48 Alwi, dkk 2014:404 menyatakan bahwa “Posisi klausa yang diawali oleh
konjungtor dan, atau dan tetapi tidak dapat diubah. Apabila posisinya diubah, maka perubahan itu mengakibatkan munculnya kalimat majemuk bertingkat yang
tidak dibenarkan ”. Berikut adalah contoh kalimat majemuk setara yang posisi
klausanya diubah. 1 Seorang siswa berdiri dan memberikan jawaban.
2 Dan memberikan jawaban, seorang siswa berdiri. Apabila urutan posisi klausa pada 1 diubah, maka akan membentuk
kalimat-kalimat yang tidak dapat diterima tidak dibenarkan seperti pada kalimat 2. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa posisi klausa yang tidak dapat
diubah inilah yang menjadi ciri sintaksis kalimat majemuk setara.
2.1.9.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
Menurut Arifin dan Tasai 2008:84, kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri dari satu suku kalimat yang bebas klausa bebas dan satu
suku kalimat yang tidak bebas klausa terikat. Alwi 2014:398 juga menjelaskan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah penggabungan dua klausa atau lebih
yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa-klausa lain. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang
memiliki dua klausa atau lebih yang memiliki tingkat berbeda, satu sebagai klausa bebas dan yang lain sebagai klausa tidak bebas. Berikut adalah contoh kalimat
majemuk bertingkat. 1 Orang itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu dengan
sepenuh hati.
49 Menurut Alwi 2014:398-9, penggabungan klausa dalam kalimat majemuk
bertingkat dilakukan dengan cara subordinatif. Hubungan subordinatif kalimat 1 ditunjukkan melalui bagan berikut.
Gambar 2.2 Bagan Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat Pada bagan tersebut dapat dipahami bahwa klausa utama orang tua itu
mengatakan digabungkan dengan klausa subordinatif anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati dengan menggunakan konjungtor bahwa. Dalam struktur
kalimat 3, klausa subordinatif menduduki fungsi objek. Dengan kata lain, klausa subordinatif tersebut merupakan klausa nominal karena menduduki klausa yang
biasa diduduki oleh nomina. Selain konjungtor bahwa, klausa nominal dapat pula ditandai dengan konjungtor berupa kata tanya seperti apakah... atau tidak Alwi,
2014:400. Klausa subordinatif dapat pula berupa klausa adverbial, yaitu klausanya
berfungsi sebagai keterangan. Menurut Alwi 2014:400, konjungtor yang menggabungkan klausa adverbial dan klausa utama dikelompokkan sebagai
berikut.
Kalimat Klausa Utama
S Orang tua itu
P mengatakan
O Klausa
Subordinasi Konj.
bahwa S
anak gadisnya
P mencintai
O pemuda itu
Ket. sepenuh hati
50 1 Konjungtor waktu, meliputi setelah, sesudah, sehabis, sejak,
selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai; 2 Konjungtor syarat, yaitu jika, kalau,
jikalau, asalkan, bila manakala; 3 Konjungtor pengandaian, yakni andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya; 4 Konjungtor
tujuan, meliputi agar, supaya, biar; 5 Konjungtor konsesif, yaitu biarpun
meskipun, sungguhpun,
sekalipun, walaupun,
kendatipun; 6 Konjungtor pembandingan atau kemiripan, yakni seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan,
laksana, daripada, alih-alih, ibarat; 7 Konjungtor sebab atau alasan, meliputi sebab, karena, oleh karena; 8 Konjungtor hasil
atau akibat, yaitu sehingga, sampai-sampai; 9 Konjungtor cara, yakni dengan, tanpa; 10 Konjungtor alat, yaitu dengan, tanpa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa terdapat 10 jenis konjungtor klausa adverbia yang menempati fungsi keterangan. Konjungtor
klausa adverbia pada kalimat majemuk bertingkat disesuaikan dengan jenis keterangannya.
Selain dengan penggabungan klausa utama dan klausa subordinatif, kalimat majemuk bertingkat juga dapat dilakukan dengan perluasan salah satu fungsi
sintaksisnya fungsi S, P, O, dan Ket dengan klausa pembentukan Alwi, dkk, 2014:401. Perluasan tersebut dilakukan dengan menggunakan yang seperti pada
kalimat Saya membaca buku yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Objek kalimat tersebut, yaitu buku diperluas dengan klausa yang
mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro.
2.1.10 Kesalahan Berbahasa