Metoda Pengambilan Sampel Letak Geografis

34 pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih kecil dibandingkan tanpa kebijakan. 4. SRP = LE Nilai rasio Subsidi bagi Produsen mengidentifikasi akibat kebijakan pemerintah yang menunjukkan penambahan atau pengurangan penerimaan. SRP 0 , produsen mengeluarkan biaya lebih besar dari biaya sosial untuk berproduksi.

4.4.5 Analisis Sensitivitas

Analisis ini dilakukan untuk melihat kelayakan suatu usaha apabila terdapat perubahan-perubahan dan berdasarkan keadaan di lokasi penelitian terjadi perubahan upah tenaga kerja, jumlah produksi menjadi turun akibat faktor cuaca menjadi 50 persen dan nilai tukar mengalami apresiasi. Selain itu, dilakukan untuk mereduksi kelemahan analisis PAM yang bersifat statis yang tidak memungkinkan terdapat perubahan-perubahan faktor-faktor penting dalam usahatani ubi jalar. 35 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Letak Geografis

Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah 152.220 Ha yang terbagi kedalam luasan darat seluas 118.944 Ha 78,14 dan pesawahan seluas 33.276 Ha 21,86. Daerahnya berbukit-bukit dengan ketinggian tempat antara 25-1500 meter di atas permukaan laut, beriklim tropis terletak diantara garis Meridian 7 50’ Bujur Barat, 68 45’ Bujur Timur, 1 23’ Lintang Selatan dan 1 43’ Lintang Utara. Batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Indramayu dan Subang, sebelah Barat dengan Kabupaten Bandung, sebelah Selatan dengan Kabupaten Garut dan sebelah Timur dengan Kabupaten Majalengka.

5.2 Jenis Tanah

Terdapat tiga jenis tanah di Kabupaten Sumedang yaitu Aluvial, Tektonik dan Vulkanik. Deskripsi, luasan dan lokasi mengenai jenis-jenis tanah antara lain : a. Tanah Aluvial yang terbentuk dari hasil sedimentasi tanah dengan bahan induk andesit, alluvium, dan koluvium dari aneka macam topografi datar, agak datar sampai sedikit bergelombang di daerah daratan, cekungan dan daerah aliran sungai luasnya 19.762 Ha. Terdapat di Kecamatan Sumedang Selatan, Sumedang Utara, Ganeas, Cimalaka, Conggeang, Paseh, Buahdua, Surian, Tomo, dan Ujungjaya. b. Tanah Tektonik terbentuk dari bahan induk batu lempung, dengan topografi berombak, bergelombang dan berbukit kecil. Terdapat di Kecamatan Darmaraja, Cisitu, Jatinunggal, Jatigede, Tomo, Ujungjaya, dan Cibugel. c. Tanah Vulkanik terbentuk dari bahan induk andesit, topografi bergunung, berbukit kecil, berombak, bergelombang dan agak datar. Terdapat di seluruh kecamatan. 36

5.3 Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, keadaan curah hujan termasuk pada iklim agak basah yaitu tipe C. Selama tahun 2010, curah hujan berkisar dari 3.229 s.d 4.805 mm, dengan hari hujan berkisar dari 151 s.d 332 HH.

5.4 Penduduk

Jumlah penduduk di kabupaten Sumedang pada tahun 2010 yaitu 1.091.323 orang Sumber BPS kabupaten Sumedang. Jumlah penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Jumlah Petani dan Tenaga Kerja Pertanian di Kabupaten Sumedang No Status Pekerjaan Jumlah orang Persentase 1 Petani Penggarap 42.471 15 2 Pemilik Penggarap 177.270 64 3 Buruh tani 56.191 20 Berdasarkan tabel tersebut, petani yang memiliki lahan sendiri sebesar 64 persen dibandingkan jenis petani lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa petani memiliki kebebasan untuk menanam komoditi sesuai dengan yang diinginkannya.

