Kesimpulan Saran Analisis Daya Saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat
61
LAMPIRAN
62 Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Ubi Jalar Seluruh
Provinsi Tahun 2009 Provinsi
Luas Panen Ha
ProduksiTon ProduktivitasKuHa
Indonesia 183 874
2 057 913 111,92
Aceh 1 519
15 298 100,71
Sumatera Utara 12 359
140 138 113,39
Sumatera barat 4 153
77 476 186,55
Riau 1 230
9 736 79,15
Jambi 2 129
20 614 96,82
Sumatera Selatan 2 973
20 800 69,96
Bengkulu 2 197
20 930 95,27
Lampung 4 626
45 041 97,36
Bangka Belitung 600
4 828 80,47
Kepulauan Riau 185
1 427 77,18
DKI Jakarta 0,00
Jawa Barat 33 387
469 646 140,67
Jawa Tengah 8 767
147 083 167,77
DI Yogyakarta 574
6 687 116,50
Jawa Timur 16 203
162 607 100,36
Banten 2 942
34 549 117,43
Bali 6 285
78 983 125,67
Nusa Tenggara
Barat 969
11 276 116,37
Nusa Tenggara
Timur 12 902
103 635 80,32
Kalimantan Barat 1 519
11 735 77,25
Kalimantan Tengah 1 537
10 763 70,03
Kalimantan Selatan 2 617
29 968 114,51
Kalimantan Timur 3 439
31 947 92,90
Sulawesi Utara 5 430
53 121 97,83
Sulawesi Tengah 2 815
29 821 105,94
63 Sulawesi Selatan
5 370 68 372
127,32 Sulawesi Tenggara
3 183 25 577
80,36 Gorontalo
358 3 456
96,54 Sulawesi Barat
1 430 15 756
110,18 Maluku
2 612 22 338
85,52 Maluku Utara
3 492 30 381
87,00 Papua Barat
1 044 10 599
101,52 Papua
35 028 343 325
98,01
Sumber : Badan Pusat Statistik 2009
64 Lampiran 2. Deskripsi Varietas Ubi Jalar Cilembu
Tahun dilepas : 8 Februari 2001
Asal :Desa
Cilembu, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Sumedang
Tipe : Merambat
Umur : 5-7 bulan
Bentuk daun : Menjari, pinggir daun rata
Warna daun muda : Hijau keunguan
Warna daun tua : Hijau keunguan
Warna tulang daun : Bagian bawah hijau keunguan
Warna tangkai daun : Hijau dengan lingkar ungu pada bagian ujung
Panjang tangkai daun : 75-145 mm
Warna bunga : Putih keunguan
Warna batang : Hijau
Panjang batang : 80-130 cm
Warna kulit umbi : Krem kemerahan atau kuning
Warna daging umbi mentah : Krem kemerahan atau kuning Warna daging umbi masak
: Kuning Bentuk umbi
: Panjang dan berurat nyata Rasa umbi
: Enak, manis dan bermadu Tekstur umbi
: Baik, tidak berair Rata-rata hasil
: 12-17 tonha Potensi hasil
: 20 tonha Ketahanan terhadap hama
: Tahan penyakit kudis Elsinoe batatas, peka terhadap lanas Cilos formicarius
Keunggulan : Bentuk umbi panjang, bobot bahan kering umbi
tinggi Daerah adaptasi
: Cocok ditanam di lahan sawah tadah hujan setelah tanaman padi pada elevasi 800-1000 m
Pengkaji dan Peneliti : Hamzah Basah, Titi Mulyati, Endang Priatna,
Lenny, Ateng, Ngadimin PS, Agus Trismana, Agoes Soetrisna, Asep Rustaman, Entin Kartini,
65 Endang Sufiadi, Musli Rosmali, Ujang Dinar
Husyari, Pathmi Noerhatini, Rijanti Rahayu Maulani, H. Nurdin, Hadi Surachmat, Basuki
Satyagaraha.
Sumber : BPSBTPH Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta 2000.
