Penilaian Kualitas Antibiotik Evaluasi Penggunaan Antibiotik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta satu bakteri atau banyak bakteri baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Meropenem disetujui di USA untuk digunakan dalam terapi complicated intraabdominal infection, complicated skin and skin structure infection dan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Baldwin, 2008. Di negara lain meropenem juga disetujui untuk digunakan dalam terapi pneumonia nosokomial, septikemia, infeksi saluran kencing, febrile neutropenia, cystic fibrosis dan community acquired pneumonia Baldwin, 2008.

2.2.3 Efek Samping

Efek samping meropenem yang sering terjadi adalah diare, kulit kemerahan, mual dan muntah, dan inflamasi di tempat injeksi yang terjadi pada 2,5 pasien Lowe, 2000

2.2.4. Dosis

Dosis orang dewasa berkisar pada 1,5-6 gramhari setiap 8-12 jam, tergantung tipe dan keparahan infeksi, kepekaan mikroorganisme dan kondisi pasien. Dosis orang dewasa disarankan pada anak-anak dengan berat badan lebih dari 50 kilogram. Pada bayi dan anak-anak berusia antara 3 bulan-12 tahun, dosis yang direkomendasikan adalah 10-40 mgkg diberikan secara intravena Baldwin, 2008

2.2.5. Farmakokinetik

Meropenem tidak diabsorbsi setelah pemberian oral. Meropenem dapat berpenetrasi dengan baik ke dalam sebagian besar jaringan termasuk paru-paru, jaringan intrabdomen, cairan interstitial, cairan peritoneal dan cairan serebrospinal. Waktu paruh meropenem kurang lebih 1 jam. Meropenem dieliminasi terutama melalui ginjal Lowe, 2000 Pada lansia, penurunan klirens meropenem berhubungan dengan penurunan kreatinin klirens karena usia dan kemungkinan diperlukan penurunan dosis. Farmakokinetik meropenem tidak berubah pada pasien dengan kerusakan hati Baldwin, 2008 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.6. Kepekaan Bakteri Patogen terhadap Meropenem

Pada tahun 2008, Meropenem Yearly Susceptibility Test Information Collection MYSTIC melaporkan kepekaan bakteri patogen terhadap meropenem adalah sebagai berikut: Pseudomonas aeruginosa 439 strain, 85,4 peka, Enterobacteriaceae 1537 strain, 97,3 peka, methicillin-susceptible staphylococci 460 strain, 100 peka, Streptococcus pneumoniae 125 strain, 80,2 pada meningitis susceptibility breakpoint, streptococci lain 159 strain, 90-100 peka, Acinetobacter spp. 127 strain, 45,7 peka Rhomberg dan Jones, 2009. Secara umum, pola kepekaan bakteri gram negatif terhadap meropenem masih cukup baik di beberapa negara, namun untuk P. aeruginosa terlihat kepekaannya mulai menurun di Eropa dan Amerika. Dengan meningkatnya penggunaan antibiotik meropenem di rumah sakit, kemungkinan resistensi harus diwaspadai Mardiastuti, 2007.

2.2.7. Potensi Interaksi Obat

Penggunaan bersama meropenem dengan probenesid menyebabkan peningkatan waktu paruh dan konsentrasi plasma meropenem karena adanya kompetisi terhadap sekresi tubular aktif. Penggunaan bersama meropenem dengan probenesid tidak direkomendasikan Baldwin, 2008 Meropenem dapat menurunkan konsentrasi serum asam valproat, sehingga menghasilkan level subterapeutik pada beberapa individu. Sebagai catatan, telah dilaporkan adanya interaksi yang sama asam valproat dengan golongan karbapenem lain, yaitu panipenembetampiron sehingga diperkirakan interaksi dengan asam valproat merupakan interaksi yang dipengaruhi golongan Baldwin, 2008

