5. Nafs Radhiyah The Pleased Self
48
Pada tahap ini seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya, namun juga tetap bahagia dalam keadaan sulit, musibah atau cobaan dalam
kehidupannya. Ia menyadari bahwa segala kesulitan datang dari Allah untuk memperkuat imannya. Keadaan bahagia tidak bersifat hedonistik atau
materialistik, dan sangat berbeda dengan hal yang biasa dialami orang-orang yang berorientasi pada hal yang bersifat duniawi, prinsip memenuhi
kesenangan dan menghindari rasa sakit. Jika seseorang telah sampai pada tingkat mencintai dan bersyukur pada Allah, ia telah mencapai tahap
perkembangan spiritual ini.
6. Nafs Mardhiyah The Self Pleasing to God
49
Tahap ini termanifestasi melalui ikatan antara Sang Pencipta dengan yang diciptakan-Nya, melalui perasaan cinta yang mendasarinya. Sang
Pencipta menemukan manusia yang sempurna dalam kualitas yang dianugerahi-Nya ketika Ia menciptakannya. Nama atau sifat Allah
termanifestasi dalam diri manusia pada tingkat ini. Manusia yang sempurna ini telah kehilangan semua karakteristik fisik hewan yang membuatnya
menjadi tidak sempurna di bawah perintah nafsu. Sifat keilahian melekat dalam dirinya, dan ia telah melihat realitas sejati, yaitu kebenaran, karena ia
telah dianugerahi Ayn al-Yaqin, keyakinan.
48
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 309.
49
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, h. 310.
7. Nafs Safiyah The Pure Self
50
Mereka yang telah mencapai tahap akhir telah mengalami transedensi diri yang seutuhnya. Tidak ada nafas yang tersisa, hanya penyatuan dengan
Allah. Pada tahap ini, seseorang telah menyadari kebenaran sejati, “Tidak ada
Tuhan selain Allah”. Ia sekarang menyadari bahwa tidak ada apa-apa lagi kecuali Allah, dan hanya keilahian yang ada, dan setiap indra manusia atau
keterpisahan adalah sebuah ilusi. Titik ini tanpa panjang dan lebar, tidak menutupi daerah atau ruang tertentu. Inilah kesucian. Tidak ada keinginan
atau keluhan. Inilah yang awal dan yang akhir. Pada setiap titik, segala pengetahuan meliputinya. Jika mereka yang memiliki jiwa yang murni
bergerak, gerakannya merupakan kekuatan yang penyayang; jika ia berbicara kata-katanya adalah kebijaksanaan dan musik yang indah didengar telinga.
Jika ia muncul, terlihat indah dan menggembirakan yang melihatnya. Secara keseluruhan keberadaannya adalah ibadah, setiap sel dari tubuhnya tidak
henti-hentinya memuji Allah. Dia sederhana, meskipun ia tidak berdosa, ia selalu mengeluarkan air mata pertaubatan. Kebahagiaannya adalah melihat
manusia dapat mencapai Tuhannya. Rasa sakitnya adalah jika melihat manusia menjauhi-Nya. Ia mencintai orang yang mengabdi pada Allah lebih
dari segalanya. Ia marah jika melihat orang durhaka. Ia seorang yanga adil, dan lebih daripada adil. Ia adalah orang yang berusaha untuk menyadarkan
orang yang berdosa.
50
Ibid, h. 311.