Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

9 Tabel 1. Perbandingan Angkatan Kerja Menurut Pekerjaan Utama di Kabupaten Kampar Tahun 2003 Tahun 2003 No. Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah jiwa Pers entase 1 Pertanian 183.384 62,45 2 Pertambangan dan Penggalian 1.821 0,62 3 Industri Pengolahan 8.075 2,75 4 Konstruksi 13.772 4,69 5 Perdagangan 33.329 11,35 6 Komunikasi dan Angkutan 13.508 4,60 7 Keuangan 969 0,33 8 Listrik, Gas dan Air 1.410 0,48 9 Jasa 37.382 12,73 Jumlah 293.649 100,00 Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004. Adanya proyek-proyek sumberdaya alam berukuran besar di daerah, akan memainkan peranan penting dalam stabilitas ekonomi, karena diharapkan proyek- proyek ini akan memberikan efek ganda Katili, 1983. Daerah-daerah tersebut akan terbuka dan kegiatan pembangunan lainnya akan akan menyusul, karena lambat-laun akan tersentuh oleh dunia luar.

2.2. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Naik turunnya pasokan CPO di Indonesia, terkait dengan kemauan petani Pola Inti Rakyat untuk menaikan produktivitas lahan sawit mereka, sedangkan kemauan petani untuk menaikan produktivitas lahan sawit tergantung pada besarnya insentif yang disediakan oleh pihak perusahaan inti untuk para petani sawit dan program penyuluhan di proyek PIR Poeloengan dan Lubis, 1992. 10 Kemudian Poeloengan dan Lubis 1992 juga menyatakan bahwa prospek industri minyak sawit di Indonesia sangat tergantung pada tiga hal; Pertama, kemampuan para industriawan minyak sawit Indonesia untuk secara optimal menggunakan potensi keragaman kegunaan yang dimiliki oleh minyak sawit. Kedua, kemauan produsen kelapa sawit untuk menikan produksinya, baik petani kelapa sawit yang tergabung dalam PIR kelapa sawit maupun perusahaan perkebunan besar milik swasta dan negara yang berperan sebagai perusahaan inti. Ketiga, kamauan perusahaan inti menciptakan paket insentif yang dapat mendorong petani kelapa sawit untuk meningkatkan produktifitas lahan perkebunan kelapa sawit mereka. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar merupakan salah satu kegiatan pembangunan dalam upaya mengoptimalkan pemakaian sumberdaya alam. Sinaga 1994, menyatakan bahwa pabrik sebagai sarana pengolahan, dapat menghasilkan minyak yang telah diproduksi dari lapangan. Bahan baku untuk pabrik pengolahan kelapa sawit diperoleh dari buah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit. Selain itu Sinaga 1994, menyatakan bahwa keberhasilan pabrik pengolahan kelapa sawit ditentukan oleh bahan-bahan pendukung, ya itu energy supply. Energi untuk menggerakan mesin- mesin pengolah, diperoleh dari stasiun pembangkit tenaga. Tenaga di pabrik pengolahan kelapa sawit dihasilkan oleh Turbin Uap, dimana uap dihasilkan oleh Boiler. Stasiun boiler ditunjang oleh water supply. Keseluruhan unit ini harus bekerja dengan terkoordinasi, karena setiap unit berhubungan dan menentukan bagi kelancaran unit selanjutnya. 11 Pengendalian Limbah Pabrik Kelapa Sawit LPKS, dilakukan dengan prinsip perombakan dalam kondisi anaerobik dan aerobik. Kondisi anaerobik membutuhkan persyaratan yang dapat menunjang proses perombakan LPKS secara biologis, yaitu keasaman, temperatur dan nutrisi yang tersedia. Perombakan anaerobik dapat dilakukan pada tangki yang disebut reaktor dan pada kolam tanah. Perombakan pada reaktor umumnya lebih cepat karena kedalaman kolam dan suhu dapat dipertahankan, sedangkan pada kolam tanah tidak dapat dipertahankan Tobing dan Naibaho, 1992. Baku mutu limbah cair dengan sistem kolam dapat dicapai dengan masa penahanan 140 hari. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit yang pasti akan memberikan pengaruh bagi masyarakat yang bermukin disekitarnya. Pengaruh yang ditimbulkan baik dari segi terbukanya daerah sebagai bagian dari dibukanya sarana transportasi, juga memberikan pengaruh yang dirasakan beberapa waktu kamudian. Pengaruh yang ditimbulkan bisa terhadap aspek sosial ataupun aspek ekonomi. Pengaruh terhadap aspek sosial adalah pengaruh yang mengakibatkan perubahan-perubahan kondisi sosial yang terjadi pada individu-individu atau keluarga petani disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengaruh yang ditimbulkan bisa meliputi pendidikan keluarga, kesehatan keluarga, status dan luas kepemilikan lahan. Selain pengaruh terhadap aspek sosial, terdapat pula pengaruh terhadap aspek ekonomi, dimana pengaruh yang mengakibatkan perubahan-perubahan kondisi ekonomi yang terjadi pada individu atau keluarga petani disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengaruh yang ditimbulkan bisa meliputi pendapatan 12 kepala keluarga, perubahan jenis usahatani dan tingkat kesejahteraan keluarga. Pengaruh yang timbul sebagai eksternalitas dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit adalah pengaruh yang ditimbulkan kepada individu atau keluarga yang sebenarnya tidak memanfaatkan keberadaan pabrik tersebut secara langsung. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit pada suatu daerah, seharusnya dilihat sebagai keberadaan sebuah proyek ditengah-tengah masyarakat petani kelapa sawit. Dalam sebuah proyek, keputusan-keputusan yang diambil dalam kepengurusan yang terbuka untuk umum, cocok didalam suatu proses. Menurut Ahyari 2002, proses adalah cara atau metode maupun teknik untuk penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan proses produksi adalah merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan. Erat hubungannya dengan masalah proses produksi tersebut adalah apa saja masukan input dari proses produksi tersebut serta keluaran output apa saja yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut dengan penyelenggaraan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan itu. Berdasarkan pendapat-pendapat dan kondisi diatas, terhadap keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit, diperlukan adanya suatu bentuk pengendalaian oleh pihak perusahaan. Pengendalian merupakan unsur utama dari setiap pekerjaan manajemen. Jatmiko 2003 menyatakan, pengendalian didefenisikan sebagai suatu aktivitas membuat agar sesuatu terjadi sesuai dengan apa yang direncanakan untuk terjadi. Dalam melaksanakan pengendalian, para manajer harus mempunyai pengertian dan pemahaman yang jelas terhadap hasil- hasil 13 aktivitas atau kinerja tertentu yang diharapkan untuk terjadi pada suatu organisasi. Pengendalian strategik dilakukan oleh manajer yang tujuannya adalah untuk memastikan bahwa rencana-rencana menjadi kenyataan, sehingga mereka perlu memahami dengan jelas tentang apa realitas atau kenyataan yang diharapkan.

2.3. Pengolahan Kelapa Sawit