Revitalisasi Tata Tertib Perpustakaan Sekolah Revitalisasi Kebijakan Kepala Sekolah Efektifitas Pembelajaran

5. Revitalisasi Tata Tertib Perpustakaan Sekolah

Revitalisasi tata tertib perpustakaan adalah mengaktifkan kembali, membaharukan atau menghidupkan kembali tata tertib yang sudah ada agar tata tertib tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang telah dibuat dan disepakati untuk menertibkan user dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah. Revitalisasi tata tertib perpustakaan sekolah harus dilaksanakan manakala tata tertib tersebut dirasa sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Revitalisasi tata tertib perpustakaan sekolah dapat dilakukan dengan mengaktifkan atau menggalakkan kembali tata tertib yang sudah ada dan dapat pula dengan menambah atau mengurangi point tata tertib karena adanya kebutuhan atau keterpaksaan.

6. Revitalisasi Kebijakan Kepala Sekolah

Revitalisasi kebijakan kepala sekolah adalah mengaktifkan dan mengefektifkan setiap kebijakan yang telah dibuat oleh kepala sekolah bahkan yang telah dilaksanakan di sekolah, dan dalam hal ini kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pembelajaran dan kepustakaan. Kebijakan kepala sekolah yang langsung terkait dengan kedua hal tersebut yang harus dilakukan revitalisasi misalnya kegiatan kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah secara bergilir perkelas setiap minggunya atau biasa digunakan istilah “studi perpustakaan atau kunjungan baca perpustakaan”. Kegiataan ini adalah kegiatan positif yang dapat meningkatkan minat baca siswa di sekolah dan dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap perpustakaan serta dapat melatih siswa untuk selalu berusaha mencari informasi lebih lanjut melalui sumber-sumber belajar lain selain guru dan buku yang dimilikinya.

7. Upaya Kepala Sekolah, Para Guru dan Tenaga Pengelola

Perpustakaan dalam Memobilisasi Siswa untuk Mendayaguna Perpustakaan Sekolah Kepala sekolah, para guru dan tenaga pengelola perpustakaan sekolah sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran dan kegiatan perpustakaan harus dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Mereka, ketiga pihak tersebut harus dapat bekerjasama untuk menghidupkan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kaitannya dengan perpustakaan, perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar di sekolah harus mampu memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah. Oleh karena itu, ketiga pihak tersebut harus mampu memobilisasi siswa agar mau memanfaatkan salah satu sumber informasi tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah antara lain: a. Mewajibkan siswa untuk membaca koleksi dan memanfaatkan fasilitas lain yang ada di perpustakaan sekolah. b. Memberikan contoh yang baik dengan secara bergilir setiap harinya minimal dua 2 guru berada di perpustakaan walau sekedar menemani siswa membaca agar siswa lebih termotivasi. c. Sekurangnya sekali dalam satu 1 semester pihak perpustakaan sekolah bekerjasama dengan para guru dan kepala sekolah membuat lomba semacam lomba karya ilmiah yang harus diikuti oleh setiap kelas dalam rangka melatih daya kreatifitas dan daya berpikir siswa. Efektifitas Pembelajaran Pengertian Efektifitas “Efektifitas” berasal dari kata “efek”, yang secara umum dapat kita artikan sebagai akibat atau pengaruh, dan kemudian berkembang menjadi “efektif” yang berarti tepat guna. Berikut beberapa pengertian mengenai “efektifitas” yang terdapat pada beberapa sumber informasi. Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti “berhasil guna, efisien, mangkus, positif, praktis, ampuh, asian, berkhasiat, cespleng cak, makbul Ar, mandi Jw, manjur, mempan, mengena, mujarab, mustajab, sakti, sehat, tokcer cak”. 38 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Melayu, efektifitas diartikan sebagai “ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, dsb; dapat membawa hasil ttg usaha, tindakan, dsb; berhasil guna”. 39 “Efektif adalah mempunyai efek, pengaruh atau akibat, memberikan hasil yang memuaskan, memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya: bekerja secara – sangat menguntungkan , berhasil guna, mangkus”. 40 Pendapat lain yang juga masih terkait dengan efektifitas, “efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”. 41 Sedangkan Peter Drucker memberikan definisi sebagaimana yang dikutip oleh T. Hani Handoko, “efektifitas adalah melakukan pekerjaan dengan benar doing the rights things”. 42 Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum efektifitas adalah ketercapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai keefektifan. Pengertian pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar adalah istilah yang paling utama dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan pernah terjadi proses pendidikan. Dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan 38 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, …, h. 166-167 39 Tim Penyusun Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Bandar Seri Begawan: Dewan Bahan dan Pustaka Brunei, 2003, h. 655 40 J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing, …, h. 75 41 T. Hani Handoko, Manajemen,, …, h. 7 42 T. Hani Handoko, Manajemen,, …, h. 7 pribadi seutuhnya”. 43 Sedangkan dalam arti sempit, “belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.” 44 “Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 45 “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing”. 46 Sedangkan menurut Wiltherington, sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata, “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan”. 47 Menurut Howard L. Kingsley, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djumarah, “learning is the process by which behavior in the broader sense is originated or changed through practice or training . Belajar adalah proses di mana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 48 Oemar Hamalik juga memberikan definisi mengenai belajar, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. 49 43 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, h. 20 44 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar,…, h. 20-21 45 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991, Cet Kedua, h. 2 46 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet.1, h. 36 47 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Keempat, h. 155 48 Syaiful Bahri Djumarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 13 49 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. Keempat, h. 28 Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya yang pada dasarnya untuk memperoleh suatu hal yang positif menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku, dan proses mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadarinya.

a. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, bukan hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu dan memiliki minat terhadap pelajaran yang diajarkan. Berikut ini pendapat yang diungkapkan oleh Bohar Suharto 1997 sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, “mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur mengelola lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan”. 50 Moh. Uzer Usman memberikan definisi mengenai “mengajar” sebagai berikut: Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan 50 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2007, h. 7 anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. 51 Sedangkan Oemar Malik 1992 mendefinisikan, “mengajar sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”. 52 Sedangkan Davies 1971, sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, “mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan”. 53 Mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang pada umumnya disebut sebagai guru terhadap siswa sebagai objek belajar dalam rangka membimbing siswa ke arah yang dikehendaki untuk mewujudkan tujuan pendidikan, dan proses yang dilakukan bukan sekedar transfer of knowledge, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan minat siswa terhadap pelajaran.

c. Pembelajaran

Perpaduan antara dua konsep antara belajar dan mengajar akan melahirkan konsep baru yang dikenal dengan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 54 51 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 6 52 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, … , h. 7 53 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, … , h. 7 54 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I Tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 20, … Wina Sanjaya memberikan deskripsi mengenai pembelajaran adalah sebagai berikut: Mengajar-belajar merupakan satu istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara mengajar dan belajar diistilahkan Dewey sebagai “menjual dan membeli” , teaching is to learning as selling is to buying. Artinya, seseorang tidak mungkin akan menjual manakala tidak ada yang membeli, yang berarti tidak ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seseorang belajar. Dengan demikian, dalam istilah mengajar, juga terkandung proses belajar. Inilah makna pembelajaran. 55 Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. 56 Sedangkan E. Mulyasa mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut, “pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. 57 Pembelajaran adalah proses menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan kegiatan membimbing kegiatan belajar anak didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku dan kecakapan manusia melalui interaksi antar individu atau individu dengan lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan baik itu yang sifatnya kognitif, afektif maupun psikomotorik, karena pembelajaran pada 55 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2008, h. 216 56 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,…, h. 57 57 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi, bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Kesembilan, h. 100 umumnyabiasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan dalam usahanya mentransformasikan ilmu yang diberikannya kepada peserta didik berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.

3. Efektifitas Pembelajaran

Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan yang dimaksud dengan pelaksanaan pembelajaran efektif adalah mengajar sesuai prinsip, prosedur, dan design sehingga tercapai tujuan perubahan tingkah laku anak. Tolak ukur efektifitas pembelajaran adalah keberhasilan guru dalam menyampaikan pelajaran, atau dapat juga dikatakan dengan terpenuhinya target atas siswa dalam penyelesaian suatu program belajar dan mampu menunjukkannya melalui prestasi. Selain prestasi, hal lain yang juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran adalah terbentuknya watak dan kepribadian yang bertanggungjawab pada diri siswa yang belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, baik itu pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Efektifitas pembelajaran dapat tercapai atas kerjasama kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa sebagai pelakunya. Kerangka Berpikir Setiap sekolah dimana pun, memang idealnya harus memiliki perpustakaan sekolah, karena perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar yang baik secara sadar maupun tidak sadar pasti bermanfaat keberadaannya. Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian proses belajar mengajar sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah siswa mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa belajar mandiri, terlatih ke arah tanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan ilmu pengetahuan pada saat ini untuk masa mendatang adalah salah satu tuntutan yang tidak dapat begitu saja ditapikkan. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diperoleh apabila kita mau dan rajin untuk menggali informasi, dan itu dapat dilakukan sejak dini, katakanlah pada usia belajar aktif. Perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang memiliki peranan sebagai sarana yang dapat membantu para peserta didik untuk memperluas cakrawala imajinasi, area-area investigasi penyelidikan, dan sebagainya, maka perpustakaan harus mampu memfasilitasi siswa sekolah yang bersangkutan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar perpustakaan mampu memfasilitasi siswa di sekolah yang berangkutan, maka perpustakaan sekolah harus diselenggarakan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajerial dalam pengelolaannya. Dengan penyelenggaraan perpustakaan yang terprogram dan termanajemen, diharapkan perpustakaan dapat lebih berfungsi serta berdayaguna dalam penyelenggarannya di sekolah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang terdapat pada bab I, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana peran perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat di lihat dari sisi perencanaan penyelenggaraan perpustakaan yang meliputi penentuan akan fasilitas, koleksi dan anggaran perpustakaan sekolah; kemudian pengorganisasian yang terdiri dari pelayanan perpustakaan; pengaturan staff staffing atau tenaga pengelola perpustakaan; penggerakan actuating serta pengendalian controlling oleh kepala sekolah. 3. Untuk mengetahui bagaimana koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. 4. Untuk mengetahui bagaimana minat siswa dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah. 5. Untuk memperoleh gambaran efektifitas pembelajaran siswa SMA PGRI 56 Ciputat dengan adannya perpustakaan sekolah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun tempat atau lokasi penelitian yang akan menjadi objek penelitian dalam karya ilmiah ini adalah SMA PGRI 56 Ciputat, yang letak geografisnya berada pada Jalan Pendidikan No. 30 Ciputat Tangerang 15411.