Analisis Keterampilan Generik Sains (KGS)
d. Analisis Keterampilan Generik Sains (KGS)
Berdasarkan hasil penelitian tahun I dan hasil analisis keterbacaan da keterlaksanaan LKS baik pada Termokimia maupun pada Ikatan Kimia, nampaknya bahwa menurut siswa baik di SMA Potensial maupun di SMA Rintisan memiliki kesamaan hasil, yaitu tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS materi termikimia dan Ikatan Kimia berada pada kategori tinggi. Demikian pula, kemenarikan animasi kimia berkatgori tinggi baik pada SMA Potensial maupun pada SMA Rintisan. Oleh sebab itu, data hasil uji keterampilan generik sains (KGS) antara siswa SMA Potensial dan SMA Rintisan digabungkan menjadi satu, sehingga jumlah siswa untuk analisis KGS sebanyak
60 orang siswa, dengan rincian 30 siswa dari SMA Potensial dan 30 siswa dari SMA Rintisan. Keterampilan generik sains siswa mengacu pada keterampilan generik sains menurut Brotosiswoyo (2001). Indikator keterampilan generik sains yang diteliti adalah: (1) bahasa simbolik, (2) hukum sebab akibat, (3) kerangka logika taat azas, dan (4) membangun konsep. Adapun data hasil peningkatan keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains disertai animasi dapat dilihat pada Gambar 2. berikut:
Gambar 2. Peningkatan keterampilan generik sains siswa pada materi Ikatan Kimia
Dari gambar 2. dapat dilihat bahwa keterampilan generik sains siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator membangun konsep dan terendah pada indikator bahasa simbolik. Kemampuan menggunakan bahasa simbolik mengalami peningkatan dengan gain sebesar 0,66 yang termasuk kategori tinggi. Kemampuan menggunakan hukum sebab akibat mengalami peningkatan gain sebesar 0,68 yang termasuk kategori tinggi. Kemampuan menerapkan kerangka logika taat azas peningkatan dengan gain sebesar 0,64 yang juga termasuk kategori tinggi. Kemampuan membangun konsep mengalami peningkatan sebesar 0,37 yang termasuk kategori rendah. Pada Indikator keterampilan generik sains ”membangun konsep” perlu dilakukan revisi pada semua LKS yang dikembangkan (LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4). Ini menunjukkan bahwa indikator keterampilan generik sains pada spek membangun konsep kurang muncul. Hal ini bisa terjadi karena pada uji coba pembelajaran menggunakan LKS berbasis
Prosiding Seminar Nasional Sains 2012 “Re-Orientasi Pembelajaran Sains”
KGS dan animasi kimia, siswa masih kesulitan dalam menarik kesimpulan dari pertanyaan- pertanyaan yang ada.
Peningkatan keterampilan generik sains dan peningkatan persentase siswa yang mencapai KKM ini menunjukan efektifitas LKS berbasis keterampilan generik sains dan animasi kimia yang dikembangkan. Keefektifan animasi bila dibandingkan dengan ilustrasi statis (hanya secara verbal) hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Schar (1999). Schar melakukan eksperimen untuk membandingkan antara jenis media statis dan dinamis untuk kecenderungan proses tugas-tugas belajar. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan menampilkan materi menggunakan faktor dinamis menghasilkan dampak belajar yang paling baik. Demikian pula penelitian Zhu dan Grabowski (2006) menunjukkan tidak terdapat perbedaan dalam hasil belajar ketika menggunakan animasi dan audio, namun terdapat berbedaan yang cukup signifikan antara pembelajaran dengan animasi dan audio visual dengan pembelajaran secara verbal (teks dan oral). Ikhsanuddin (2007) juga telah melakukan penelitian tentang ”Pembelajaran Inkuiri Berbasis Teknologi Informasi Untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Hidrolisis Garam” melaporkan bahwa pembelajaran dengan berbantuan teknologi informasi (TI) dapat mengembangkan keterampilan generik sains dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa SMA dalam mempelajari Topik Hidrolisis Garam. Selanjutnya, Tasker dan Dalton (2006) menyatakan bahwa komputer dapat digunakan sebagai alat untuk membantu pembelajar memiliki kemampuan representasi dalam memvisualisasikan sistem dan proses molecular. Mengingat dunia molekular merupakan multipartikel yang bergerak dinamis dan pada keadaan padat maupun cair interaksi partikelnya rumit dan ruah, maka diperlukan visualisasi dunia molekular yang mendekati keakuratan. Menurut Tasker dan Dalton (2006), bahwa “Chemistry involves interpreting observable changes in matter (eg. colour changes, smells, bubbles) at the concrete macroscopic or laboratory level and in terms of imperceptible changes in structure and processes at the imaginary sub-micro or molecular level.” Apa yang dikatakan Tasker dan Dalton dapat diartikan bahwa ilmu kimia selalu melibatkan proses-proses perubahan yang dapat diamati (misalnya perubahan warna, bau, gelembung) di tingkat makroskopik atau laboratorium, dan perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat sub-mikro atau molekul imajiner.