Pengaruh Strategi Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah dan Advance Organizer dengan Pernyataan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

3.2 Pengaruh Strategi Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah dan Advance Organizer dengan Pernyataan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Hasil independent t test pada data tes hasil belajar memperoleh Sig (2-tailed) (0,146) > α (0,025) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua strategi dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis.

Pertanyaan dan pernyataan diaplikasikan dalam materi advance organizer dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk mengarahkan kemampuan berpikir kritis, seperti merumuskan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi, mengklasifikasi, menjawab pertanyaan tentang fakta, memberi alasan jawaban, menginterpretasi data, membuat inferensi, dan membuat keputusan, yang semuanya merupakan elemen berpikir kritis yang diadaptasi dari Glaser (1941); Johnson and Lamb (2007). Sejalan dengan penelitian Anjasari dan Nasrudin (2011), LKS dengan karakteristik berpikir kritis meliputi kegiatan menganalisis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Langkah advance organizer yang dapat memunculkan kemampuan berpikir kritis adalah fase ketiga, yaitu memperkuat organisasi kognitif. Pada fase ini guru menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif antara materi baru dengan struktur kognitif yang telah ada, yaitu dengan meminta siswa untuk menjelaskan bagaimana hubungan materi baru dengan pengorganisasi (Kardi, 2003).

Persentase ketercapaian masing-masing aspek kemampuan berpikir kritis dari postes dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai rata-rata ketercapaian dihitung dari persentase skor yang dicapai oleh seluruh siswa pada setiap nomor soal dan nomor soal yang mencerminkan aspek yang sama diambil nilai rata-ratanya.

“Re-Orientasi Pembelajaran Sains”

Tabel 1 Ketercapaian Kemampuan Berpikir Kritis dari Postes Kelompok Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah dan Kelompok Advance Organizer dengan Pernyataan

Rata-rata No.

Aspek yang dinilai

No. soal

Ketercapaian (%) AO1

AO2

1. Merumuskan pertanyaan

2. Merumuskan hipotesis

5. Menjawab pertanyaan tentang fakta

6. Memberi alasan jawaban

7. Menginterpretasi data

8. Membuat inferensi

15 82 77 Keterangan: AO1= Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah AO2= Advance Organizer dengan Pernyataan

9. Membuat keputusan

Nilai tinggi sama-sama tercapai pada kemampuan merumuskan pertanyaan dan hipotesis sedangkan tiga aspek dengan nilai rendah juga sama pada kedua kelompok penelitian, yaitu pada kemampuan menjawab pertanyaan tentang fakta, membuat inferensi, dan membuat keputusan. Salah satu soal menjawab pertanyaan tentang fakta dengan skor rendah adalah soal nomor 6, yaitu menjelaskan efek pada organ tertentu akibat penyalahgunaan pewarna sintetik pada makanan. Menjawab soal ini memerlukan kekuatan daya ingat siswa. Kemungkinan dalam memori jangka panjang siswa tidak terdapat informasi tentang materi itu karena siswa kurang membaca, tidak belajar, atau tidak berusaha untuk menghafal. Memori jangka pendek merupakan bagian memori yang menyimpan informasi saat dipikirkan dan akan ditransfer ke memori jangka panjang jika sering diulang (Nur, 2008). Masih rendahnya nilai siswa dalam membuat inferensi dan keputusan berarti siswa masih sulit melakukan analisis. Berpikir analisis adalah proses berpikir untuk mengklarifikasi, membandingkan, menarik simpulan, dan mengevaluasi (Sukmadinata, 2004).

Pada kedua kelompok penelitian masih terdapat siswa yang tergolong kategori sangat lemah (8%) dalam berpikir kritis. Sebagian besar ahli setuju bahwa kemampuan untuk berpikir kritis bervariasi dengan usia siswa dan kemampuannya untuk memahami. Menurut sudut pandang Piaget, siswa tidak mampu berpikir kritis sampai mencapai tahap operasi formal (11 tahun ke atas). Tahap ini dicirikan dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan untuk mengkoordinasikan sejumlah variabel. Remaja dapat dikelompokkan dalam tahap operasi formal namun tidak dapat dianggap bahwa semua unggul dalam berpikir kritis (Gunn, et al., 2007). Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Perkembangan anak bergantung pada seberapa jauh aktif dalam memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

“Re-Orientasi Pembelajaran Sains”

3.3 Pengaruh Strategi Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah dan Advance Organizer dengan Pernyataan terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil independent t test pada data tes hasil belajar memperoleh Sig (2-tailed) (0,015) < α (0,025) yang berarti secara signifikan strategi advance organizer dengan pertanyaan pengarah dapat memfasilitasi lebih baik dalam melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi bahan kimia dalam makanan.

Tercapainya signifikansi dari independent t test menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan memikirkan alternatif jawaban (77%) dan mengelaborasi (64%) pada kelompok advance organizer dengan pertanyaan pengarah pada pokok bahasan bahan kimia dalam makanan ini, lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan memikirkan alternatif jawaban (72%) dan mengelaborasi (56%) pada kelompok advance organizer dengan pernyataan dan hal ini dapat digeneralisasikan. Sejalan dengan hasil penelitian Domin (2008), advance organizer dengan penjelasan tak terbatas (dengan pertanyaan) membawa perubahan signifikan dalam prestasi kreativitas siswa dari 17% menjadi 35%, atau mengalami peningkatan 18%.

Persentase ketercapaian masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif dari postes dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Ketercapaian Kemampuan Berpikir Kreatif dari Postes Kelompok Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah dan Kelompok Advance Organizer dengan Pernyataan

Rata-rata No.

Aspek yang dinilai

No. soal

Ketercapaian (%) AO1

AO2

1. Memikirkan alternatif jawaban

81 82 Keterangan: AO1= Advance Organizer dengan Pertanyaan Pengarah AO2= Advance Organizer dengan Pernyataan

2. Mengelaborasi

Nilai tinggi kedua kelompok, sama-sama dicapai siswa pada kemampuan memikirkan alternatif jawaban dan yang rendah pada kemampuan mengelaborasi. Kemampuan mengelaborasi memerlukan pemikiran yang lebih mendalam daripada memikirkan alternatif jawaban. Pada elaborasi, siswa harus mampu mengembangkan suatu gagasan, merincinya secara detail sehingga menjadi lebih menarik, sedangkan pada memikirkan alternatif jawaban, siswa cukup memberikan banyak gagasan atau saran (Munandar, 1992).

Pada kelompok advance organizer dengan pertanyaan pengarah masih terdapat siswa yang tergolong kategori sangat lemah (4%) dan tidak memuaskan (4%) dalam berpikir kreatif. Pada kelompok advance organizer dengan pernyataan masih terdapat siswa yang tergolong kategori tidak memuaskan (8%) dalam berpikir kreatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh terhambatnya kreativitas dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Maslow (Munandar, 2009), kreativitas merupakan karakteristik yang fundamental, yaitu suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dia dilahirkan, namun sering terhambat dalam proses pembudayaan. Menurut Johnson (2007), berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-

“Re-Orientasi Pembelajaran Sains”

kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.