Penggunaan Antibiotik Resistensi Antibiotik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi, didukung pengaruh globalisasi, memudahkan terjadinya pertukaran barang sehingga jumlah antibiotik yang beredar semakin luas. 9. Penelitian, yaitu kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan antibiotik baru. 10. Pengawasan, yaitu lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan pemakaian antibiotik. Misalnya, pasien dapat dengan mudah mendapatkan antibiotik meskipun tanpa peresepan dari dokter. Selain itu, masalah pengawasan juga terkait dengan kurangnya komitmen dari instansi terkait, baik untuk meningkatkan mutu obat maupun mengendalikan penyebaran infeksi.

2.1.5. Evaluasi Penggunaan Antibiotik

Evaluasi penggunaan antibiotik bertujuan untuk: Permenkes, 2011 a. Mengetahui jumlah atau konsumsi penggunaan antibiotik di rumah sakit b. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik di rumah sakit c. Sebagai dasar untuk melakukan surveilans penggunaan antibiotik di rumah sakit secara sistematik dan terstandar.

2.1.5.1. Penilaian Kualitas Antibiotik

Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik RPA, catatan medik pasien dan kondisi klinis pasien. Penilaian dilakukan dengan menggunakan alur penilaian dan klasifikasikategori Gyssens dkk. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian diagnosis gejala klinis dan hasil laboratorium, indikasi, regimen dosis, keamanan dan harga Permenkes, 2011. Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antibiotik adalah sebagai berikut: Gyssens IC, 2005: Kategori 0 = penggunaan antibiotik tepatbijak Kategori I = penggunaan antibiotik tidak tepat waktu Kategori IIA = penggunaan antibiotik tidak tepat dosis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kategori IIB = penggunaan antibiotik tidak tepat interval Kategori IIC = penggunaan antibiotik tidak tepat cararute pemberian Kategori IIIA = penggunaan antibiotik terlalu lama Kategori IIIB = penggunaan antibiotik terlalu singkat Kategori IVA = ada antibiotik lain yang lebih efektif Kategori IVB = ada antibiotik lain yang kurang toksiklebih aman Kategori IVC = ada antibiotik lain yang lebih murah Kategori IVD = ada antibiotik lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit Kategori V = tidak ada indikasi penggunaan antibiotik Kategori VI = data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat dievaluasi. Alur penilaian kualitas antibiotik menggunakan kategori Gyssens: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 1. Diagram Alir Gyssens Sumber: Gyssen 2005, dalam Permenkes 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Diagram alir ini merupakan alat penting untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik. Pengobatan dapat tidak sesuai dengan alasan yang berbeda pada saat yang sama dan dapat ditempatkan dalam lebih dari satu kategori. Dengan alat ini, terapi empiris dapat dinilai, demikian juga terapi definitif setelah hasil pemeriksaan mikrobiologi diketahui Gyssens, 2005

2.2. Meropenem

Gambar 2. Struktur Meropenem Sumber: Craig, 1997 Meropenem merupakan antibiotik lini ketiga dari golongan karbapenem. Meropenem merupakan antibiotik spektrum luas yang aktif melawan bakteri gram negatif, bakteri gram positif dan bakteri anaerob. Meropenem memiliki kestabilan tinggi terhadap hidrolisis oleh serin beta-laktamase. Berbeda dengan golongan karbapenem terdahulu imipenemsilastatin, meropenem relatif stabil oleh enzim dehydropeptidase-I DHP-I Baldwin, 2008

2.2.1. Mekanisme Kerja

Meropenem menganggu sintesis dinding sel bakteri, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri dan menyebabkan kematian sel. Meropenem berpenetrasi dengan cepat ke dalam dinding sel bakteri dan berikatan dengan penicillin-binding proteins PBP dengan afinitas yang tinggi, sehingga menginaktivasi bakteri Baldwin, 2008

2.2.2. Indikasi

Meropenem diindikasikan sebagai terapi empiris sebelum mikroorganisme penyebab infeksi teridentifikasi dan juga untuk penyakit yang disebabkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta satu bakteri atau banyak bakteri baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Meropenem disetujui di USA untuk digunakan dalam terapi complicated intraabdominal infection, complicated skin and skin structure infection dan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Baldwin, 2008. Di negara lain meropenem juga disetujui untuk digunakan dalam terapi pneumonia nosokomial, septikemia, infeksi saluran kencing, febrile neutropenia, cystic fibrosis dan community acquired pneumonia Baldwin, 2008.

2.2.3 Efek Samping

Efek samping meropenem yang sering terjadi adalah diare, kulit kemerahan, mual dan muntah, dan inflamasi di tempat injeksi yang terjadi pada 2,5 pasien Lowe, 2000

2.2.4. Dosis

Dosis orang dewasa berkisar pada 1,5-6 gramhari setiap 8-12 jam, tergantung tipe dan keparahan infeksi, kepekaan mikroorganisme dan kondisi pasien. Dosis orang dewasa disarankan pada anak-anak dengan berat badan lebih dari 50 kilogram. Pada bayi dan anak-anak berusia antara 3 bulan-12 tahun, dosis yang direkomendasikan adalah 10-40 mgkg diberikan secara intravena Baldwin, 2008

2.2.5. Farmakokinetik

Meropenem tidak diabsorbsi setelah pemberian oral. Meropenem dapat berpenetrasi dengan baik ke dalam sebagian besar jaringan termasuk paru-paru, jaringan intrabdomen, cairan interstitial, cairan peritoneal dan cairan serebrospinal. Waktu paruh meropenem kurang lebih 1 jam. Meropenem dieliminasi terutama melalui ginjal Lowe, 2000 Pada lansia, penurunan klirens meropenem berhubungan dengan penurunan kreatinin klirens karena usia dan kemungkinan diperlukan penurunan dosis. Farmakokinetik meropenem tidak berubah pada pasien dengan kerusakan hati Baldwin, 2008

Dokumen yang terkait

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di RUMKITAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 15 0

Efektivitas Antibiotik Yang Digunakan Pada Pasien Pasca Operasi Appendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 6 75

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA PADA PASIEN SEPSIS DEWASA TERHADAP ANTIBIOTIK Pola Kuman Dan Resistensinya Pada Pasien Sepsis Dewasa Terhadap Antibiotik Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 4 17

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA PADA PASIEN SEPSIS DEWASA TERHADAP ANTIBIOTIK Pola Kuman Dan Resistensinya Pada Pasien Sepsis Dewasa Terhadap Antibiotik Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 2 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD DR Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

2 8 13

ANALISIS SECARA KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PENDERITA SEPSIS Analisis Secara Kualitatif Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Kriteria Gyssens Pada Penderita Sepsis Neonatus Di Unit Rawat Inap Neonatal Rsud Dr.Moewardi

0 2 18

ANALISIS KETERLAMBATAN PENGAJUAN KLAIM KEPADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN PADA RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO, DKI JAKARTA

0 0 6

STUDI PENGGUNAAN ALBUMIN PADA PASIEN SEPSIS (Penelitian dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 21

Pola terapi obat pada pasien sepsis di Rumkital dr. Ramelan Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 16