Pembangunan dan Sumberdaya Daerah

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan dan Sumberdaya Daerah

Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa pembangunan mencakup: pertama, kemajuan lahirian seperti pangan, sandang, perumahan dan lain- lain; kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat; ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial Salim, 1987. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat lebih mengoptimalkan pembangunan daerahnya, karena lebih mudah dalam pengontrolan pelaksanaan pembangunan didaerahnya maupun dalam mengaplikasikan dana untuk pembangunan daerah. Sehingga uang yang dianggarkan untuk pembangunan daerah tidak lagi digunakan untuk hal- hal yang tidak bermanfaat. Secara hakiki, upaya pembangunan yang sedang ditempuh saat ini dapat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia disetiap wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang bersangkutan. Potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam dari tanah air Indonesia itu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, Soekartawi 1995 mengatakan bahwa, pembangunan yang berkelanjutan adalah kegiatan yang berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, mengarah pada investasi, berorientasi pada pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya 7 guna, serta menyadari adanya perubahan kelembagaan yang konsisten terhadap kebutuhan yang berkelanjutan berdasar pada keamanan politik dan kebijaksanaan masing- masing daerah. Keterkaitan antara sistem agribisnis dengan pembangunan pertanian seperti diungkapakan oleh Yasin 2002, untuk pembangunan pertanian yang tangguh haruslah dikembangkan usaha tani kearah perusahaan. Dari perusahaan yang memproduksi sarana produksi pertanian, pengembangan sarana pertanian, perusahaan yang mengolah hasil pertanian, jasa dan lembaga pemasaran ha sil pertanian, lembaga finansial, serta pengembangan birokrasi kearah yang lebih efisien, bersih dan siplin. Saragih 2001 menyatakan bahwa, membangun daya saing agribisnis perkebunan adalah ibarat iring- iringan suatu konvoi. Laju iring- iringan tersebut ditentukan oleh komponen atau bagian yang paling lambat pergerakkannya. Demikian juga dalam kinerja sistem agribisnis perkebunan secara keseluruhan akan ditentukan oleh subsistem yang paling terbelakang. Oleh karena itu, untuk membangun daya saing agribisnis perkebunan, keempat subsistem agribisnis perkebunan tersebut harus berkembang secara harmonis. Secara ilmiah, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam adalah semua unsur tatalingkungan biofisik yang dengan nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manus ia. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah semua bahan yang ditemukan manusia dalam alam, yang dipakai untuk kepentingan hidupnya Katili, 1983. Hal yang sama disampaikan oleh Soeripto 1997, secara potensial Provinsi Riau adalah daerah yang sangat kaya akan sumberdaya alam, masalah 8 yang dihadapi adalah bagimana mengelola sumberdaya tersebut, termasuk didalamnya “Resources Base” sekaligus memanfaatkan secara optimal. Selanjutnya dikatakan, perlu disadari sepenuhnya bahwa persoalan sumberdaya potensial tersebut tidaklah bersifat mudah dan sederhana, mengingat bahwa potensi semacam itu memiliki sifat-sifat khas, ia menyangkut adanya keterkaitan antara berbagai sektor. Yasin 2002 menyatakan bahwa ada 6 peranan oleh sektor pertanian yang dapat dirinci dala m kaitannya dengan pembangunan ekonomi Indonesia, yaitu: 1. Menyediakan bahan pangan, sandang dan papan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. 2. Menyediakan bahan baku dari produk pertanian guna memenuhi permintaan pasar dari kegiatan agroindustri. 3. Menyediakan lapangan kerja yang berkaitan langsung dan tak langsung dengan kegiatan pertanian. 4. Tenaga kerja di sektor pertanian dapat sebagai sumber tenaga kerja disektor ekonomi lain, seperti industri dan jasa. 5. Sebagai sumber modal yang dapat dialokasikan pada pembanguna n pertanian dan non pertanian. 6. Menghasilkan devisa negara yang diperoleh dari hasil ekspor produk pertanian dan olahannya.. Secara persentase berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2003 tercatat di Kabupaten Kampar jumlah angkatan kerja sebesar 52,76 penduduk, 47,24 bukan angkatan kerja dan 6,47 adalah pengangguran Kampar Dalam Angka, 2004. 9 Tabel 1. Perbandingan Angkatan Kerja Menurut Pekerjaan Utama di Kabupaten Kampar Tahun 2003 Tahun 2003 No. Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah jiwa Pers entase 1 Pertanian 183.384 62,45 2 Pertambangan dan Penggalian 1.821 0,62 3 Industri Pengolahan 8.075 2,75 4 Konstruksi 13.772 4,69 5 Perdagangan 33.329 11,35 6 Komunikasi dan Angkutan 13.508 4,60 7 Keuangan 969 0,33 8 Listrik, Gas dan Air 1.410 0,48 9 Jasa 37.382 12,73 Jumlah 293.649 100,00 Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004. Adanya proyek-proyek sumberdaya alam berukuran besar di daerah, akan memainkan peranan penting dalam stabilitas ekonomi, karena diharapkan proyek- proyek ini akan memberikan efek ganda Katili, 1983. Daerah-daerah tersebut akan terbuka dan kegiatan pembangunan lainnya akan akan menyusul, karena lambat-laun akan tersentuh oleh dunia luar.

2.2. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit