profesionalisme kerjanya, tenaga pengelola perpustakaan sekolah tersebut pun belum
dapat dikatakan profesional, karena Ia lebih sering berada di luar perpustakaan
sehingga menyulitkan pengunjung untuk mengunjungi perpustakaan, selain itu
keterbatasan pengetahuan pustakawan mengenai ilmu kepustakaan merupakan
salah satu dari sekian masalah yang dihadapi perpustakaan SMA PGRI 56
Ciputat. Jika dilihat dari pengalaman-pengalaman
yang ada, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat belum memiliki kualitas
pengelolaan yang efektif dan efisien, dan alangkah baiknya bila pihak sekolah lebih
memperhatikan lagi terutama pada unsur tenaga pengelola perpustakaan.
f. Anggaran Perpustakaan
Anggaran atau dana adalah hal yang paling mendasar dari setiap kegiatan.
Begitu pula anggaran yang di alokasikan untuk penyelenggaraan perpustakaan SMA
PGRI 56 Ciputat. Anggaran yang disediakan untuk kegiatan perpustakaan
sekolah ini berasal dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
RAPBS. Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari pihak yang berwenang
yaitu kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, anggaran yang di alokasikan untuk
perpustakaan sekolah adalah Rp. 2.000.000,-tahun. Anggaran tersebut sudah
mencakup seluruh kegiatan perpustakaan, termasuk pengadaan dan perawatan
fasilitas perpustakaan, dan perawatan- perawatan tersebut dilakukan secara
bergantian pada setiap tahunnya.
g. Peran Guru dalam Pembelajaran dan Pemanfaatan Fasilitas
Belajar serta Kontribusinya terhadap Perpustakaan Sekolah
Seperti yang telah disinggung pada bab dan materi-materi sebelumnya bahwa guru adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan siswa dan pembelajaran serta kurikulum, maka sudah seharusnya seorang guru dapat memobilisasi siswa untuk
memanfaatkan fasilitas belajar di sekolah. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh para siswa berkenaan dengan buku pelajaran, para
guru SMA PGRI 56 Ciputat sering meminta siswa untuk mencari referensi melalui koleksi perpustakaan sekolah.
Para guru tidak jarang meminta siswa untuk mengunjungi perpustakaan untuk belajar ataupun mencari informasi lebih lanjut.
Tetapi sekali lagi, keterbatasan kuantitas dan kualitas koleksi perpustakaan adalah kendala yang dihadapi siswa dalam pemanfaatan
perpustakaan sekolah. Namun, dalam hal ini guru SMA PGRI 56 Ciputat tidak dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Salah satu diantara sekian banyak orang yang juga harus ikut bertanggungjawab atas ketersediaan koleksi perpustakaan sekolah
adalah guru, karena koleksi perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar siswa di sekolah. Idealnya, seorang guru harus dapat
memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak sekolah dan perpustakaan dalam hal koleksi atau buku apa yang dibutuhkan siswa
dalam pembelajaran di kelas, karena koleksi perpustakaan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa di sekolah, terlebih siswa
SMA PGRI 56 Ciputat yang kondisinya sangat minim akan buku pelajaran pribadi.
Namun, di sekolah tersebut kerjasama antara guru sebagai orang secara langsung berhubungan dengan kurikulum dengan perpustakaan
sekolah tidak berjalan dengan baik, hal ini sangat terlihat dari minimnya koleksi yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai referensi
dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah SMA
PGRI 56 Ciputat, “harus kami akui bahwa komitmen guru terhadap sekolah ini masih cukup jauh dari yang diharapkan, hal ini terlihat
pada keseharian guru. Mereka hanya melaksanakan tugas sebatas memenuhi jam mengajar, jadi bila mereka tidak ada jam mengajar,
mereka sering tidak terlihat di sekolah. Kontribusi mereka terhadap perpustakaan sekolah pun tidak terlalu nampak, hanya beberapa guru
saja yang terlihat peduli terhadap koleksi perpustakaan yang nantinya digunakan oleh siswa”.
6
h. Tanggungjawab Kepala Sekolah sebagai Manager Sekolah dalam