Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Energi Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Protein Tabel 5.10 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Zat Besi Tabel 5.11

72 Berdasarkan tabel 5.8 diketahui paling banyak responden yang memiliki status gizi pendek stunting yaitu 49 orang 57.6 dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki status gizi pendek stunting yaitu 36 orang 42.4.

5.3 Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat, peneliti akan menghubungkan antara faktor independen terdiri dari asupan energi, protein, zat besi dan zat seng, stunting, stimulasi psikososial dengan faktor dependen yaitu status motorik pada anak 3-6 tahun.

5.3.1 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Energi

Tabel 5.9 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Energi pada Siswa PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014 Asupan Energi Status Motorik Halus Total P-value Normal Terganggu N N N Kurang 29 53.7 25 46.3 54 100 0.000 Cukup 30 96.8 1 3.2 31 100 Total 59 69.4 26 30.6 85 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.9 diketahui dari 54 anak dengan asupan energi kurang sebanyak 29 anak 53.7 memiliki status motorik halus normal. Sedangkan dari 31 anak dengan asupan energi cukup sebanyak 30 anak 96.8 memiliki status motorik halus normal. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0.000, artinya pada α= 5 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status motorik halus. 73

5.3.2 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Protein Tabel 5.10

Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Protein pada Siswa PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran LamaTahun 2014 Asupan Protein Status Motorik Halus Total P-value Normal Terganggu N N n Kurang 26 51 25 49 51 100 0.000 Cukup 33 97.1 1 2.9 34 100 Total 59 69.4 26 30.6 85 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.10 diketahui dari 51 anak dengan asupan protein kurang sebanyak 26 anak 51 memiliki status motorik halus normal. Sedangkan dari 34 anak dengan asupan protein cukup sebanyak 33 anak 97.1 memiliki status motorik halus normal. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0.000, artinya pada α= 5 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status motorik halus.

5.3.3 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Zat Besi Tabel 5.11

Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Zat Besi pada Siswa PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran LamaTahun 2014 Asupan Zat Besi Status Motorik Halus Total P-value Normal Terganggu N N n Kurang 9 27.3 24 72.7 33 100 0.000 Cukup 50 96.2 2 3.8 52 100 Total 59 69.4 26 30.6 85 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.11 diketahui dari 33 anak dengan asupan zat besi kurang sebanyak 9 anak 27.3 memiliki status motorik halus normal. 74 Sedangkan dari 52 anak dengan asupan zat besi cukup sebanyak 50 anak 96.2 memiliki status motorik halus normal. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0.000, artinya pada α= 5 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan status motorik halus. 5.3.4 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Zat Seng Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Zat Seng pada Siswa PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014 Asupan Zat Seng Status Motorik Halus Total P-value Normal Terganggu N N n Kurang 28 62.2 17 37.8 45 100 0.16 Cukup 31 77.5 9 22.5 40 100 Total 59 69.4 26 30.6 85 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.12 diketahui dari 45 anak dengan asupan zat seng kurang sebanyak 28 anak 62.2 memiliki status motorik halus normal. Sedangkan dari 40 anak dengan asupan zat seng cukup sebanyak 31 anak 77.5 memiliki status motorik halus normal. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0.16, artinya pada α= 5 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat seng dengan status motorik halus. 75

5.3.5 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Stunting

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 0 – 3 TAHUN (BATITA) DI KECAMATAN KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

0 15 2

Hubungan asupan zat gizi (energi, protein, besi dan seng), stunting dan stimulasi psikososial dengan status motorik anak usia 3-6 Tahun di paud wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

7 37 152

Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

0 6 146

Gambaran asupan karbohidrat dan status gizi anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015

1 18 58

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 4 17

HUBUNGAN ASUHUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUSGIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 3 12

Hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan Perkembangan anak usia 3-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kuranji Posyandu Taruko.

0 1 8

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN SERAT MENURUT STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PULAU SULAWESI

0 0 8

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI

0 0 19