Kategori IVA Alternatif Lebih Efektif

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angka 47,2 mLmenit sehingga membutuhkan penyesuaian interval menjadi 12 jam.

g. Kategori 0 rasional

Setelah dianalisis melewati alur Gyssens mulai dari kelengkapan data hingga waktu pemberian, apabila rejimen tidak termasuk kategori V hingga I maka rejimen tersebut dinyatakan sebagai rejimen yang rasional. Terdapat empat rejimen dari 22 rejimen yang dianalisis yang termasuk kategori 0. Contoh rejimen yang termasuk kategori 0 adalah kasus 1. Pasien didiagnosis sepsis dan diduga terjadi karena infeksi intraabdomen. Data pasien lengkap untuk dievaluasi sehingga evaluasi bisa terus dilakukan. Setelah meninjau aspek pemilihan antibiotik, dosis, interval dan rute, lama pemberian serta waktu, rejimen meropenem pada pasien 1 diniliai tepat. Sehingga hasil evaluasi untuk rejimen pasien 1 termasuk kategori 0 tepat. Rekapitulasi hasil evaluasi pasien dapat dilihat di lampiran 3. Berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan, peneliti mengusulkan agar pada pemberian meropenem lebih diatur dalam hal pemilihannya sebagai terapi empiris. Meropenem merupakan salah satu antibiotik yang menjadi pilihan utama dan pertahanan terakhir untuk terapi berbagaia infeksi serius Ayalew et al, 2003. Namun demikian, kini penggunaan meropenem terancam oleh munculnya beberapal laporan kasus resistensi. Adanya resistensi berbagai strain P. aeruginosa, Acinetobacter sp, dan Enterobacteriaceae penghasil ESBL telah dilaporkan oleh Hong et al 2005 dan Wolter et al 2008. Dilihat dari data peta resistensi RUMKITAL Dr. Mintohardjo, lima dari delapan bakteri yang biasa ditemukan di lingkungan rumah sakit sudah resisten terhadap meropenem. Di antara bakteri tersebut adalah Coliform, yang merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan di lingkungan rumah sakit. Apabila ketidakrasionalan penggunaan meropenem terus berlanjut, dikhawatirkan resistensi akan terus berkembang sehingga tidak satupun bakteri sensitif terhadap meropenem. Peneliti mengusulkan agar setiap pengambilan sampel untuk uji kultur sebaiknya dilakukan juga pewarnaan gram. Pewarnaan gram hanya membutuhkan waktu satu hari, sedangkan uji kultur membutuhkan waktu 4-7 hari untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapatkan hasilnya. Pewarnaan gram akan berguna untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi, sehingga dapat dipilih antibiotik yang masih efektif terhadap jenis bakteri tersebut dan mempunyai spektrum yang lebih sempit. Selain itu, untuk menurunkan tingkat resistensi meropenem pada bakteri tertentu sebaiknya dalam waktu berkala dilakukan strategi stop order policy, cycling atau metode lainnya. Dalam penelitian ini ditemukan banyak masalah berkaitan dengan dosis dan interval yang tidak tepat. Kemungkinan hal ini karena kurangnya perhatian dokter terhadap farmakokinetika meropenem. Pengetahuan tentang farmakodinamik dan farmakokinetika dapat diterapkan untuk mendesain rejimen yang lebih baik, memaksimalkan manfaat, menurunkan toksisitas dan resiko resistensi serta menurunkan biaya Pamela, 2011.

4.3. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian

4.3.1. Kekuatan Penelitian

Penelitian ini memiliki kekuatan, antara lain: 1. Penelitian ini belum pernah dilakukan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam menetapkan panduan penggunaan meropenem pada pasien sepsis.

4.3.2. Keterbatasan Penelitian:

Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Adanya keterbatasan data yang dapat diperoleh dari rekam medis pasien 2. Penelitian bersifat retrospektif, sehingga penulis tidak dapat melihat kondisi pasien yang sebenarnya dan tidak dapat mengkonfirmasi mengenai rejimen meropenem yang diterima kepada penulis resep. Terdapat kemungkinan perbedaan literatur yang dipakai sehingga hasil analisis pun bisa berbeda. 59 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5 KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Pasien yang diamati berjumlah 26 pasien, dengan karakteristik jenis sepsis paling banyak ditemukan adalah nosocomial sepsis sebanyak 11 pasien 42, komorbiditas cerebrovascular disease sebanyak 5 pasien 29, rerata lama perawatan 20 hari, jumlah obat yang diterima 13 obat dan jumlah antibiotik yang diterima 3 antibiotik. 2. Pasien yang menerima meropenem sebagai terapi empiris sebanyak 24 pasien 92,3 dan terapi definitif sebanyak 2 pasien 7,7. 3. Tingkat resistensi berbagai bakteri yang ditemukan di lingkungan RUMKITAL Dr. Mintohardjo sudah sangat tinggi. Meropenem efektif terhadap 3 dari 8 bakteri yaitu Eschericia coli 12 resisten, Proteus sp 40 resisten dan Aerobacter sp 33 resisten. Antibiotik yang lebih efektif dibandingkan meropenem yaitu amikasin, fosfomisin dan imipenem. 4. Penggunaan meropenem yang rasional kategori 0 sebesar 15 dan yang tidak rasional kategori I-VI sebesar 85 dengan rincian kategori IIA dosis tidak tepat sebesar 9, kategori IIB interval tidak tepat sebesar 24, kategori IIIA pemberian terlalu lama sebesar 6, kategori IVA alternatif lebih efektif sebesar 49, kategori IVD spektrum aktivitas lebih sempit sebesar 3 dan kategori VI data tidak lengkap sebesar 9. 5. Penggunaan antibiotik meropenem pada pasien sepsis di RUMKITAL Dr. Mintohardjo tahun 2014 masih banyak yang tidak rasional dan diperlukan upaya peningkatan kualitas penggunaannya.

5.2. Saran

1. Penggunaan meropenem sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil uji kultur mikrobiologi dan sebaiknya dilakukan juga uji pewarnaan gram untuk mendapatkan gambaran bakteri penyebab sepsis yang lebih cepat

Dokumen yang terkait

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di RUMKITAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 15 0

Efektivitas Antibiotik Yang Digunakan Pada Pasien Pasca Operasi Appendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 6 75

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA PADA PASIEN SEPSIS DEWASA TERHADAP ANTIBIOTIK Pola Kuman Dan Resistensinya Pada Pasien Sepsis Dewasa Terhadap Antibiotik Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 4 17

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA PADA PASIEN SEPSIS DEWASA TERHADAP ANTIBIOTIK Pola Kuman Dan Resistensinya Pada Pasien Sepsis Dewasa Terhadap Antibiotik Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 2 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD DR Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

2 8 13

ANALISIS SECARA KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PENDERITA SEPSIS Analisis Secara Kualitatif Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Kriteria Gyssens Pada Penderita Sepsis Neonatus Di Unit Rawat Inap Neonatal Rsud Dr.Moewardi

0 2 18

ANALISIS KETERLAMBATAN PENGAJUAN KLAIM KEPADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN PADA RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO, DKI JAKARTA

0 0 6

STUDI PENGGUNAAN ALBUMIN PADA PASIEN SEPSIS (Penelitian dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 21

Pola terapi obat pada pasien sepsis di Rumkital dr. Ramelan Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 16