31
berlebihan, usus akan beradaptasi untuk mengurangi penyerapan mineral tersebut.
2.5.1 Energi
Energi berfungsi mempengaruhi zat kimia yang ada di otak yang disebut neurotransmitter yang bertugas dalam menghantarkan impuls dari
satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga menghasilkan gerak motorik Georgieff, 2001. Westermack et al 2000 menjelaskan neurotransmitter
merupakan pelepasan senyawa melalui sinaps dari akson ke dendrit yang berfungsi memicu rangsangan, yang berjalan menuruni dendrit ke badan
sel dan keluar melalui akson, seperti yang tertera pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2 Gambaran Siklus
Neurotransmitter Menghasilkan Motorik
Hasil penelitian Susanty et al 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status motorik
kasar dan halus. Demikian juga penelitian Kartika 2002 menunjukkan ada hubungan antara energi dengan status motorik. Semakin rendah
asupan energi maka semakin rendah kemampuan motoriknya.
32
2.5.2 Protein
Georgieff 2001 menjelaskan protein merupakan prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Dimana protein
disusun oleh asam amino yang terdiri dari esensial dan non esensial. Asam amino tirosin merupakan jenis asam amino yang berhubungan dengan
mekanisme gerak motorik yang berfungsi sebagai neurotransmitter. Westermack et al 2000 menjelaskan neurotransmitter bertugas dalam
menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga menghasilkan gerak motorik lihat gambar 2.1.
Georgieff 2001 juga menjelaskan fungsi otak yang baik tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi.
Neurotransmitter catecholamies dibentuk dari asam amino dan Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari Tryptophan. Serotonin
menstimulasi tidur yang penting untuk perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan catecholamine berkaitan dengan
keadaan siaga yang membantu menyerap informasi di otak. Hasil penelitian Susanty et al 2012 membuktikan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara asupan protein dengan status motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus. Demikian juga
penelitian Herwan 2005 menunjukkan bahwa adanya hubungan asupan protein dengan perkembangan motorik di Bengkulu pada bayi usia 6-12
bulan.
33
2.5.3 Besi Fe