Struktur kompleks AgDEHP

Gambar 2. Struktur kompleks AgDEHP

Berdasarkan mekanisme reaksi yang terjadi pada saat ektraksi dapat dilihat bahwa jika jumlah D2EHPA dalam fasa organik ditambah (konsentrasinya dinaikkan), maka D2EHPA yang terionisasi dalam fasa air juga akan bertambah sehingga kompleks AgDEHP yang terbentuk dalam fasa air menjadi lebih banyak. Karena kompleks AgDEHP lebih banyak maka distribusi AgDEPH ke dalam fasa organik juga semakin meningkat.

Gambar 1 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi D2EHPA akan meningkatkan persen ekstraksi. Apabila konsentrasi D2EHPA terus ditambah maka pada suatu saat akan tercapai persen ekstraksi maksimum dimana penambahan konsentrasi D2EHPA selanjutnya tidak akan menaikkan persen ekstraksi. Pada keadaan tersebut konsentrasi D2EHPA sudah mengalami titik jenuh sehingga tidak dapat mengikat ion Ag + lagi. Walaupun pada konsentrasi yang lebih besar kemungkinan dapat diperoleh persen ekstraksi yang lebih banyak, namun penggunaan D2EHPA dalam jumlah yang besar dinilai tidak ekonomis.

Jika dibandingkan penggunaan kedua senyawa pengemban tersebut terlihat bahwa pada konsentrasi yang sama D2EHPA memberikan persen ekstraksi yang lebih besar dibandingkan TBP.Hal ini disebabkan karena mekanisme ekstraksi pada TBP yang hanya bersifat solvasi sedangkan dengan D2EHPA ion Ag+ terikat sebagai senyawa kompleks yang lebih stabil.

b. Penentuan Perbandingan Volume Fasa Air dan Fasa Organik

Penentuan perbandingan volume fasa air dan fasa organik optimum dilakukan dengan memvariasikan perbandingan volume fasa air dan fasa organik. Pada percobaan ini volume fasa organik dibuat tetap yaitu 25 ml dan volume fasa air divariasikan mulai dari 25 ml, 50 ml, 75 ml, dan 100 ml, sedangkan konsentrasi senyawa pengemban yang digunakan di fasa organik (D2EHPA

1 M atau TBP 0,5 M). Hasil percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 di bawah ini:

Tabel 2. Pengaruh perbandingan volume fasa air dan fasa organik terhadap persen ekstraksi

Perbandingan volume fasa air % Ekstraksi

% Ekstraksi (TBP)

dan fasa organik (ml) (D2EHPA)

Pengaruh perbandingan volume fasa airdan fasa organik terhadap persen ekstraksi

10 D2EHPA

Volume fasa air(ml)

Gambar 3. Grafik pengaruh perbandingan volume fasa air dan fasa organik

Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar volume fasa air yang ditambahkan, maka persen ekstraksi semakin menurun. Hal ini disebabkan karena penambahan

volume fasa air berarti jumlah ion Ag + juga bertambah, dan penambahan jumlah ion Ag ini tidak diimbangi dengan jumlah senyawa pengemban (TBP atau D2EHPA) sebagai ekstraktan dalam fasa

organik. Karena kemampuan senyawa pengemban untuk mengikat ion Ag + terbatas, maka ketika organik. Karena kemampuan senyawa pengemban untuk mengikat ion Ag + terbatas, maka ketika

Hubungan persen ekstraksi dengan volume fasa organik dan volume fasa air dapat dituliskan dalam persamaan:

Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa volume fasa air berbanding terbalik dengan persen ekstraksi. Artinya, semakin besar volume fasa air, maka persen ekstraksi akan semakin kecil.

c. Penentuan Konsentrasi Ag Optimum dalam Fasa Air

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Ag dalam fasa air yang masih dapat diekstraksi ke dalam fasa organik secara optimum. Jumlah konsentrasi ion logam dalam fasa air dapat mempengaruhi kemampuan pengemban untuk mengekstraksi ion logam tersebut dari fasa air ke fasa organik. Pada percobaan ini, sebagai fasa organik digunakan larutan D2EHPA 1 M atau TBP 0,5 M dalam toluen sebanyak 25 ml dan sebagai fasa air digunakan 25 ml larutan Ag dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu mulai dari 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm. Hasil dari percobaan dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 dibawah ini:

