KECERDASAN SPIRITUAL LANDASAN TEORI

memahami keberadaan maupun pengalamannya dimulai dari kesadarannya mengenai adanya realitas transenden berupa kepercayaan kepada Tuhan, ataupun yang dipersepsikan individu sebagai sosok transenden dalam khidupan, dan dicirikan oleh nilai- nilai yang dipegangnya. 3. Maslow mendefenisikan spiritualitas sebagi sebuah tahapan aktualisasi diri, di mana seseorang berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, kerendahhatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Pengalaman spiritual adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of human nature. 18 Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kepandaian seseorang berhubungan dengan Tuhan melalui rohaninya atau intelektuilnya, karena dalam spiritualitas itu sendiri mencakup perasaan, sikap, pemikiran, dan sebagainya, yang kemudian bisa diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk realisai kepada Tuhan. Spiritualitas juga adalah sebagai bentuk pengalaman batin seseorang yang meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam. Spiritualitas merupakan bagian esensial dalam unsur kehidupan manusia, karena dengan spiritualitas menjadi penentu dalam perjalanan hidup manusia, baik secara vertikal maupun horizontal. Sebagai bukti bahwa kecerdasan spiritual merupkan hal yang amat penting dalam kehidupan, sebagaimana telah diketahui berdasarkan ilmu 18 Dr. Abdul Jalil, M. EI, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan, Yogyakarta: LkiS Cemerlang, 2013, h. 24. pengetahuan dalam Islam, begitu juga dalam ilmu pengetahuan Barat. Dalam ilmu pengetahuan Islam dan Barat selalu dijelaskan tentang metode yang bersifat ilmiah dan non ilmiah. Namun, spirtualitas merupakan wilayah yang hanya bisa dicapai dengan metode non ilmiah dan merupakan hal yang paling esensial dalam kehidupan. Menurut Nashori 2002: 84-107, ilmu pengetahuan dalam Islam bukan hanya bekerja pada wilayah yang teramati observable area, tapi juga bekerja pada wilayah yang terpikirkan conceivable area dan wilayah yang tidak terpikirkan unconceivable area. Hal ini memaksa dirinya untuk membuat secara garis besar metode-metode psikologi Islam sebagai berikut: 19 a. Metode keyakinan Sumber yang sah dan harus diyakini adalah wahyu ilahi, yaitu Al- Qur’an al-karim dan Hadis. Dari dua pokok rujukan ini kemudian berupaya untuk menangkap pesan-pesan psikologis yang terkandung, baik dari segi kandungan materi matan atau dari segi sebab-sebab turunnya ayat asbab an-nuzul dan sebab turunnya Hadis asbab al-wurud. b. Metode rasionalisasi Manusia harus menggunakan rasio sambil menyadari keterbatasannya. Kerelatifan rasio harus dijadikan landasan bahwa rasio dapat menangkap hal-hal yang berbentuk tipu muslihat, perencanaan atau 19 Rafy Safuri, M. Si, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Mansuia Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 39. strategi, dan koreksi. Fritjof Schoun mengatakan bahwa rasionalisme itu keliru bukan karena ia berupaya untuk mengekspresikan realitas secara rasional, sejauh hal itu memungkinkan. Akan tetapi karena ia berupaya merangkul seluruh realitas ke dalam alam rasio, seakan-akan hal ini sesuai dengan prinsip segala sesuatu. c. Metode ilmiah Meneliti observe hal-hal yang dibatas oleh ruang lingkup benda-benda yang bersifat indrawi observable fact. Menurut M. D. Dahlan, metode ilmiah terdiri atas metode deskriptif dan metode eksperimen. Termasuk metode deskriptif adalah observasi dan riset korelasional. Di bawah ini dipaparkan contoh metode ilmiah. 20 1 Metode observasi 2 Riset korelasional 3 Metode eksperimental 4 Metode fenomenologi d. Metode non ilmiah 21 1 Metode ototritas. Sumber otoritas yang dapat dijadikan rujukan adalah Nabi, Sahabat, Tabi’in, Tabi’uttabi’in, para wali dan alim ulama, juga orang-orang yang memilki ilmu pengetahuan dan mengalami suatu peristiwa penting dalam hidupnya dapat juga 20 Rafy Safuri, M. Si, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Mansuia Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 40. 21 Ibid, h. 41. dijadikan sumber pengetahuan untuk mengetahui realitas yang tidak tampak oleh mata. 2 Metode intuisi. Tiga alasan menggunakan metode ini. Yang pertama, banyak digunakan orang dan efektif bagi mereka yang bergelut di dunia spiritual. Yang kedua, dapat diuji kemampuannya dalam memahami realitas secara objektif. Yang ketiga, dapat dipelajari oleh siapa pun dengan usaha yang intens dan terbimbing. Puncak dari pendalaman metode ini adalah ketersingkapan kasyaf dan keterbukaan futuh. Contoh teladan kenabian adalah Nabi Khidir mampu melihat waktu yang akan datang dan Nabi Yusuf membuka rahasia mimpi keduanya menggunakan mata batin. 3 Metode eksperimen spiritual. Metode ini mengedepankan rasa dzauq dan penghayatan wijdan. Semakin tinggi tingkat sensivitas seseorang, maka ia akan semakin mudah merasakan getaran dan kondisi kejiwaan makhluk yang ada disekitarnya. 22 Psikologi islami tidak diam pada sebatas pemahaman hakikat sesuatu, tapi lebih menekankan pada aktivitas merasakan dan mengalami. Kedua unsur inilah yang sebenarnya dicari dari pengkajian ilmu tentang jiwa. Metode eksperimen dalam metode non ilmiah di atas sebagai salah satu bukti bahwa spiritual itu merupakan hal non ilmiah, namun merupakan hal yang 22 Rafy Safuri, M. Si, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Mansuia Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 42. mendasar dalam kehidupan manusia. Ilmu rasa dan penghayatan adalah suatu hal yang mudah dipahami dan dijelaskan tapi sulit untuk dapat dirasakan oleh setiap orang, karena rasa harus dicapai melalui kedekatan kepada sang pemberi rasa, yakni Allah SWT. Jika seseorang sudah memakan berbagai jenis makana tapi rasa kenyang belum ia dapatkan, maka ada faktor yang menyebabkannya tidak kenyang, yaitu ia belum diberi rasa oleh Allah, sehingga ia tidak merasakan bahwa makanan yang ia makan adalah nikmat dari Allah yang harus disyukuri dan dinikmati dengan sebaik mungkin.

