UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi Permenkes, 2011
Rute pemberian oral merupakan pilihan pertama. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Jika
kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera diganti dengan peroral.Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada
efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai dengan diagnosis awal yang telah dikonfirmasi.
Selanjutnya harus
dilakukan evaluasi
berdasarkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya Permenkes, 2011
Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik untuk terapi definitif: Permenkes, 2011
1. Efikasi dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik
2. Sensitivitas
3. Biaya
4. Kondisi klinis pasien
5. Diutamakan antibiotik lini pertamaspektrum sempit
6. Ketersediaan antibiotik sesuai formularium RS
7. Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi PDT setempat yang terkini
8. Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang diberikan pada jaringan atau cairan tubuh yang belum terinfeksi, namun diduga kuat akan terkena infeksi.
Antibiotik profilaksis diindikasikan ketika besar kemungkinan terjadi infeksi, atau terjadi infeksi kecil yang berakibat fatal. Penggunaan antibiotik profilaksis
dibedakan menjadi antibiotik profilaksis bedah dan non bedah Permenkes, 2011
2.1.4. Resistensi Antibiotik
Resistensi dibedakan sebagai kejadian tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang
seharusnya atau pada kadar hambat minimalnya. Multiple drug resistance
merupakan resistensi pada mikroorganisme terhadap dua atau lebih obat maupun golongan obat. Istilah lainnya,
cross resistance adalah resistensi obat yang belum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pernah dipaparkan pada mikroba tersebut namun cara kerjanya mirip dengan antimikroba lain yang sudah mengalami resistensi Tripathi, 2003
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotik terjadi berdasarkan salah satu atau lebih mekanisme berikut: Jawetz, 1997
a. Bakteri dapat mensintesis enzim inaktivator antibiotik. Misalnya
Staphylococcus resisten terhadap penisilin G karena dapat menghasilkan betalaktamase yang merusak antibiotik tersebut.
b. Bakteri dapat mengubah permeabilitas membrannya terhadap molekul
antibiotik, misalnya pada penggunaan tetrasiklin yang hanya akan dapat masuk ke dalam sel bakteri yang rentan sensitif, namun tidak ditemukan
pada beberapa bakteri yang resisten. c.
Bakteri dapat mengembangkan perubahan struktur sasaran molekul antibiotik, contohnya resistensi pada beberapa bakteri terhadap antibiotik
golongan aminoglikosida merupakan proses yang berkaitan dengan hilang atau berubahnya struktur protein spesifik pada subunit ribosom 30S bakteri
yang merupakan reseptor pada bakteri yang sensitif. d.
Bakteri mampu mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh molekul antibiotik, misalnya beberapa bakteri yang resisten
terhadap sulfonamid tidak membutuhkan PABA ekstraseluler, tetapi bersifat seperti sel mamalia yang dapat langsung menggunakan asam folat.
e. Bakteri mampu mengembangkan perubahan enzim, yakni enzim tersebut
dapat melakukan fungsi metabolismenya, bamun tidak rentan dipengaruhi oleh molekul antibiotik, misalnya pada beberapa bakteri yang rentan
terhadap sulfonamid, enzim dihidropteroat sintetase pada mikroorganisme tersebut mempunyai afinitas terhadap sulfonamid yang jauh lebih tinggi
daripada afinitasnya terhadap PABA.
Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi di klinik adalah sebagai berikut: Utami, 2012
1. Penggunaan antibiotik yang irasional, misalnya periode penggunaan terlalu
singkat, dosis terlalu rendah, diagnosis awal yang salah, atau digunakan dalam potensi yang tidak adekuat