67 Lampiran 4. Tabel Matriks Analisis Kebijakan PAM Pengusahaan Ubi Jalar
Cilembu di Kabupaten Sumedang tahun 2011 bila terjadi kenaikan upah
Keterangan Penerimaan
Biaya Input Keuntungan
Tradable Non
Tradable Harga Privat
2.720 167
1677 876
Harga Sosial 9.325
324 1593
7.408 Dampak Kebijakan
-6.605 -157
84 -6.532
Keterangan : Indikator Dayasaing
Keunggulan Kompetitif :
Nilai
Keuntungan Privat KP 876
Rasio Biaya Privat PCR 0,66
Keunggulan Komparatif : Keuntungan Sosial KS
7.408 Rasio Sumberdaya Domestik DRC
0,18
Indikator Dampak Kebijakan Output
Transfer Output OT -6.605
Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO 0,29
Input Transfer Input IT
-157 Transfer Faktor TF
84 Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI
0,52
Input-Output Koefisien Proteksi Efektif EPC
0,28 Rasio Subsidi Produsen SRP
-0,70 Koefisien Keuntungan PC
0,12 Transfer Bersih NT
-6.532
68 Lampiran 5. Tabel Matriks Analisis Kebijakan PAM Pengusahaan Ubi Jalar
Cilembu di Kabupaten Sumedang tahun 2011 bila terjadi Penurunan Jumlah Produksi
Keterangan Penerimaan
Biaya Input Keuntungan
Tradable Non
Tradable Harga Privat
1.360 167
1677 -484
Harga Sosial 4.663
324 1593
2.746 Dampak Kebijakan
-3.303 -157
84 -3.230
Keterangan : Indikator Dayasaing
Nilai Keunggulan Kompetitif :
Keuntungan Privat KP -484
Rasio Biaya Privat PCR 1,4
Keunggulan Komparatif : Keuntungan Sosial KS
2.176 Rasio Sumberdaya Domestik DRC
0,37
Indikator Dampak Kebijakan Output
Transfer Output OT -3.303
Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO 0,29
Input Transfer Input IT
-157 Transfer Faktor TF
84 Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI
0,52
Input-Output Koefisien Proteksi Efektif EPC
0,27 Rasio Subsidi Produsen SRP
-0,69 Koefisien Keuntungan PC
-0,18 Transfer Bersih NT
-3.230
69 Lampiran 6. Tabel Matriks Analisis Kebijakan PAM Pengusahaan Ubi Jalar
Cilembu di Kabupaten Sumedang tahun 2011 bila Nilai Tukar Rupiah menjadi Rp 10.950US
Keterangan Penerimaan
Biaya Input Keuntungan
Tradable Non
Tradable Harga Privat
2.720 167
1.455 1.098
Harga Sosial 11.777
335 1.388
10.054 Dampak Kebijakan
-9.057 -168
67 -8.956
Keterangan : Indikator Dayasaing
Nilai Keunggulan Kompetitif :
Keuntungan Privat KP 1.098
Rasio Biaya Privat PCR 0,57
Keunggulan Komparatif : Keuntungan Sosial KS
10.054 Rasio Sumberdaya Domestik DRC
0,12
Indikator Dampak Kebijakan Output
Transfer Output OT -9.057
Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO 0,23
Input Transfer Input IT
-168 Transfer Faktor TF
67 Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI
0,50
Input-Output Koefisien Proteksi Efektif EPC
0,22 Rasio Subsidi Produsen SRP
-0,76 Koefisien Keuntungan PC
0,11 Transfer Bersih NT
-8.956
ANALISIS DA DI KABUPAT
DEPA FAKULTAS
INSTIT AYA SAING UBI JALAR CILEMBU
ATEN SUMEDANG JAWA BARAT
SKRIPSI
ANA HOERIDAH H34086006
PARTEMEN AGRIBISNIS S EKONOMI DAN MANAJEMEN
ITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
iii
iv
RINGKASAN
ANA HOERIDAH. Analisis Daya Saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI.
Dalam struktur perekonomian Indonesia, sektor pertanian sangat berperan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi sektor ersebut
tidak dipersiapkan untuk bersaing dengan negara lain. Berdasarkan data dari global competitiveness report
Tahun 2010-2011, daya saing global Indonesia berada pada urutan 44 tetapi Indonesia masih berada pada tahap factor driven ke
efficiency driven. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia belum bisa
mencapai efisiensi, terutama pada produk-produk pertanian seperti ubi jalar yang masih banyak diekspor dalam keadaan segar sehingga menyebabkan harga jual
menjadi rendah. Indonesia berpotensi untuk budidaya ubi jalar dikarenakan sumber daya
alam yang melimpah yang bisa menghasilkan ubi berkualitas baik. Pada Tahun 2009, Jawa Barat merupakan sentra produksi dan memiliki dua Kabupaten yang
bisa menghasilkan ubi yang dipasarkan ke luar negeri. Ubi Cilembu merupakan komoditi unggulan yang telah diekspor ke Malaysia, Singapura, Jepang dan
Hongkong.
