Model Siklus Belajar Berbasis Inkuiri yang Diterapkan Tabel Desain Pembelajaran Model Siklus Belajar Berbasis Inkuiri

3.1 Model Siklus Belajar Berbasis Inkuiri yang Diterapkan Tabel Desain Pembelajaran Model Siklus Belajar Berbasis Inkuiri

Pembelajaran Eksplorasi

Pembelajaran

Inkuiri

i. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan (Kegiatan

Penggalian

pengetahuan awal mengajukan fenomena maupun konflik kognitif Awal)

Stimulasi/eksplorasi

ii. Guru mengajukan masalah

fenomena Perumusan/penetapan

iii. Siswa menetapkan permasalahan dari hasil Eksplanasi

masalah dan hipotesis identifikasi masalah dan mengajukan hipotesis (Kegiatan Inti)

Membuat rancangan iv. Pengumpulan bahan dan klarifikasi melalui percobaan untuk uji

serangkaian kegiatan demonstrasi, eksperimen hipotesis

simulasi, ceramah, dan studi ekskursi oleh siswa Pengolahan data

pengolahan data Presentasi

v. Siswa

melakukan

(pengumpulan, pencatatan, dan analisis data) Pengujian hipotesis

vi. Penjelasan atau penemuan konsep oleh siswa dan penarikan kesim- vii.Pengujian hipotesis yang diajukan oleh siswa pulan

viii. Perumusan konsep berupa kesimpulan melalui

diskusi kelas

Pemantapan konsep ix. Pemantapan dan pengembangan konsep oleh Ekspansi

Penerapan konsep

guru

(Penutup) x. Guru beserta siswa mengaplikasikan konsep

dengan

konkret, serta memperluas wawasan konsep, teknologi, dan lingkungan

pengalaman

Evaluasi Evaluasi Siswa membuat laporan kegiatan siswa dan mengumpulkan LKS yang telah dibuat oleh siswa

Pembelajaran model siklus belajar berbasis inkuiri pernah penulis terapkan di SMP Negeri 2 Puncu pada hari Jum’at, 7 November 2008. Beberapa deskripsi kegiatan pembelajaran dapat dirangkum sebagai berikut.

1) Tahap Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi guru menggali pengetahuan awal siswa berkaitan dengan indera penglihat dan meminta siswa untuk melakukan percobaan menjauhkan buku. Pada tahap tersebut banyak siswa yang melakukan percobaan untuk menjawab keingintahuan mereka. Di antara mereka ada yang mengajukan pertanyaan, berargumentasi, bahkan ada pula siswa yang mengemukakan pendapat menggunakan kosakata sains yang bagus saat guru melontarkan masalah. Keingintahuan dan kreativitas siswa juga nampak selama kegiatan di kelas, sehingga ada penambahan kegiatan yang bukan termasuk dalam skenario pembelajaran yaitu saat guru meminta seorang siswa untuk memperhatikan dengan seksama tulisan di poster yang terletak di dinding belakang kelas. Hal itu ternyata membuat siswa lain semakin tertarik untuk mengembangkan keingintahuan mereka dengan melakukan seperti yang dilakukan oleh temannya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dalam pembelajaran di kelas. Motivasi ini penting dan menjadi modal kuat bagi pembelajaran yang PAKEM.

Kegiatan di atas sejalan dengan hakikat pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Callahan (1982) yaitu suatu metode pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk berpikir berdasarkan pemikiran dan pengetahuan yang ia perolehnya sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa tersebut menjadi lebih penuh arti dan permanen bila dibandingkan dengan konsep yang sudah jadi yang diberikan oleh guru.

2) Tahap Eksplanasi

Pada tahap eksplanasi, guru mengajak siswa untuk merumuskan masalah dari percobaan sebelumnya. Beberapa siswa mengemukakan pendapat yang pada dasarnya adalah sama. Siswa selanjutnya menyusun perencanaan percobaan akomodasi mata dilanjutkan dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Dalam prosedur kerja percobaan akomodasi mata, guru memang sengaja tidak memberikan arahan yang jelas. Hal itu mempunyai maksud agar siswa mencari tahu sendiri Sehingga kreativitas siswa berkembang dan tidak menerima apa saja yang diberikan oleh guru. Dengan cara tersebut ternyata apa yang diharapkan guru berhasil, inkuiri siswa kelihatan menonjol. Beberapa siswa mengajukan masalah yang dipecahkan oleh teman yang lain. Beberapa siswa yang lain mengajukan gagasan baru ketika percobaan yang mereka lakukan tidak berhasil. Pada saat siswa kebingungan dalam melakukan koleksi data, guru juga tidak langsung memberikan prosedur kerja secara langsung namun memberikan pertanyaan arahan sederhana sehingga siswa benar-benar sebagai pusat pembelajaran (student centered).

Rasa ingin tahu siswa semakin tinggi untuk menemukan hal yang terjadi dengan bayangan. Namun beberapa kelompok ada yang belum bisa menemukan bayangan. Hal itu disebabkan karena posisi lup, lilin, dan kertas yang diterapkan berbeda dengan yang semestinya harus dilakukan. Adapun yang mereka lakukan adalah sebagaimana gambar berikut.

Lup Lilin

Gambar Kegiatan yang belum tepat Gambar Kegiatan yang sudah tepat

Kegiatan pada tahap eksplanasi di atas sejalan dengan hakikat metode inkuiri sebagaimana yang dikemukakan oleh Callahan dkk. (1992) yaitu menekankan keterlibatan siswa aktif baik fisik maupun mental untuk memecahkan permasalahan. Pengarahan dengan mengkonstruksi

3) Tahap Ekspansi

Pada tahap ekspansi, guru melontarkan fenomena berkaitan dengan alat bantu penglihatan yaitu kacamata. Kegiatan guru tersebut ditanggapi oleh siswa dengan mengemukakan pendapatnya dengan tepat. Pada saat aplikasi konsep, guru tidak menjelaskan dengan detail, namun siswa sudah menyebutkan dan menjelaskan dengan penjelasan yang baik sekali.

4) Evaluasi

Evaluasi meliputi proses dan produk. Penilaian proses pada menunjukkan angka yang di atas Standar Ketuntasan Belajar Minimal Siswa (SKBM). Sedangkan evaluasi produk dalam pembelajaran dilakukan guru dengan meminta laporan praktikum. Berdasarkan nilai pratikum yang dijadikan sebagai dapat diketahui bahwa nilai rerata adalah 84. Nilai tersebut sudah berada di atas Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Hal ini menunjukkan dengan penerapan model siklus belajar berbasis inkuiri dapat membantu siswa dalam memahami konsep akomodasi. Dengan demikian melalui penerapan model ini salah satu tujuan pembelajaran IPA SMP tercapai yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep IPA.