Gambaran Asupan Seng dan Hubungannya dengan Status Motorik Kasar

94 tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan besi dalam sehari dengan tepat yang dibutuhkan oleh anak sesuai umur masing-masing anak.

6.6 Gambaran Asupan Seng dan Hubungannya dengan Status Motorik Kasar

dan Halus Seng adalah mineral mikro esensial baik pada manusia. Mineral ini diperlukan dalam pembentukan jaringan mata sehingga dapat tetap melihat di kegelapan, pembentukan sel darah putih dalam sistem kekebalan tubuh, fungsi lambung, kesehatan kulit, pertumbuhan dan fungsi sistem reproduksi, pertumbuhan janin dan sistem pusat saraf Kemenkes RI, 2014. Pangan sumber seng diantaranya adalah ikan terutama kerang dan daging sedangkan dari tumbuhan adalah serealia. Seng dari sumber nabati umumnya rendah dibanding sumber hewani Hotz, 2004 dalam Kemenkes RI, 2014. Dari hasil penelitian pada anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa diketahui paling banyak responden yang mengkonsumsi seng di bawah kebutuhan minimal yaitu 45 orang 52,9 dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi seng di atas kebutuhan minimal yaitu 40 orang 47,1. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferdiansyah, dkk 2009 yang menyatakan bahwa masih tinggi defisiensi seng dimana terdapat 62 balita usia 37-60 bulan yang mengalami defisiensi seng dengan menggunakan pengukuran recall 2 x 24 jam. Defisiensi seng dikarenakan kurangnya asupan seng, atatu kurangnya absorsi seng ke dalam tubuh. Tanda-tanda defisiensi seng meliputi rambut rontok, luka pada kulit, diare, kehilangan jaringan tubuh dan akhirnya kematian. 95 Defisiensi seng dapat menyebabkan rusaknya organ dan fungsi penglihatan, pengecap, bau dan ingatan, gangguan pertumbuhan, luka kulit dan perkembangan jenis kelamin yang tidak normal pada remaja laki-laki. Selain itu defisiensi seng juga dapat menyebabkan anemia, rendahnya daya tahan terhadap infeksi, sintesis kolagen tidak normal, menurunya fungsi pencernaan dan pengecapan serta gangguan sitem otak saraf yang dapat menyebabkan kemunduran mental Soetardjo dkk, 2011. Bedasarkan hasil analisis bivariat diketahui dari 45 anak dengan asupan zat seng kurang sebanyak 28 anak 62,2 memiliki status motorik halus normal. Sedangkan dari 40 anak dengan asupan zat seng cukup sebanyak 31 anak 77,5 memiliki status motorik halus normal. Pada hasil uji Chi-square didapatkan bahwa status asupan besi tidak berhubungan dengan status motorik halus pada siswa PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2014 Pvalue 0,16. Dan berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui dari 45 anak dengan asupan zat seng kurang sebanyak 21 anak 46.7 memiliki status motorik kasar normal. Sedangkan dari 40 anak dengan asupan zat seng cukup sebanyak 28 anak 70 memiliki status motorik kasar normal. Pada hasil uji Chi-square didapatkan bahwa status asupan seng tidak berhubungan dengan status motorik kasar pada siswa PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2014 Pvalue 0,25. Hal ini Hal ini tidak sesuai dengan teori Georgieff 2001 dimana seng berperan dalam proses tumbuh kembang terutama tumbuh kembang otak dalam 96 pelepasan neurotransmitter dimana neurotransmitter merupakan zat kimia yang ada di otak yang dipengaruhi oleh energi yang bertugas menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga menghasilkan gerak motorik. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada responden yang rendah asupan seng memiliki asupan energi yang rendah juga. Soetardjo 2011 menjelaskan bahwa seng berperan dalam reaksi yang berkaitan dengan karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat. Dalam hal ini seng berperan sebagai katalisator energi dalam sistem neurotransmitter untuk menghasilkan gerak motorik sehingga semakin besar asupan energi maka semakin besar pula asupan seng yang diperlukan untuk mepercepat sistem neurotransmitter. Dapat disimpulkan bahwa kondisi asupan zat seng pada siswa PAUD wilayah binaan puskesmas kecamatan Kebayoran Lama merupakan masalah gizi yang serius yaitu terdapat 45 orang 52,9 jika dibandingkan dengan kebijakan dan strategi pangan dan gizi nasional periode 2011-2015 diantaranya adalah tercapainya konsumsi zat gizi sebesar 74,47 dan dari hasil uji bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan seng dengan status motorik kasar p=0,25 p0,05 dan dengan status motorik halus p=0,16 p0,05. Namun dari pihak PAUD diharapkan dapat memberikan edukasi kepada orang tua atau pengasuh siswa berupa penyuluhan mengenai bahan pangan apa saja yang mengandung zat seng yang adekuat dan memberikan simulasi kepada orang tua tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan zat seng dalam sehari dengan tepat yang dibutuhkan oleh anak sesuai umur masing-masing anak. 97

6.7 Gambaran Stunting dan Hubungannya dengan Status Motorik Kasar dan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 0 – 3 TAHUN (BATITA) DI KECAMATAN KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

0 15 2

Hubungan asupan zat gizi (energi, protein, besi dan seng), stunting dan stimulasi psikososial dengan status motorik anak usia 3-6 Tahun di paud wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

7 37 152

Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

0 6 146

Gambaran asupan karbohidrat dan status gizi anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015

1 18 58

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 4 17

HUBUNGAN ASUHUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUSGIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 3 12

Hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan Perkembangan anak usia 3-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kuranji Posyandu Taruko.

0 1 8

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN SERAT MENURUT STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PULAU SULAWESI

0 0 8

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI

0 0 19