42 berupa pronomina persona, maka kaidah yang digunakan adalah kaidah kedua
Alwi, dkk 2014:354. Kaidah kedua pemasifan kalimat aktif meliputi tiga langkah, yaitu
memindahkan O ke awal kalimat, menghilangkan prefiks meng- pada P, memindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba. Penerapan kaidah kedua
pada kalimat Saya sudah mencuci mobil itu adalah sebagai berikut. a Mobil itu saya sudah mencuci langkah 1.
b Mobil itu saya sudah cuci langkah 2. c Mobil itu sudah saya cuci langkah 3.
Apabila terdapat kalimat aktif transitif yang memiliki subjek panjang, maka padanan kalimat pasifnya dibentuk menggunakan kaidah pertama Alwi, dkk,
2014:355. Dengan demikian, contoh kalimat berita duka itu belum didengar oleh Susilowati Hamid adalah benar, sedangkan kalimat berita duka itu belum Susilo
Hamid dengar tidak dibenarkan.
2.1.8.2 Kalimat Berpredikat Adjektival
Chaer 2015:166 menyatakan, “Kalimat berpredikat adjektival adalah kalimat yang dibentuk dari sebuah klausa adjektiva dan intonasi final
”. Kalimat yang predikatnya adketiva sering juga dinamakan kalimat statif Alwi, dkk,
2014:357. Berikut adalah contoh kalimat berpredikat adjektival. 1 Siska S cantik sekali PAdj.
2 Ayahnya S sakit PAdj. 3 Pernyataaan orang itu S benar PAdj.
43 Seluruh predikat pada kalimat-kalimat tersebut adalah predikat adjektiva.
Menurut Alwi, dkk 2014:357, pada kalimat yang subjek, predikat, atau keduanya panjang biasanya menggunakan verba adalah untuk memisahkan subjek
dan predikat seperti pada kalimat Pernyataan Ketua Gabungan Koperasi itu S adalah tidak benar P.
Predikat dalam kalimat statif juga dapat diikuti oleh kata atau frasa lain, seperti pada kalimat Warna bajunya biru laut. Kata biru merupakan predikat
adjektiva, dan kata laut merupakan pelengkap. Alwi, dkk 2014:357 menyatakan, “Kata atau frasa yang berdiri setelah predikat seperti pada kalimat-kalimat statif
tersebut dinamakan pelengkap ”. Dengan demikian, kalimat statif atau kalimat
berpredikat adjektiva dapat memiliki fungsi pelengkap yang berupa kata atau frasa.
2.1.8.3 Kalimat Berpredikat Nominal
Kalimat berpredikat nominal merupakan kalimat yang predikatnya berkategori nomina, atau dibentuk dari klausa nominal dan diakhiri dengan
intonasi final Chaer, 2015:166. Predikat kalimat ini juga dapat berupa frasa nominal. Subjek kalimat memiliki kategori nomina, sehingga dua nomina atau
frasa nominal yang disusun berurutan dapat membentuk kalimat dengan syarat fungsi subjek dan predikatnya terpenuhi Alwi, dkk, 2014:358. Berikut adalah
contoh kalimat berpredikat nominal. 1 Buku itu S cetakan Bandung P.
2 Orang itu S petani P. 3 Pak Yusuf S guru SMP P.
44 Urutan unsur pada kalimat 1 membentuk kalimat karena penanda batas itu
memisahkan kalimat menjadi dua frasa nominal dengan cetakan Bandung sebagai predikat Alwi, dkk, 2014:358. Perlu dipahami bahwa antara S dan P dapat diberi
kata pemisah adalah, jadi, menjadi atau merupakan. Dengan demikian kalimat 3 dapat ditulis menjadi Pak Yusuf adalah guru SMP Chaer, 2015:166.
Apabila frasa nominal pertama pada kalimat berpredikat nominal diberi partikel
–lah, maka frasa nominal pertama tersebut menjadi predikat Alwi, dkk, 2014:333. Dengan kata lain, frasa nominal kedua berfungsi menjadi subjek.
Berikut adalah contoh kalimat dengan pola S-P dan P-S. 1 Dia guru saya.
2 Dialah guru saya. 3 Orang itu pencurinya.
4 Orang itulah pencurinya. Berdasarkan contoh kalimat tersebut, frasa dia dan orang itu pada kalimat
1 dan 3 berfungsi sebagai subjek, sedangkan frasa dialah dan orang itulah pada kalimat 2 dan 4 berfungsi sebagai predikat. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel -lah umumnya menandai predikat Alwi, dkk, 2014:359.
2.1.8.4 Kalimat Berpredikat Numeral