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi Ag dalam fasa air terhadap persen ekstraksi

Konsentrasi Ag (ppm)

% Ekstraksi (TBP)

% Ekstraksi (D2EHPA)

Pengaruh konsentrasi Ag dalam Fasa air terhadap persen ekstraksi

0 D2EHPA

0 20 40 60 -20

konsentrasi Ag dalam Fasa Air

Grafik di atas menunjukkan hubungan antara konsentrasi ion Ag + dalam fasa air terhadap persen ekstraksi. Pada saat konsentrasi ion Ag + di fasa air bertambah sampai konsentrasi 20 ppm maka jumlah yang terekstraksi juga bertambah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi ion Ag + pada antarmuka lebih besar sehingga yang terekstraksi juga bertambah. Konsentrasi ion Ag + dalam fasa air optimum diperoleh pada konsentrasi 20 ppm dengan persen ekstraksi yang dihasilkan sebesar 27,59% jika menggunakan senyawa pengemban TBP 0,5 M sedangkan jika menggunakan senyawa pengemban D2EHPA 1 M persen ekstraksi yang diperoleh lebih besar

yaitu 49 %. Pada penambahan konsentrasi ion Ag + yang lebih tinggi dari konsentrasi ion Ag optimum (20 ppm) ternyata persen ekstraksinya menurun. Hal ini disebabkan karena masing-

masing senyawa pengemban mempunyai jumlah gugus aktif yang tetap, sehingga jumlah masing senyawa pengemban mempunyai jumlah gugus aktif yang tetap, sehingga jumlah

aktif pengemban telah mengikat ion Ag + sehingga meskipun konsentrasi ion Ag bertambah tidak dapat menaikkan jumlah ion Ag + yang terektraksi.

3.2 Aplikasi Kondisi Optimum yang Diperoleh untuk Ekstraksi Ion Perak dari Limbah Fotorontgen

Pada tahap aplikasi, sebagai sampel limbah adalah limbah foto Roentgen yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Propinsi NTB jalan Pejanggik No.6 Mataram. Konsentrasi ion Ag + dalam

limbah yang digunakan masih tinggi sekitar 2083 ppm sehingga untuk mendekati konsentrasi Ag optimum yang diperoleh pada percobaan dengan menggunakan larutan Ag murni, maka sampel diencerkan 100 kali sehingga diperoleh konsentrasi sampel sebesar 20,830 ppm. Ekstraksi terhadap sampel yang telah diencerkan tersebut diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4 Data percobaan pada sampel limbah foto Roentgen

Pengulangan % ekstraksi (TBP)

% ekstraksi

(D2EHPA)

Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa tributil fosfat dapat digunakan untuk mengekstraksi ion logam Ag dalam limbah foto Roentgen dengan persen ekstraksinya 15,88% , sedangan dengan menggunakan senyawa pengemban D2EHPA persen ekstraksinya lebih kecil yaitu 9,74 %. Persen ekstraksi yang diperoleh lebih rendah dibandingkan pada ekstraksi yang diperoleh saat optimasi dengan menggunakan larutan Ag murni. Hal ini dikarenakan dalam sampel yang sesungguhnya banyak zat pengotor yang saling berkompetisi untuk dapat berikatan dengan senyawa pengemban TBP atau D2EHPA sehingga berpengaruh pada persen ekstraksi yang diperoleh. Pelarut yang digunakan juga mempengaruhi persen ekstraksi, dalam hal ini toluen yang dipakai sebagai pelarut dalam fasa organik tidak sesuai dengan senyawa pengemban yang digunakan sehingga persen ekstraksi yang diperoleh juga tidak terlalu tinggi.Walaupun demikian pelarut toluen dan senyawa pengemban TBP atau D2EHPA dapat digunakan untuk pengambilan kembali logam perak dari limbah foto Roentgen.