5.5 Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumedang

Penggunaan lahan pada tahun 2010 dibandingkan dari tahun 2009 menunjukkan adanya perubahan alih fungsi lahan dari areal pertanian menjadi non pertanian seperti perumahan, jalan dan industri. Adanya pengurangan areal sawah bisa menyebabkan produksi ubi maupun padi menjadi berkurang. Perincian penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 10. 37 Tabel 10. Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumedang Tahun 2010 Jenis Lahan Luas Ha Perkembangan 2009 2010 Sawah Irigasi Teknis 3.485 3.446 -1,1317 Irigasi Setengah Teknis 5.742 5.494 -4,5140 Irigasi Sederhana 14.741 15.479 4,7677 Tadah Hujan 6.437 5.754 -11,8700 Bukan lahan Sawah 118.943 118.944 0,99

5.6 Komoditas Unggulan dalam Skala Optimistik Agribisnis

Pada tahun 2004-2008, Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang telah menentukan komoditas unggulan yaitu Padi, Jagung, Ubi Jalar, Kedelai, Kacang Tanah, Jeruk Cikoneng, Sawo Sukatali, Salak, Pisang dan Mangga. Realisasi atau kondisi skala optimistik agribisnis komoditas unggulan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kondisi Kawasan Agribisnis Padi dan Palawija kabupaten Sumedang Tahun 2009-2013 Komoditas Lokasi Target 2009-2013 Realisasi sd 2008 Realisasi sd 2009 Realisasi sd 2010 Padi Tanjungkerta, Darmaraja, Sumedang Selatan, Conggeang, Ganeas 3.500 Ha 7 unit 1.500 Ha 3 unit 2.000 Ha 4 unit 2.500 Ha 5 unit Ubi Jalar Pamulihan, Rancakalong 1000 Ha 2 unit 100 Ha 150 Ha 200 Ha Kedelai Ujungjaya, Jatinunggal 1.500 Ha 3 unit 150 Ha 200 Ha 250 Ha 38 Dengan adanya program yang didukung oleh pemerintah yaitu target penanaman ubi jalar Cilembu 1.000 Ha bisa menjadi peluang untuk pengusahaannya agar dapat meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan domestik maupun luar negeri.

