Gambaran dan Hubungan Asupan Energi dengan Status Motorik Kasar dan Halus

83 analisis univariat bahwa paling banyak responden yang memiliki status motorik kasar yang normal yaitu 49 orang 57.6 dibandingkan dengan responden yang memiliki status motorik kasar yang terganggu yaitu 36 orang 42.4. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi dan Kartika 2010 yang menyatakan bahwa responden yang berusia lima tahun kebawah cenderung memiliki status motorik kasar terganggu dibandingkan dengan responden berusia di atas lima tahun. Menurut Adriana 2011 gangguan pada motorik kasar adalah yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan sikap tubuh yaitu keterlambatan dalam keterampilan otot-otot besar seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang. Apabila dibandingkan dengan target program SDIDTK tingkat puskesmas yaitu presentase kasus perkembangan anak yang ditemukan sebesar 90 maka dapat disimpulkan bahwa status motorik kasar dan halus di PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama masih belum merupakan masalah serius namun jika kasus motorik dibiarkan akan terus meningkat dan akan berdampak pada perkembangan anak yang lainnya seperti perkembangan kognitif, sosial dan bahasa. Oleh karena itu dari pihak Puskesmas wilayah Kecamatan Kebayoran Lama mewajibkan setiap PAUD wilayah binaannya untuk mengikuti program SDIDTK setiap tahunnya untuk memantau perkembangan anak khususnya perkembangan motorik.

6.3 Gambaran dan Hubungan Asupan Energi dengan Status Motorik Kasar dan Halus

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan 84 protein Kemenkes RI, 2014. Konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang Mustika, 2011 dalam Kemenkes RI , 2014. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak atau gajih dan minyak, buah berlemak alpukat, biji berminyak biji wijen, bunga matahari dan kemiri, santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah kacang tanah dan kacang kedele dan aneka pangan produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya, umbi- umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah pisang dan kurma dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan telur, susu dan aneka produk turunannya Kemenkes RI, 2014. Dari hasil penelitian pada anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal yaitu 54 orang 63.5 sedangkan responden yang mengkonsumsi energi di atas kebutuhan minimal yaitu 31 orang 36.5. Konsumsi energi yang masih kurang tersebut dimungkinkan karena kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Kualitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh dan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh, di dalam suatu susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Dikatakan konsumsi atau asupan gizi adekuat dimana tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebaliknya 85 konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisit Sediaoetama, 2000. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendrawan 2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan anatara asupan energi dengan kualitas pangan yang dikonsumsi. Pada Penelitian Suhardjo 2007 juga menyatakan bahwa kualitas serta kuantitas pangan berperan besar dalam asupan kalori seseorang. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, sehingga tubuh akan mengalami keseimbangan energi. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Gejala yang ditimbulkan pada anak-anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi Mustika, 2011 dalam Kemenkes RI, 2014. Dari hasil uji Chi-square, didapat bahwa status asupan energi secara signifikan berhubungan dengan status motorik halus dan kasar pada siswa PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2014 Pvalue 0,000. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa dengan status motorik halus dan kasar yang terganggu cenderung karena menurut pengamatan peneliti berdasarkan data recall 3 x 24 jam responden, rendahnya asupan energi pada siswa PAUD dikarenakan umumnya jenis makanan yang dikonsumsinya tidak bervariasi dan kebanyakan makanan yang dikonsumsi oleh responden bukan makanan yang mengandung sumber energi yang adekuat tetapi jenis makanan yang bersumber dari karbohidrat, baik dari makanan utama maupun kudapannya 86 seperti biskuit, ciki, kue bolu dan permen sehingga dapat mempengaruhi status motorik halus dan kasar siswa. Hal ini terbukti dari hasil analisis statistik, didapatkan bahwa 46,3 siswa yang memiliki status motorik halus terganggu juga mempunyai asupan energi yang kurang. Menurut Adriana 2011 gerak atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta dilakukan oleh otot-otot kecil. Sedangkan menurut Soetjiningsih, dkk 2002 motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan keterampilan otot-otot besar. Otot tersebut dikendalikan oleh neurotransmitter yang dipengaruhi oleh energi sehingga menghasilkan gerak motorik. Energi berfungsi mempengaruhi zat kimia yang ada di otak yang disebut neurotransmitter yang bertugas dalam menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga menghasilkan gerak motorik Georgieff, 2001. Hal tersebut didukung oleh penelitian Susanty et al 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status motorik kasar dan halus. Demikian juga penelitian Kartika 2002 menunjukkan ada hubungan antara energi dengan status motorik kasar dan halus. Semakin rendah asupan energi maka semakin rendah kemampuan motorik kasar dan halusnya. Disimpulkan bahwa kondisi asupan energi pada siswa PAUD wilayah binaan puskesmas kecamatan Kebayoran Lama merupakan masalah gizi yang serius yaitu terdapat 54 orang 63.5 jika dibandingkan dengan kebijakan dan strategi pangan dan gizi nasional periode 2011-2015 diantaranya adalah tercapainya konsumsi zat gizi sebesar 74,47 dan dari hasil uji bivariat 87 menujukkan bahwa asupan energi secara signifikan berhubungan dengan status motorik kasar p=0,00 p0,05 dan status motorik halus p=0,00 p0,05. Oleh karena itu pihak PAUD diharapkan dapat memberikan edukasi kepada orang tua atau pengasuh siswa berupa penyuluhan mengenai bahan pangan apa saja yang mengandung energi yang adekuat dan memberikan simulasi kepada orang tua tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan energi dalam sehari dengan tepat yang dibutuhkan oleh anak sesuai umur masing-masing anak.

6.4 Gambaran Asupan Protein dan Hubungannya dengan Status Motorik Kasar dan Halus

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 0 – 3 TAHUN (BATITA) DI KECAMATAN KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

0 15 2

Hubungan asupan zat gizi (energi, protein, besi dan seng), stunting dan stimulasi psikososial dengan status motorik anak usia 3-6 Tahun di paud wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

7 37 152

Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

0 6 146

Gambaran asupan karbohidrat dan status gizi anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015

1 18 58

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 4 17

HUBUNGAN ASUHUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUSGIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 3 12

Hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan Perkembangan anak usia 3-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kuranji Posyandu Taruko.

0 1 8

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN SERAT MENURUT STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PULAU SULAWESI

0 0 8

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI

0 0 19