Sumber Daya Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin

transportasi dan pengangkutan Raskin. Tanggal realisasi Raskin setiap bulanya diketahui tidak sama, Raskin biasanya didistribusikan kepada RTS-PM diawal hingga pertengahan bulan, menurut pihak kecamatan perbedaan realisasi Raskin perbuannya ini disebabkan karena Raskin baru akan didistribusikan dari pihak Bulog apabila setoran Raskin bulan sebelumnya sudah mencapai 80, hal ini yang menyebabkan realisasi Raskin tidak bisa dipastikan tanggalnya. Mengenai kulaitas Raskin, menurut Pedoman Umum Raskin tahun 2014, beras yang didistribusikan kepada masyarakat adalah beras berkualitas baik yang tidak berbau dan tidak berkutu, tetapi berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar warga masih sering mendapatkan beras dengan kualitas yang kurang baik, memang tidak ada warga yang mendapatkan beras berkutu, tetapi biasanya beras berwarna kekuningan, memiliki bau yang tidak sedap, kondisi beras yang patah-patah bahkan kadang hancur, mengenai kualitas beras ini, aparatur desa tidak dapat banyak melakukan tindakan, karena sebelum didistribusikan, petugas tidak pernah memeriksa kualitas masing-masing karung beras, karena sudah ditumpuk berdasarkan jumlah jatah masing-masing desa, jadi tidak ada pemilihan, dan jika masyarakat mendapatkan beras yang tidak bagus mereka tidak pernah menukar, karena menurut mereka apabila ditukar, kualitas beras yang akan mereka dapatkan tidak jauh berbeda dari sebelumnya.

5.1.2 Sumber Daya

Keberhasilan implementasi suatu program sangat bergantung dari kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tapi apabila Universitas Sumatera Utara implementator kekrangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi idak akan berjalan secara efektif. Sumber Daya dapat berwujud sumber daya manusia dan sumber daya finansial.

A. Sumber Daya Manusia

Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi Raskin ini adalah sumber daya manusia dan finansial baik dari pemerintah maupun dari masyarakat penerima manfaat itu sendiri. Sumber daya manusia yang dimaksud disini yakni sumber daya manusia yang langsung terlibat dalam pendistribusian Raskin, di Desa Lau Gumba pihak yang terlibat dalam distribusi Raskin adalah Kepala Desa dan masing-masing Kepala Dusun, sedangkan di tingkat kecamatan pihak yang terlibat adalah Kepala Seksi Kessos dan Camat sebagai Ketua Tim Koordinasi tingkat Kecamatan. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, ditemukan bahwa warga penerima Raskin di Desa Lau Gumba tidak memiliki Kartu Raskin dan mereka tidak pernah menggunakan kartu Raskin dalam pengambilan jatah beras mereka masing-masing, hal ini tentu berbeda dengan aturan di dalam Pedoman Umum Raskin, dimana setiap RTS-PM harus memiliki Kartu Raskin. Mengenai kemampuan petugas pendistribusian Raskin dalam menjalankan tugas dan fungsinya, berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa petugas Raskin telah mampu melaksakan program Raskin dengan baik dan efektif sesuai dengan tugas dan fungsinya, hanya saja terdapat kekurangan seperti dalam hal pembuatan Universitas Sumatera Utara dan penyerahan Laporan Realisasi Penjualan Beras DPM-2 kepada pihak Kecamatan yang tidak dilakukan setiap satu bulan sekali, hal ini tentu belum menunjukkan kinerja yang baik, karena berdasarkan aturannya, laporan harus dibuat setiap satu bulan sekali berdasarkan data penjualan beras Raskin kepada RTS-PM. Dalam hal penyaluran Raskin kepada masyarakat, petugas sudah mampu melaksanakan dengan baik, bahkan ada petugas yang setiap bulannya mengantarkan beras warga hingga ke rumah masing-masing, Keefektifan distribusi Raskin ini juga disebabkan karena dalam pembagian Raskin, tidak diperlukan suatu keahlian khusus karena petugas hanya perlu membagikan Raskin kepada masyarakat yang nama nya tertera didalam data yang dikeluarkan oleh BPS. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pihak BPS tidak melakukan tugas dan fungsinya dalam hal pendataan masyarakat yang seharusnya dilakukan setiap satu tahun sekali. Warga penerima Raskin mengaku tidak ada pendataan BPS, hanya beberapa warga saja yang rumah nya pernah di data oleh pihak BPS, tetapi pendataan itu dilakukan sudah bertahun-tahun yang lalu bahkan ketika pemekaran Desa Lau Gumba belum dilaksanakan, hal ini juga menimbulkan masalah bagi warga yang lain yang tidak menerima Raskin, karena banyak warga yang merasa mereka pantas dan layak untuk ikut merasakan dampak program ini, tetapi nama mereka tidak ada di dalam data, diakui juga oleh kepala desa dan kepala dusun ada warga yang mengeluhkan hal ini, tetapi mereka tidak bisa mengambil tindakan karena mereka tidak memiliki wewenang untuk melakukan perubahan data penerima Raskin, meskipun dari pihak Desa sudah ada mengajukan pergantian data penerima Raskin, tetapi hingga saat ini pihak BPS Universitas Sumatera Utara belum ada melakukan pendataan sama sekali, hal ini menujukkan bahwa pihak BPS belum mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