F. UNSUR-UNSUR KECERDASAN SPIRITUAL

23

1. Zero mind proccess Penjernihan emosi

Pada masa Rasulullah diceritakan, ada seseorang hamba sahaya bernama Bilal, yang dipaksa agar meninggalkan agamanya dan disiksa secara fisik oleh kaum Quraisy. Namun bilal tetap bertahan dan hanya berucap Ahad... Ahad... Ahad, meski bilal adalah budaknya yang tidak merdeka secara fisik tetapi Bilal tetap memegang teguh prinsip, mempertahankan keyakinan, apapun resiko yang akan dihadapinya, termasuk nyawa sekalipun. Bilal melalui kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan dan memisahkan antara fisik yang terbatas dan terbelenggu, dengan hatinya yang bebas merdeka. Tetapi batu itu tidak mampu menekan jiwanya yang bebas. Bilal tidak pernah mengizinkan pikirannya sendiri untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas pikiran, logika dan hatinya sendiri. 23 Skripsi Arie Mutya Wulan sari 0052019823, Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang, 2008, h. 26. Ia telah mengetahui bagaimana menguasai batinnya, ia mampu keluar dari dirinya sendiri melihat jasadnya yang dihimpit batu. Inilah makna “Ahad”, satu prinsip, tidak ada yang lain, bahkan tidak pula untuk jasadnya sendiri.

2. Membangun mental

Dalam membangun mental dibutuhkan prinsip : a. Suara hati manusia itu pada dasarnya bersifat universal. b. Keteladanan malaikat. Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat secara umum adalah kepercayaan yang dimiliki, loyalitas dan integrasinya yang sangat mengagumkan. c. Kepemimpinan semua orang adalah pemimpin minimal terhadap dirinya sendiri. Diharapkan pemimpin dapat menjadi pemimpin yang dicintai, dipercaya, membimbing, mempunyai kepribadian baik dan pemimpin abadi yang dikenang sepanjang masa. d. Pembelajaran. Diharapkan untuk tidak berhenti belajar. e. Memiliki visi yang jelas. f. Mengerjakan segala sesuatu dengan manajemen yang baik dan benar. 24

3. Ketangguhan pribadi

Untuk mengikuti pribadi yang tangguh diperlukan prinsip-prinsip : 24 Skripsi Arie Mutya Wulan sari 0052019823, Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang, 2008, h. 28. a. Menetapkan misi secara benar b. Membangun karakter lewat shalat sebagai kekuatan afirmasi untuk menyelaraskan nilai-nilai keimanan dengna realitas kehidupan c. Melatih pengendalian diri dengan puasa

4. Ketangguhan sosial

Ketangguhan sosial dapat dibangun dengan prinsip zakat. Prinsip zakat adalah “memberi” memberi kepada lingkungan sosial adalah salah satu modal awal untuk membentuk sinergi dalam rangka membangun “ketangguhan sosial” zakat adalah bentuk pelatihan dan aplikasi konkrit dari “prinsip dan keseimbangan bismillah”. 25

G. TAHAPAN SPIRITUAL

26 Tahapan-tahapan di dalam thariqah ada empat. Pertama, taubat dari kemaksiatan. Kedua, istiqomah di dalam ketaatan kepada Allah dan meninggalkan larangan-larangan Allah tanpa terkecuali. Sementara, untuk dua tahapan yang berikutnya; marilah kita simak maqalah Abuya Dimyathi selanjutnya : Tahapan ketiga yaitu membersihkan diri. Untuk itu, bagi seseorang santri penempuh jalan amat disyaratkan meninggalkan manusia, tidak bicara, tidak 25 Skripsi Arie Mutya Wulan sari 0052019823, Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam Mengembangkan kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang, 2008, h. 28-29. 26 H. Murtadho Hadi, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa Wejangan-Wejangan Ruhani Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen, Yogyakarta PT. LkiS Printing cemerlang, cet-ke I, 2011, h. 85.