34
2.1.7 Pola Kalimat Dasar
Kalimat dalam suatu bahasa dapat dianggap sebagai hasil pemrosesan sejumlah kecil kalimat dasar. Kalimat dasar harus memenuhi semua persyaratan
berikut, yakni harus berupa kalimat sederhana, kalimat pernyataan, kalimat aktif, statif, atau netral, kalimat positif, dan kalimat dengan urutan biasa. Dengan
demikian, kalimat bertingkat, kalimat tak lengkap, kalimat pasif, kalimat ingkar, kalimat inversi bukanlah kalimat dasar Effendi, dkk, 2015: 39.
Alwi, dkk 2014:326 menyatakan, “Kalimat dasar adalah kalimat yang
terdiri dari satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsurnya sesuai dengan urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran
”. Dengan kata lain, kalimat dasar identik dengan kalimat tunggal deklaratif yang
urutan unsurnya paling lazim. Sugono 2009:110-111 menyatakan bahwa kalimat dasar adalah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti atau dasar,
belum mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan, perubahan urutan unsur,
perubahan bentuk aktif ke pasif, dan peniadaan unsur tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kalimat dasar adalah kalimat yang belum mengalami perubahan struktur dasar kalimat dan hanya berupa kalimat sederhana, kalimat pernyataan, kalimat aktif,
statif, atau netral, dan kalimat positif. Struktur dalam kalimat dasar memiliki urutan khas dalam bentuk pola kalimat dasar. Jenis kalimat seperti kalimat
bertingkat, kalimat tak lengkap, kalimat pasif, kalimat ingkar, kalimat inversi tidak termasuk kalimat dasar.
35 Alwi, dkk 2014:329 menyatakan bahwa pola umum kalimat dasar adalah
S-P-O-Pel-Ket, dengan unsur objek, pelengkap, dan keterangan tidak wajib hadir serta keterangan dapat lebih dari satu. Unsur objek, pelengkap, dan keterangan
dapat dianggap sebagai unsur yang tidak wajib hadir, karena peniadaan unsur tersebut tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda peniadaan unsur objek dan
pelengkap pada kalimat bukan kalimat aktif transitif. Apabila konstituen kalimat dasar yang tidak wajib hadir diabaikan, maka berdasarkan pola umum tersebut
dapat diturunkan menjadi enam pola kalimat dasar. Keenam pola kalimat dasar tersebut, yakni 1 S-P, 2 S-P-O, 3 S-P-Pel, 4 S-P-Ket, 5 S-P-O-Pel, dan
6 S-P-O-Ket, dapat dibaca pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Pola Kalimat Dasar
Fungsi Tipe
Subjek Predikat
Objek Pelengkap
Keterangan S-P
Orang itu sedang tidur
- -
- Saya
mahasiswa -
- -
S-P-O Ayahnya
membeli mobil
baru -
- Rani
mendapat hadiah
- -
S-P-Pel Beliau menjadi
- ketua
koperasi -
Pancasila merupakan
- dasar
negara kita -
S-P-Ket Kami tinggal
- -
di Jakarta Kecela-
kaan itu terjadi
- -
minggu lalu S-P-O-
Pel Dia
mengirimi ibunya
uang -
Dian mengambilkan Adiknya
air minum -
S-P-O- Ket
Pak Raden memasukkan uang
- ke bank
Beliau memperla-
kukan kami
- dengan baik
Alwi, dkk, 2014:329
36 Berdasarkan tabel tersebut, dapat dicermati bahwa verba predikat yang
berbeda akan menentukan konstituen objek, pelengkap, dan keterangan yang berbeda pula. Menurut Alwi, dkk 2009:330, verba predikat dalam kalimat
bahasa Indonesia memiliki peranan yang dominan, karena verba predikat menentukan kehadiran konstituen lain dalam kalimat objek, pelengkap,
keterangan. Sebagai contoh, verba menjadi pada kalimat beliau menjadi ketua koperasi termasuk tipe S-P-Pel. Verba tinggal pada kalimat kami tinggal di
Jakarta termasuk tipe S-P-Ket, meskipun verba menjadi dan tinggal termasuk verba taktransitif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kehadiran unsur
objek, pelengkap, dan keterangan wajib dalam sebuah pola kalimat sangat bergantung pada bentuk dan jenis predikat.
2.1.8 Kalimat Tunggal