B. Sumber Daya Finansial

Sumber daya finansial merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk pengadaan Raskin dan ketersediaan dana dari masyarakat penerima manfaat itu sendiri untuk menebus Beras Raskin ini. Diketahui bahwa anggaran merupakan komponen yang sangat utama bagi terselenggaranya suatu program. Anggaran yang memadai pasti akan menunjang keberlangsungan program tersebut. Berdasarkan Buku Pesoman Umum Raskin tahun 2014, anggaran biaya Program Raskin berasal dari APBN tahun 2014, DIPA Kementerian Keuangan, pembiayaan Raskin yang menjadi tanggungan Pemerintah Pusat hanyalah pembiayaan penyaluran Raskin hingga sampai ke titik distribui, yang menjadi titik distribusi di wikayah penelitian adalah Kantir Camat Berastagi. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan Pasal 18 dan 58 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.: 9002634SJ tanggal 27 Mei 2013, maka pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD untuk penyaluran Raskin dari TD sampai dengan RTS-PM. Hal ini berarti semua biaya penyaluran Raskin dari Kantor Camat hingga sampai ke masyarakat menjadi tanggung jawab Pemerintah KabupatenKota, tetapi hal berbeda ditemui di lapangan, karena masyarakat harus menanggung sendiri biaya trasnportasi yang telah digabungkan dalam harga jual Raskin kepada masyarakat, hal ini pula yang menyebabkab harga jual Raskin tidak sesuai dengan pedoman umum yaitu Rp. 1,600Kg. Universitas Sumatera Utara Mengenai Sumber Daya finansial masyarakat penerima Raskin di Desa Lau Gumba, berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa, semua penerima Raskin memiliki sumber daya finansial yang mencukupi untuk membeli jatah Raskin mereka, hal ini dibuktikan karena warga tidak pernah tidak membeli Raskin dengan alasan tidak memiliki uang untuk menebus raskin nya, jika pun ada warga yang tidak membeli Raskin, biasanya karena memang tidak ingin membeli dan karena ketinggalan informasi tentang Raskin, sehingga raskin sudah dialihkan kepada warga lain. Selain itu, masyarakat Desa Lau Gumba yang menerima Raskin juga mengaku tidak merasa terbebani dengan harga Raskin yang harus dibayar, walaupun ada beberapa masyarakat yang merasa selisih harga jual di titik distribusi dan dilapangan dianggap cukup besar jika hanya digunakan untuk biaya transportasi, tetapi secara umum mereka merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masyarakat penerima Raskin di Desa Lau Gumba telah ikut berpartisiasi dalam melancarkan program Raskin, karena kontribusi masyarakat memang begitu berarti dalam menyukseskan program ini, apabila masyarakat tidak memiliki dana untuk menebus beras murah ini maka dapat dipastikan pelaksanaan program ini akan tersendat, dan akan berdampak langsung dengan penyaluran Raskin di bulan- bulan berikutnya.

5.1.3 Komunikasi Dan Koordinasi Antar Instansi