Berdasarkan sembilan indikator utama daya saing daerah, pengusahaan ubi Cilembu memiliki lima kendala dan empat peluang. Kendala tersebut diantaranya
teknologi, kebijakan pemerintah daerah, perekonomian daerah, manajemen, dan sistem keuangan sedangkan peluang yang ada adalah pasar yang terbuka lebar
ekspor, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan. Berkaitan dengan peluang dan kendala, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
daya saing keunggulan kompetitif dan komparatif dan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang.
Penelitian ini dilakukan di Desa Cilembu Kecamatan Tanjungsari dan Desa Nagarawangi Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang, Propinsi
Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan secara sengaja purposive sampling
dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2011. Metode pengambilan responden dilakukan secara sengaja sebanyak 50 orang dan
memenuhi kriteria, memiliki lahan sendiri, melakukan usahatani ubi lebih dari lima tahun, dan merupakan anggota kelompok tani. Terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan alat analisis yang sama yaitu Policy Analysis Matrix PAM dan analisis sensitivitas. Sedangkan
perbedaannya adalah produk, tujuan ekspor dan lembaga pemasaran.
Hasil RC 1,01 dari perhitungan biaya usahatani menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan maka mendapatkan penerimaan satu rupiah
atau dengan kata lain pengusahaan ubi Cilembu mendapatkan laba normal. Dan yang didapatkan dengan menggunakan analisis PAM menunjukkan bahwa
pengusahaan ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang memiliki keuntungan finansial maupun ekonomi serta memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal
tersebut bisa dilihat dari indikator KP Rp 1.098,00 dan KS Rp 7.613,00 yang positif. Sedangkan keunggulan kompetitif dan komparatif dapat dilihat dari nilai
PRC 0,56 dan DRC 0,15. Nilai PCR mengindikasikan bahwa pengusahaan ubi
v Cilembu, bisa membiayai input domestik pada harga privat dan nilai DRC
menunjukkan secara ekonomi efisien bila diproduksi di dalam negeri. Dampak kebijakan pemerintah terhadap output dapat dilihat dari indikator
TO dan NPCO. Nilai TO yang diperoleh yaitu negatif Rp -6.605,00 menunjukkan bahwa tidak ada subsidi pemerintah terhadap ubi Cilembu misalnya
anggaran untuk meningkatkan produksi sehingga harga produsen lebih rendah dibandingkan dengan harga sosialnya. Nilai NPCO yang didapat yaitu 0,29
sehingga kebijakan yang ada tidak menambah penerimaan untuk petani.
Kebijakan terhadap input menilai indikator TI, NPCI dan TF. Nilai TI yang diperoleh yaitu negatif Rp 157,00 menunjukkan adanya subsidi pemerintah
terhadap input tradable contohnya pupuk Urea, SP-36 dan KCL, sehingga petani membeli lebih murah dari harga yang seharusnya. Nilai NPCI yang diperoleh
adalah 0,52 mengindikasikan bahwa pemerintah bersifat protektif terhadap pupuk. Sedangkan TF yang diperoleh yaitu Rp 67,00 terjadi subsidi negatif, artinya
petani membayar lebih mahal input bibit, pupuk kandang, tenaga kerja dan lahan.
Kebijakan yang terakhir adalah kebijakan secara keseluruhan yaitu input- output yang dapat ditunjukkan dengan indikator EPC, TB, PC dan SRP. Nilai
EPC adalah 0,28 sehingga kebijakan pemerintah belum melindungi produsen domestik secara efektif dan menyebabkan tidak ada surplus produsen. Hal ini
dapat terlihat dari indikator TB yang negatif Rp 6.515,00 dan PC 0,14. Nilai SRP yang diperoleh adalah negatif 0,70 menyebabkan petani mengeluarkan biaya lebih
besar dari biaya sosial untuk berproduksi.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan apabila terjadi kenaikan upah tenaga kerja dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika masih
menguntungkan secara finansial maupun ekonomi dan tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Sedangkan bila terjadi penurunan jumlah produksi
sampai 50 persen, pengusahaan ubi jalar tidak menguntungkan secara finansial dan tidak memiliki keunggulan kompetitif walaupun masih menguntungkan
secara ekonomi dan memiliki keunggulan komparatif.
1
I PENDAHULUAN