2.3. Sepsis

2.3.1. Definisi Sepsis

Pada tahun 1992, konferensi konsensus American College of Chest Physician ACCP dan Society of Critical Care Management SCCM mengenalkan term systemic inflammatory response syndrome SIRS. Pasien UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikatakan mengalami SIRS jika ditemukan lebih dari satu tanda berikut: Levy et al, 2003 - Temperatur lebih dari 38 ◦C atau kurang dari 36 ◦C - Detak jantung lebih dari 90 kali per menit - Hiperventilasi yang ditandai dengan laju pernapasan lebih dari 20 kalimenit atau PaCO2 kurang dari 32 mmHg - Jumlah sel darah putih lebih dari 12.000 selµL atau kurang dari 4000 selµL Bone et al 1992 mendefinisikan sepsis sebagai SIRS dan infeksi. Sepsis adalah respon tubuh terhadap infeksi yang bersifat sistemik dan merusak. Sepsis dapat menyebabkan sepsis berat dan syok septik. Sepsis berat ditandai dengan disfungsi organ akut. Sedangkan syok septik adalah sepsis berat disertai hipotensi yang tidak membaik dengan resusitasi cairan Dellinger et al, 2012. Beberapa definisi terkait lainnya adalah community-acquired sepsis yang didefinisikan sebagai kejadian infeksi di luar rumah sakit atau dua hari pertama perawatan di rumah sakit kecuali pasien pernah dirawat di rumah sakit 30-90 hari sebelumnya, dirawat di panti jompo, melakukan hemodialisis atau menggunakan alat intravaskular dalam jangka panjang; nosocomial yang didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi selama perawatan di rumah sakit 2 hari atau lebih setelah masuk rumah sakit atau didapatkan selama 30-90 hari setelah pulang dari rumah sakit, sedang melakukan hemodialisis, tinggal di panti jompo atau memiliki alat intravaskular jangka panjang SWAB, 2010. 2.3.2. Patogenesis Sepsis 2.3.2.1.Mekanisme yang Mungkin Terjadi Patogenesis sepsis dapat dijelaskan dalam tiga mekanisme yang melibatkan pelepasan mediator sehingga menghasilkan respon inflamasi sistemik: Sagy et al, 2013 a. Mekanisme 1: respon proinflamasi Teori dibalik mekanisme ini berhubungan dengan pelepasan mediator proinflamasi yang berlebihan dan menyebabkan inflamasi serta tanda klinis SIRS. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Mekanisme 2: kegagalan Compensatory Antiiflammatory Response CARS untuk bekerja Ketidakseimbangan antara respon proinflamasi dengan respon inflamasi dipercaya terjadi selama infeksi. Hal ini menyebabkan mediator proinflamasi untuk menginduksi proses inflamasi yang berlebihan. c. Mekanisme 3: immunoparalisis Mediator proinflamasi membanjiri dan memparalisasi sistem imun. Hal ini menginduksi penurunan imun, menyebabkan ketidakmampuan menetralisir patogen. 2.3.2.2.Fase-fase Respon Inflamasi Terdapat tiga fase dalam patogenesis SIRS: Sagy et al, 2013 a. Pelepasan toksin bakteri Invasi bakteri ke dalam jaringan tubuh adalah sumber toksis berbahaya. Toksin tersebut bisa dinetralkan dan dibersihkan sistem imun atau sebaliknya. Toksin berikut biasa dilepaskan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif: - Bakteri gram negatif: lipopolisakarida LPS - Bakteri gram positif: asam lipoteikoat LPA, muramil dipeptida MDP, staphylococcal toxic shock syndrome toxin TSST, streptococcal pyrogenic toxin SPE b. Pelepasan mediator sebagai respon terhadap infeksi - Infeksi bakteri gram negatif dan gram positif dengan pelepasan endotoksin Efek pelepasan endotoksin seperti lipopolisakarida LPS diperkirakan terjadi saat infeksi bakteri gram negatif. Adapun pada saat infeksi gram positif, diperkirakan terjadi pelepasan asam lipoteikoat LPA. Kedua toksin tersebut mempengaruhi fungsi makrofag sehingga terjadi pelepasan mediator. Proses ini melibatkan toll-like receptor TLR-2 dan TLR-4. Reseptor tersebut, bersama dengan co-reseptor CD-14 mengenali toksin yang dilepaskan saat toksis menempel di dinding makrofag. Jika LPS memerlukan LPS-binding protein LBP sebelum dikenali makrofag. LTA dapat berikatan secara langsung pada TLR-2 makrofag.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di RUMKITAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 15 0

Efektivitas Antibiotik Yang Digunakan Pada Pasien Pasca Operasi Appendisitis di RUMKITAL dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 6 75

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA PADA PASIEN SEPSIS DEWASA TERHADAP ANTIBIOTIK Pola Kuman Dan Resistensinya Pada Pasien Sepsis Dewasa Terhadap Antibiotik Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 4 17

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA PADA PASIEN SEPSIS DEWASA TERHADAP ANTIBIOTIK Pola Kuman Dan Resistensinya Pada Pasien Sepsis Dewasa Terhadap Antibiotik Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 2 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD DR Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

2 8 13

ANALISIS SECARA KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PENDERITA SEPSIS Analisis Secara Kualitatif Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Kriteria Gyssens Pada Penderita Sepsis Neonatus Di Unit Rawat Inap Neonatal Rsud Dr.Moewardi

0 2 18

ANALISIS KETERLAMBATAN PENGAJUAN KLAIM KEPADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN PADA RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO, DKI JAKARTA

0 0 6

STUDI PENGGUNAAN ALBUMIN PADA PASIEN SEPSIS (Penelitian dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 21

Pola terapi obat pada pasien sepsis di Rumkital dr. Ramelan Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 16