankan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen. Adanya peluang dan kendala berdasarkan indikator utama tersebut bisa menentukan daya saing berbasis potensi daerah komoditas unggulan ubi jalar 11 Cilembu. Daya saing bisa dilihat dari keunggulan yang dimiliki baik komparatif maupun kompetitif dan pengaruh kebijakan suatu negara terhadap keberlanjutan pengusahaan ubi Cilembu baik insentif maupun disinsentif yang akan menentukan efektivitas, efisiensi dan kelayakan suatu usaha. Adapun perumusan masalah yang bisa dianalisis dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana daya saing keunggulan kompetitif dan komparatif pengusahaan ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang? 2. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap daya saing pengusahaan ubi jalar?

1.3 Tujuan Penelitian