Kerjasama Regional Perdagangan Bebas globalisasi Persaingan Dengan Daerah Lain

83 efisiennya biaya produksi dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. Ketersedia an teknologi baik dibidang industri pengolahan hasil perkebunan maupun industri- industri bidang lainnya, merupakan suatu peluang bagi pembangunan Kabupaten Kampar.

d. Kerjasama Regional

Saat ini terdapat peluang kerja sama yang bersifat regional dan interna sional atau dengan negara lain, seperti negara Malaysia dan Singapura. Bentuk-bentuk kerjasama itu antara lain IMS-GT Indonesia, Malaysia, Singapura – Growth Triangle, IMT-GT Indonesia, Malaysia, Thailand – Growth Triangle. Dengan dilakukannya kerjasama internasional ini diharapkan akan diperoleh kesempatan yang lebih luas bagi kalangan pengusaha untuk menjalankan usahanya di Kabuputen Kampar khususnya dibidang subsektor perkebunan. Keterlibatan negara lain dalam bentuk kerjasama internasional sangat dimungkinkan untuk dilakukan dalam upaya pembangunan perkebunan di Kabupaten Kampar. Kerjasama ini sangat potensial kerena ditunjang dengan faktor letak geografis yang cukup strategis dan potensi sumberdaya alam yang cukup tinggi.

B. Ancaman Threat

a. Perdagangan Bebas globalisasi

Globalisasi dapat diartikan perpaduan pasar keuangan diseluruh dunia menjadi suatu pasar internasional yang pelakunya adalah seluruh pelaku ekonomi yang berasal dari seluruh negara yang ada didunia. Pasar keuangan dapat dikelompokkan sebagai pasar internal dan pasar eksternal. Artinya, siapa saja atau 84 perusahaan apa saja dapat melakukan globalisasi dengan cara memasuki atau memiliki jaringan yang bagus di pasar internasional. Potensi dan iklim usaha yang cukup kondusif saat ini belum menjamin keberlangsungan usaha pada masa mendatang. Cepat atau lambat kondisi ini akan dipengaruhi oleh datangnya pesaing asing yang berusaha di bidang yang sama. Pada saat itu persaingan usaha menjadi semakin ketat, ditambah dengan diberlakukannya perdagangan bebas AFTA secara lebih luas. Implikasi dari kondisi ini menyebabkan daerah yang survive adalah daerah yang mampu bersaing dan selalu memperhatikan perubahan yang terjadi atau adaptable dengan iklim persaingan yang ketat tersebut.

b. Persaingan Dengan Daerah Lain

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 serta disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004, memberikan dampak yang sangat signifikan bagi daerah terhadap hak dan kewenangan dalam mengatur rumah tangganya sendiri serta memberikan kebebasan bagi daerah untuk menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi yang dimiliki, hal inilah yang dinilai dapat menimbulkan persaingan dengan daerah lain yang mengusahakan investasi dalam kegiatan yang sama dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah PAD pada masing- masing daerah.

c. Alih Fungsi Lahan.