5.7 Desa Penghasil Ubi Jalar

Berdasarkan kondisi kawasan Agribisnis, Kecamatan Pamulihan dan Rancakalong adalah daerah yang ditentukan untuk pengembangan ubi jalar karena memiliki ekotype tanah yang hampir sama. Di Kecamatan Pamulihan memiliki luas wilayah 5.785 Ha yang terdiri dari 11 Desa sedangkan Kecamatan Rancakalong memiliki luas wilayah 5.228 Ha dan terdiri dari 10 Desa. Adapun perbandingan antara kedua desa dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Potensi Desa Cilembu Tahun 2010 Kecamatan Pamulihan dan Nagarawangi Kecamatan Rancakalong Keterangan Desa Cilembu Desa Nagarawangi Luas Pesawahan 137,9 Ham 2 110,01 Ham 2 Sawah tadah hujan 40 Ham 2 10 Ham 2 Curah hujan 3528 mm 4000 mm Jumlah bulan hujan 5 bulan 5 bulan Suhu rata-rata harian 32 C 32 C Tinggi Tempat dpl 986 m dpl 700 m dpl Warna tanah Hitam Hitam Tekstur tanah Lampungan Lampungan Luas Lahan Ubi Jalar 45 Ha 30 Ha Potensi Ubi jalar 7 tonHa 10 tonHa Luas Lahan Padi sawah 137 Ha 110,01 Ha Potensi Padi sawah 4 tonHa 9 tonHa Jumlah petani 547 orang 972 orang Buruh Tani 203 orang 457 orang 39 Berdasarkan tabel tersebut, usahatani ubi Cilembu sangat cocok untuk ditanam di kedua desa tersebut, sehingga bdapat mengahsilkan ubi Cilembu yang berkualitas baik. Dari hasil menegristek di bidang pendayagunaan dan pemasyarakatan IPTEK bahwa, kedua desa memiliki karakteristik yang disyaratkan yaitu suhu rata-rata harian 27-32 C dan di bawah ketinggian 1.000 mdpl dengan tekstur tanah lempung. 40 VI HASIL DAN PEMBAHASAN Pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Sumedang dipusatkan di daerah pengembangan yaitu di Desa Cilembu Pamulihan sebagai penghasil ubi Cilembu dan Desa Nagarawangi Rancakalong yang memiliki ekotype tanah yang sama. Pada umumnya petani di kedua desa menanam beberapa jenis ubi yang ditanam, ubi ungu, merah dan kuning, tetapi mayoritas menanam ubi kuning yaitu ubi Cilembu. 6.1 Struktur Penggunaan Biaya, Penerimaan dan Pendapatan dalam Pengusahaan Ubi Jalar di Kabupaten Sumedang Pada pengusahaan ubi jalar di Kabupaten Sumedang, komponen input yang digunakan adalah pupuk kandang dan bibit non tradable dan input tradable seperti Furadan, Urea, SP-36, KCL, Phoska, satuannya adalah Kg, dan Curacron adalah per botol. Terdapat perbedaan komponen penggunaan input pada kedua desa tersebut, petani di Desa Nagarawangi tidak menggunakan pupuk SP- 36 dan KCL. Tenaga kerja dikonversi menjadi Hari Orang Kerja HOK yang setara dengan Hari Kerja Pria HKP, sedangkan tenaga kerja wanita HKW dikonversi dengan mengalikan 0,8 agar menjadi setara dengan HOK. Upah tenaga kerja di Nagarawangi relatif lebih murah yaitu Rp 25.000 ditambah dengan makan, rokok, dan kopi untuk laki-laki dan di Desa Cilembu, upah tenaga kerja lebih mahal, Rp 30.000 ditambah uang makan untuk laki-laki sedangkan untuk wanita di kedua desa mendapatkan upah yang sama yaitu Rp 15.000,00. Aktivitas yang dilakukan oleh petani adalah melakukan pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyemprotan, penyiangan dan pemanenan. Pada kegiatan pengolahan tanah, menggunakan tenaga kerja pria yang paling banyak diantara kegiatan lainnya, penanaman dan penyiangan biasanya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Tenaga kerja untuk pemanenan yaitu pria untuk menggali ubi, sedangkan wanita membersihkan ubi dari akar-akarnya dan memasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari bambu dapat dilihat pada Gambar 6. 42 Tabel 13. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan privat Usahatani Ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang per musim Tahun 2011 RpHa InputOutput Jenis Input Jumlah Harga Nilai Input Tradable Furadan 11 17.731 195.041 Urea 146 1.878 274.188 KCL 135 2.103 283.905 TSP 131 2.073 271.563 Phonska 265 2.506 664.090 Curacron 7 26.683 186.781 Input non tradable Bibit 1.804 835 1.506.340 Pupuk Kandang 5.644 196 1.106.224 Pengolahan lahan 176 27.250 4.796.000 Penanaman 20 24.188 483.760 Pemupukan 15 24.188 362.820 Penyiangan 38 24.188 919.144 Pemanenan 39 27.188 1.060.332 Cangkul 4 74.750 20.289 Sabit 4 40.833 11.083 Sprayer 5 305.000 54.900 Parang 4 40.750 11.061 Sewa Lahan Ha 1 6.000.000 6.000.000 Output Total Penerimaan 11.225 2.720 30.532.000 Total Biaya tidak termasuk lahan 12.207.521 Keuntungan tidak termasuk lahan 18.324.479 Keuntungan bersih termasuk lahan 12.324.479 RC 1,01 44 Dalam proses produksi, harga bayangan pupuk ditentukan berdasarkan harga border price free on board. Perhitungan harga bayangan pupuk Urea, FOB US 0,39 per kg dikalikan dengan SER tahun 2010 Rp 9.354,00 dikurangi dengan biaya tataniaga sebesar Rp 240,00kg Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, sedangkan untuk CIF KCL US 0,35kg dan CIF SP-36 US 0,4kg 9 dikalikan dengan SER tahun 2010 dan ditambah dengan biaya tataniaga. Untuk pupuk NPK Phonska memiliki harga bayangan yaitu Rp 6.650 yang merupakan harga non subsidi. Perbedaan rasio antara subsidi dan non subsidi yaitu 3-5 kali dari Harga Eceran Tertinggi HET . Dikarenakan NPK Phonska lebih banyak digunakan untuk produksi di domestik dibandingkan untuk diekspor dan hanya diproduksi oleh satu perusahaan yaitu PT Petrokimia Gresik. Harga Rp 6.650,00 diperoleh dari 3,8 dikalikan dengan Harga Eceran Tertinggi HET untuk Pupuk NPK Phonska yaitu Rp 1.750 per kg. Sedangkan untuk insektisida menggunakan harga aktual, dengan asumsi pasar persaingan sempurna.Tabel perhitungan Bujet Sosial untuk Usahatani Ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada Tabel 14. 9 World Bank. 2010. Commodity Price Data Pinksheet http:www.worldbank.orgprospect