97 siswa di luar kegiatan pembelajaran. Ketika berinteraksi dengan guru, beberapa
siswa sudah menggunakan bahasa Indonesia baik di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bahasa lisan
yang digunakan siswa kelas IV adalah bahasa Jawa dialek Tegal dan bahasa Indonesia, dengan intensitas penggunaan bahasa Jawa dialek Tegal lebih tinggi.
Guru tetap berupaya untuk membiasakan penggunaan bahasa Indonesia baik tulis maupun lisan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan langsung oleh
guru untuk menggunakan bahasa Indonesia baik tulis maupun lisan dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga memberi peringatan kepada siswa agar
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini juga ditekankan oleh Kepala Sekolah agar siswa kelas IV, V, dan VI menggunakan bahasa Indonesia di
lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil analisis metode wawancara, dapat disimpulkan bahwa 1
kemampuan bahasa tulis siswa kelas IV masih rendah dan pola kalimat yang dikuasai siswa adalah pola kalimat tunggal S-P-O-K; 2 penggunaan bahasa lisan
siswa kelas IV adalah bahasa Jawa dialek Tegal dan bahasa Indonesia, dengan intensitas bahasa Jawa dialek Tegal lebih tinggi; 3 upaya pembiasaan
penggunaan bahasa Indonesia sudah dilakukan oleh Kepala Sekolah dan guru kelas IV. Hasil analisis metode wawancara selanjutnya akan dipadukan dengan
hasil metode observasi dan simak-catat pada bagian pembahasan.
4.3.2 Hasil Analisis Metode Observasi
Hasil analisis metode observasi meliputi 1 jenis pola kalimat yang diajarkan guru; 2 penggunaan bahasa tulis dan lisan guru; 3 penggunaan
98 bahasa tulis siswa; 4 penggunaan bahasa lisan siswa. Uraian selengkapnya
sebagai berikut. Jenis pola kalimat yang diajarkan guru adalah pola kalimat S-P-O-K. Jenis
kalimat tersebut adalah kalimat tunggal, karena hanya memiliki masing-masing 1 subjek dan predikat. Guru menjelaskan fungsi subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Guru juga menjelaskan jenis-jenis keterangan yang digunakan dalam kalimat, seperti keterangan waktu dan tempat. Seluruh bahasa tulis dan lisan yang
digunakan guru adalah bahasa Indonesia. Setelah memberi penjelasan materi tentang pola kalimat S-P-O-K, guru
memberi dua contoh kalimat berpola S-P-O-K. Salah satu contoh kalimat yang diberikan guru yaitu Ayah pergi ke Bandung pada hari Minggu, pada dasarnya
bukanlah kalimat berpola S-P-O-K. Pola kalimat tersebut adalah S-P-K-K. Kata pergi merupakan predikat verba taktransitif, sehingga tidak menuntut kehadiran
objek setelah predikat. Selain itu, frasa ke Bandung merupakan keterangan tempat dengan preposisi ke-. Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada
ketidaksesuaian antara materi dan contoh kalimat yang diberikan guru. Pada proses kegiatan pembelajaran, beberapa siswa diberi perintah oleh
guru untuk menulis kalimat berpola S-P-O-K. Setelah dianalisis oleh peneliti, sebenarnya beberapa kalimat yang ditulis siswa bukan berpola S-P-O-K. Kalimat
Ibu berangkat ke kantor berpola S-P-K. Kalimat Iyan bermain layang-layang di lapangan, Ayah berangkat kerja pukul 07.00, Nina bermain boneka di rumah
temannya berpola S-P-Pel-K. Kata bermain dan berangkat merupakan predikat verba taktransitif, sehingga diikuti oleh pelengkap. Dengan demikian kata layang-
99 layang, kerja, dan boneka bukanlah objek, melainkan pelengkap. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami penggunaan kalimat berpola S-P-O-K, meskipun siswa telah belajar pola S-P-O-K.
Bahasa lisan yang digunakan sebagian besar siswa ketika berinteraksi dengan guru adalah bahasa Indonesia. Meski demikian, masih ditemukan
penggunaan bahasa Jawa dialek Tegal dalam kalimat spontan siswa dengan guru. Ketika berinteraksi dengan siswa lain, sebagian besar siswa menggunakan bahasa
Jawa dialek Tegal. Berdasarkan hasil analisis metode observasi, dapat disimpulkan bahwa 1
jenis pola kalimat yang diajarkan guru adalah pola kalimat tunggal S-P-O-K, namun masih ditemukan adanya ketidaksesuaian antara materi dan contoh kalimat
yang diberikan guru; 2 bahasa lisan dan tulis yang digunakan guru adalah bahasa Indonesia; 3 siswa masih belum memahami penggunaan kalimat berpola S-P-O-
K, meskipun siswa telah belajar pola S-P-O-K; 4 bahasa lisan yang digunakan siswa ketika berinteraksi dengan guru adalah bahasa Indonesia, sedangkan bahasa
Jawa dialek Tegal umumnya digunakan dalam interaksi antar siswa. Hasil analisis metode observasi selanjutnya akan dipadukan dengan hasil metode wawancara
dan simak-catat pada bagian pembahasan.
4.3.3 Hasil Analisis Metode Simak-Catat