Standar dan Sasaran Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses pengaplikasian atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan dampak yang positif dan merata kepada seluruh target kebijakan. Demikian juga halnya dengan Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba, proses pelaksanaan program Raskin ini dilakukan karena memang program ini telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah dan desa ini menjadi salah satu desa sasaran pengimplementasiannya, untuk mengetahui bagaimana proses implementasi program Raskin di Desa Lau Gumba, dapat diketahui melalui beberapa indikator, diantaranya yaitu:

5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan

Van Meter dan Van Horn mengatakan dalam menjalankan suatu program standar dan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiimplementasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi. Diharapkan pula setiap implementator dapat mengetahui dan memahami dengan baik apa yang menjadi standar dan sasaran dari kebijakan yang akan diimplementasikannya. Mengenai implementasi program Raskin di Desa Lau Gumba, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diketahui bahwa aparatur Desa Lau Gumba telah mendistribusikan Raskin sesuai dengan data yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik. Meskipun tidak jarang ada warga yang memohon untuk diberikan beras Raskin, tetapi aparatur desa selalu mendahulukan masyarakat yang namanya tertera di data penerima Raskin. Hal ini memang diakui oleh kepala desa dan kepala dusun menjadi dilema bagi mereka, tidak jarang pula Universitas Sumatera Utara apabila ada warga penerima Raskin yang tidak mengambil jatah berasnya, beras tersebut dijual kepada masyarakat yang dianggap membutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan pula bahwa penerima Raskin di desa ini ada yang dianggap kurang tepat sasaran dan ada pula masyarakat yang dianggap layak untuk menerima Raskin tetapi mereka tidak tertera dalam daftar penerima Raskin. Mengenai jumlah beras yang didistribusikan, sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan, di desa ini beras didistribusikan kepada RTS-PM sebanyak 15 kilogram setiap bulannya dan tidak pernah ada pemotongan, pada tahun 2014 pada bulan November dan Desember, diketahui setiap RTS-PM tidak mendapat beras Raskin dan tidak ada alasan formal yang diberikan oleh aparatur desa kepada masyarakat, tetapi hal berbeda ditemukan dari pihak kecamatan yang mengatakan bahwa beras Raskin untuk bulan November dan Desember telah dialokasikan kepada setiap desa dan kelurahan di kecamatan Berastagi, termasuk Desa Lau Gumba, beras tersebut dialokasikan pada bulan Mei dan April dalam rangka percepatan distribusi, jadi seharusnya setiap RTS-PM mendapatkan jatah beras sesuai aturan yaitu 12 kali dalam 1 tahun, tetapi hal berbeda ditemui di masyarakat Desa Lau Gumba, mereka hanya mendapatkan 10 kali jatah beras selama tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa harga jual Raskin di titik distribusi adalah Rp.1.600kg, hal ini merupakan harga yang dianjurkan dari pemerintah, tetapi di Desa Lau Gumba Raskin didistribusikan dengan harga beragam dan terdapat perbedaan harga di setiap dusunnya, harga Raskin dialokasikan mulai Rp.35.000 hingga Rp.40.000, aparatur berpendapat penambahan harga dari harga yang dianjurkan ini digunakan untuk biaya Universitas Sumatera Utara transportasi dan pengangkutan Raskin. Tanggal realisasi Raskin setiap bulanya diketahui tidak sama, Raskin biasanya didistribusikan kepada RTS-PM diawal hingga pertengahan bulan, menurut pihak kecamatan perbedaan realisasi Raskin perbuannya ini disebabkan karena Raskin baru akan didistribusikan dari pihak Bulog apabila setoran Raskin bulan sebelumnya sudah mencapai 80, hal ini yang menyebabkan realisasi Raskin tidak bisa dipastikan tanggalnya. Mengenai kulaitas Raskin, menurut Pedoman Umum Raskin tahun 2014, beras yang didistribusikan kepada masyarakat adalah beras berkualitas baik yang tidak berbau dan tidak berkutu, tetapi berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar warga masih sering mendapatkan beras dengan kualitas yang kurang baik, memang tidak ada warga yang mendapatkan beras berkutu, tetapi biasanya beras berwarna kekuningan, memiliki bau yang tidak sedap, kondisi beras yang patah-patah bahkan kadang hancur, mengenai kualitas beras ini, aparatur desa tidak dapat banyak melakukan tindakan, karena sebelum didistribusikan, petugas tidak pernah memeriksa kualitas masing-masing karung beras, karena sudah ditumpuk berdasarkan jumlah jatah masing-masing desa, jadi tidak ada pemilihan, dan jika masyarakat mendapatkan beras yang tidak bagus mereka tidak pernah menukar, karena menurut mereka apabila ditukar, kualitas beras yang akan mereka dapatkan tidak jauh berbeda dari sebelumnya.

5.1.2 Sumber Daya