UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Variabel
Definisi Cara dan Alat
Ukur Skala Ukur
Keterangan
Lama pemberian
Dosis
Interval pemberian
Rute pemberian
Waktu pemberian
Waktu yang
digunakan dalam
pemberian antibiotik ke pasien
Takaran antibiotik meropenem
yang diberikan
Jarak waktu antar pemberian
antibiotik meropenem
Jalur
antibiotik meropenem masuk
ke dalam tubuh Waktu pada saat
antibiotik meropenem
diberikan Melihat
pencatatan status pasien di rekam
medis
Melihat pencatatan status
pasien di rekam medis
Melihat pencatatan status
pasien di rekam medis
Melihat pencatatan status
pasien di rekam medis
Melihat pencatatan status
pasien di rekam medis
Nominal
Nominal
Nominal Nominal
Nominal 1. Tepat
2. Tidak tepat 1. Tepat
2. Tidak tepat 1. Tepat
2. Tidak tepat
1. Tepat 2. Tidak tepat
1. Tepat 2. Tidak tepat
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Persiapan Permohonan Izin
Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah kepada RUMKITAL Dr. Mintoharjo. Penyerahan surat persetujuan penelitian dari RUMKITAL Dr. Mintoharjo kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
3.6.2. Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan alur sebagai berikut:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Pengumpulan data sekunder yang diawali dengan mengumpulkan data
resistensi kultur bakteri yang mungkin menyebabkan infeksi di RUMKITAL Dr. Mintohardjo. Kultur bakteri tersebut diperoleh dari
beberapa pasien selama tahun 2014. Masing-masing kultur tersebut sudah ditetapkan resistensinya terhadap berbagai antibiotik. Data resistensi
bakteri yang didapatkan kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis bakteri dan dihitung resistensinya terhadap berbagai antibiotik bertujuan
untuk memperoleh gambaran resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik yang digunakan.
b. Pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi. Data rekam medis
dari pasien tersebut kemudian didokumentasikan berupa nomor rekam medis, usia pasien, jenis kelamin, diagnosis, dan data penggunaan obat.
c. Data dari rekam medis pasien dan peta resistensi bakteri terhadap
antibiotik dianalisis dan dievaluasi menggunakan metode Gyssens
3.6.3. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari rekam medis pasien kemudian diolah dengan menggunakan program
Statistical Package for the Social Science SPSS edisi 16.0 .
Proses pengolahan data meliputi langkah sebagai berikut: a.
Editing Proses ini meliputi pemeriksaan kelengkapan data yang akan diolah,
koreksi kesalahan data dan eksklusi data-data yang tidak dibutuhkan sehingga prngolahan data lebih mudah dan dapat dilakukan peneliti
dengan baik b.
Coding Proses ini merupakan pemberian kode berupa angka terhadap data-data
yang terdiri dari beberapa kategori dalam satu variabel c.
Input data, yaitu kegiatan memasukkan data yang akan diolah ke dalam program
d. Cleaning data¸ atau pemeriksaan kembali untuk memastikan data benar
dan siap diolah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.6.4. Analisis data
a. Evaluasi kualitas penggunaan antibiotika
Evaluasi kualitas penggunaan antibiotika berdasarkan alur Gyssens meliputi kelengkapan data, indikasi penggunaan antibiotika, pemilihan antibiotika
berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum, lama pemberian, dosis, rute dan interval serta waktu pemberian antibiotik. Pedoman yang digunakan
untuk penelitian antara lain International Guideline for Management Severe
Sepsis and Septic Shock 2012, peta resistensi RUMKITAL Dr. Mintohardjo dan literatur terkait lainnya. Hasil evaluasi yang didapatkan kemudian dinyatakan
dengan persentase. b.
Analisis data Analisis data dilakukan secara deskriptif, yakni analisis menggambarkan
data yang diperoleh dari selama penelitian secara sederhana sehingga dapat dibaca dan dianalisis secara sederhana Nursalam, 2008. Data akan dipaparkan dalam
tabel-tabel persentase menggunakan fitur frequency pada program SPSS 17.0
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap regimen antibiotik meropenem yang diterima pasien sepsis di ruang rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo selama
periode Januari-Desember 2014.Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kualitas penggunaan antibiotik meropenem pada pasien sepsis yang dilakukan berdasarkan
kategori Gyssens. Parameter kualitas penggunaan antibiotik berdasarkan kategori Gyssens antara lain ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan berdasarkan
efektivitas, toksisitas, harga, lama pemberian, dosis, interval pemberian, rute pemberian, dan waktu pemberian Pamela, 2011. Berdasarkan
Surviving Sepsis Campaign, pemilihan antibiotik untuk pasien sepsis harus berspektrum luas untuk
melawan bakteri patogen yang mungkin menginfeksi dan harus berpedoman pada pola prevalensi bakteri lokal. Mengacu pada hal tersebut, kualitas penggunaan
antibiotik meropenem juga berpedoman dari peta resistensi bakteri terhadap antibiotik di RUMKITAL Dr. Mintohardjo. Peta resistensi bakteri yang digunakan
sebagai pedoman ini tidak dapat digeneralisir untuk digunakan di seluruh rumah sakit karena jenis bakteri yang ditemukan di setiap rumah sakit berbeda-beda.
Bakteri yang terdapat di lingkungan rumah sakit dapat menyebabkan infeksi nosokomial, salah satunya adalah sepsis. Pembuatan peta resistensi berasal dari
hasil uji kultur mikrobiologi terhadap sampel yang diambil dari pasien yang menderita infeksi namun tidak kunjung sembuh. Sampel yang digunakan dalam
pembuatan peta resistensi misalnya darah, urin, sputum, jaringan dan cairan tubuh pasien.
Peta resistensi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi ketepatan pemilihan berdasarkan efektivitas dan harga yang merupakan salah satu faktor
penilaian kerasionalan penggunaan antibiotik berdasarkan kategori Gyssens. Antibiotik yang diberikan dinilai efektif apabila sensitivitasnya terhadap bakteri
yang menyebabkan sepsis masih cukup tinggi, dimana resistensi bakteri terhadap antibiotik kurang dari 50 yang berarti efektivitas antibiotik dalam menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut masih tinggi Fathni, 2012. Apabila hasil uji kultur negatif atau tidak dilakukan uji kultur, maka terapi dianggap terapi empiris. Pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penelitian ini ditemukan populasi pasien sepsis yang menerima antibiotik meropenem sebesar 41 pasien. Dari populasi tersebut didapatkan sampel sebesar
26 pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Karakteristik Pasien
Data yang diperoleh dari rekam medis pasien menunjukkan bahwa pasien sepsis yang menerima antibiotik meropenem terdiri dari 14 orang laki-laki
53,8 dan 12 orang perempuan 46,2. Penggolongan usia pasien berdasarkan Departemen Kesehatan RI
DEPKES 2009. DEPKES RI mengklasifikasikan usia manusia menjadi delapan kelompok, yaitu balita 0-5 tahun, kanak-kanak 6-11 tahun, remaja awal 12-16
tahun, remaja akhir 17-25 tahun, dewasa awal 26-35 tahun, dewasa akhir 36- 45 tahun, lansia awal 46-55 tahun, lansia akhir 56-65 tahun, dan manula 65
tahun ke atas. Berdasarkan kelompok usia, dapat dilihat bahwa rentang usia 46 tahun sampai 55 tahun lansia awal adalah usia pasien terbanyak yang ditemukan.
Jika digabungkan dengan kelompok usia yang lebih tua, yaitu lansia akhir dan manula maka didapatkan persentase pasien lanjut usia sebesar 51,6 .
Karakteristik pasien berdasarkan keparahan sepsis juga diamati dan terbagi menjadi tiga kategori yaitu sepsis, sepsis berat dan syok septik. Data yang diamati
dari rekam medis pasien menunjukkan bahwa 19 pasien 73,1 didiagnosis sepsis, 3 pasien didiagnosis sepsis berat 11,5 dan 4 pasien 15,4 didiagnosis
syok septik. Jenis terapi pasien dibedakan menjadi jenis terapi empiris dan definitif. Sebanyak 24 pasien 92.3 menerima meropenem sebagai terapi
empiris dan 2 pasien sebagai terapi definitif 7.7. Jenis sepsis yang dialami pasien diamati dari rekam medis dan dibedakan menjadi sepsis tanpa lokasi
infeksi yang dicurigai dan sepsis dengan infeksi yang dicurigai. Sepsis tanpa lokasi infeksi yang dicurigai dibagi menjadi
community acquired sepsis dan nosocomial sepsis. Sepsis dengan lokasi infeksi yang diketahui dibagi menjadi
beberapa jenis sesuai dengan lokasi infeksi. Hasil pengamatan pada rekam medis menunjukkan
nosocomial sepsis 11 pasien, 42 adalah jenis sepsis terbanyak yang dialami pasien. Data komorbiditas pasien dikategorikan berdasarkan