tagihan, dan persyaratan untuk memiliki pekerjaan tetap. Ketika bebas dari kontrol orang tua, mereka mencari figur orang tua dalam bentuk
institusi yang dapat mengarahkan perilaku mereka dan memberikan mereka ganjaran pelanggaran disiplin. Bahaya yang terdapat pada tahap
ini adalah menyerahkan kekuatan kehidupan pada orang lain yang tidak dapat memenuhi kepentingan jiwa yang terbaik.
c. Skeptikindividual
35
Orang dalam tahap perkembangan ini memercayai terdapat kekuatan tertinggi yang mengatur alam semesta, tetapi mereka lebih
mengarah pada sumber tertinggi. Orang ini dapat mengatur diri sendiri dan tidak membutuhkan orang tua spiritual yang bersifat eksternal.
Mereka umumnya memiliki tingkat pendidikan yang baik dan merupakan pemimpin di dalam komunitasnya, melayani dengan cara yang dapat
mereka lakukan, memberi konstribusi sesuai waktu dan sumber daya. Sering kali, mereka jug seorang ilmuwan, profesional dalam pendidikan
tinggi dan umumnya mereka pemikir ilmiah. Mereka adalah orang tua yang baik dan menjaga keluarga sebagai tanggung jawab tertinggi
mereka. Mereka memiliki komitmen tinggi terhadap idealisme, dan menjadi contoh teladan bagi warga negara dan masyarakat. Mereka
umumnya setuju bahwa agama sangat fungsional bagi banyak orang, namun mereka tidak harus menggunakannya. Individu ini memiliki
35
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 300.
ikatan terhadap tujuan dan bahkan takdir. Mereka sering kali menekankan pentingnya karakteristik cinta, kebaikan hati dan
menghindarkan diri dari menyakiti orang lain. Mereka menunjukkan kehidupan spiritual, namun sering kali tidak melakukan praktik
keberagamaan. d.
MistikalKomunal
36
Istilah komunal dipergunakan untuk menggambarkan orang-orang yang berada pada tingkat perkembangan spiritual, karena bangunan
komunitas merupakan prioritas: bekerja untuk kesatuan dan komunitas di tempat kerja, tetangga, rumah, sekolah, dan tempat ibadah. Orang-orang
ini membuat kedamaian, mereka adalah orang dengan kebijaksanaan dan pengorbanan. Mereka berfungsi dengan visi yang lebih luas dari
kebanyakan orang dan memahami sistem. Istilah mistikal dipergunakan untuk mendefenisikan perasaan kebahagiaan mutlak ketika menemukan
misteri kehidupan. Mereka melihat bahwa kehidupan dari sudut humor, meskipun bagi kebanyakan orang situasi tersebut menimbulkan frustasi.
Mereka memiliki pandangan global yang terdapat pada kejadian tunggal. Mereka memiliki visi jangka panjang dan pemahaman terhadap dinamika
masing-masing peristiwa. Mereka menanam kebijaksanaan dan menganjurkan kesatuan sehingga memiliki kontribusi pada kesehatan
sosial. Orang dalam tahap ini melihat asal mereka sebagai yang awal dan
36
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 301.
yang akhir, pada waktu yang sama, baik dengan mereka atau tanpa mereka. Mereka memiliki kebahagiaan dalam penyatuan dengan Tuhan.
3. Tahap transisi spiritual Moody
37
Harry C. Moody dn David Carrol 1997 juga melakukan penelitian tentang perkembangan spiritual, yang disebut tahap transisi spiritual the
stages of spiritual transition. Tahap transisi spiritual ini terdiri dari lima tahap, yang meliputi sebagaimana berikut:
a. Tahap panggilan
Tahap panggilan merupakan tahap tumbuhnya kesadaran terhadap kekosongan diri dan ketidakmampuan untuk memenuhi tujuan kehidupan.
Dalam menghadapi kepahitan hidup reaksi setiap orang berbeda. Orang- orang tertentu merasakan kekosongan hidup meskipun kehidupan terlihat
berjalan baik. Ada sesuatu yang hilang dan membingungkan dalam kehidupan. Ketika panggilan untuk menjawab masalah ini datang,
seseorang memiliki dua pilihan: memilih komitmen diri untuk menjawab panggilan dengan jawaban pribadi atau menutup segala perasaan dan
bertindak seperti biasanya sehingga ia tidak merasa tertekan. Jika individu mulai mempertanyakan penyebab kekosongan pada diri mereka
dengan menjawab berbagai pertanyaan pribadi, mereka mulai proses perkembangan spiritual selanjutnya yang disebut tahap pencarian untuk
mencari kebenaran diri.
37
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 302.
Usia pertengahan merupakan titik di mana orang mulai mengalami kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan spiritual mereka.
Manusia merasakan pentingnya makna hidup, krisis yang tidak terpecahkan membutuhkan penjelasan. Panggilan terjadi pada semua
orang setiap waktu, namun pada usia pertengahan individu menjadi lebih sadar bahwa kebutuhan untuk menjawab hal itu tidak dapat dihindari. Ia
telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang dinamika kehidupan, dan melihat berbagai pikiran yang kaku dapat
mengacaukannya. b.
Tahap pencarian
38
Tahap pencarian adalah titik di mana individu mulai mencari jalan spiritual dengan melihat ke dalam dan mempertanyakan diri mereka
sebagai pertanyaan serius tentang prinsip integritas dan menguji kepercayaan inti mereka. Mereka mulai menguji berbagai agama dan
kepercayaan spiritual yang berbeda untuk menemukan jawaban pertanyaan yang tidak dapat dituliskan dengan kata-kata. Seseorang
mungkin mendapatkan kedamaian dengan menjadi lebih dekat dengan alam, mempelajari mitos atau kembali ke tempat ibadah. Jika mereka
kehilangan kepercayaan awal mereka, mereka mungkin akan mencari kembali tempat ibadah mereka pada waktu kecil atau mencari filsafah
religius agama yang berbeda-beda. Jika mereka tidak religius, mereka
38
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 303.
mungkin mencari sistem kepercayaan lain yang bersifat tradisional atau modern. Selama pencarian, orang terus mencari jawaban, makna dan
tujuan hidup, serta tempat yang mereka miliki. Orang dalam tahap ini menghubungkan diri mereka lebih pribadi dengan kepercayaan,
komunitas atau pemimpin spiritual yang dapat memberi nasihat dalam perjalanan mereka dan membantu mereka mencapai jalannya. Prinsip
spiritualitas dari integritas, kejujuran, ketenangan, dan kesabaran menjadi lebih penting dan mengganti fokus utama pada tujuan material dan karir
di masa lampau. Orang ini mulai memiliki misi dan pencarian menjadi alasan untuk hidup. Ketika mereka lebih menjalankan sistem kepercayaan
mereka lebih dalam, mereka menemukan informasi baru seperti kelaparan di tengah pesta makanan. Orang yang berada dalam tahap pencarian mulai
memiliki konsep pribadi yang baru dari kekuatan yang lebih tinggi. Mereka membicarakan perasaan mereka secara pribadi, dan menemukan
kegairahan di dalamnya. c.
Tahap pergolakan
39
Begitu seseorang menemukan proses spiritual diri dalam memahami makna hidup, masing-masing orang mulai menyesuaikan diri
terhadap pikiran dan perilaku yang membawa mereka keluar dari konflik. Mulai dengan kegembiraan dan kegairahan seperti jika terlibat kisah
asmara baru, mereka mulai mengikat diri mereka pada gaya hidup baru.
39
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 303-304.