Nusantara dalam Masa Transisi: Dari Hindu-Buddha ke Islam Abad XIV-XV

1. Nusantara dalam Masa Transisi: Dari Hindu-Buddha ke Islam Abad XIV-XV

erluasan Islam di Nusantara pada abad ke-14-15 menandai masa terjadinya pergeseran kehidupan ke-

agamaan dan budaya masyarakat di kepulauan nusantara dari kebudayaan Hindu-Buddha ke arah Kebudayaan Islam. Masa pergeseran pada abad itu menjelaskan bahwa Nusantara telah masuk ke dalam masa transisi atau ’persimpangan jalan” (cross- road ). Pergeseran sosial-keagamaan yang terjadi pada masa itu pada hakekatnya diperkuat, paling tidak, oleh empat kecende- rungan perubahan penting. Pertama, kecenderungan pergeseran rute perdagangan maritim dan zona-zona perdagangan maritim di Asia Tenggara dari zona lama ke zona-zona baru, yang terjadi pada abad ke 14-15. Kedua, kecenderungan terjadinya kemun- duran dan keruntuhan pusat-pusat politik Tradisi Besar Hindu- Budha dan merosotnya proses Hinduisasi. Ketiga, kecende- rungan terjadinya kelahiran pusat-pusat politik baru di bawah pengaruh tradisi besar Islam yang berorientasi pada kehidupan maritim. Keempat, munculnya pusat-pusat tradisi besar Islam

Djoko Suryo di berbagai tempat di Kepulauan Nusantara tersebut sekaligus

telah menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah sekitarnya. Kelima, pada periode yang sama komunikasi antara masyarakat wilayah di Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara meningkat, diikuti oleh meningkatnya proses integrasi jaringan ekonomi dan sosio-kultural di kawasan Asia Tengara dan Nusantara.

Terbentuknya zona-zona perdagangan di Asia Tenggara dan Nusantara yang mempengaruhi proses komersialisasi di wilayah sekitar zona-zona perdagangan tersebut pada dasarnya telah terjadi sejak masa kuna. Zona-zona perdagangan maritim yang berpusat pada wilayah perairan bagian utara Semenanjung Melayu, perairan sekitar Laut Jawa, perairan Selat Malaka dan perairan sekitar Laut Sulu telah berkembang sejak abad ke-2 sampai abad ke-13. Pada abad ke-14-15 zona perdagangan di Selat Malaka dan Laut Jawa semakin meningkat, sehingga mem- bawa pengaruh meningkatnya aktivitas ekonomi perdagangan di sekitar wilayah zona tersebut, termasuk wilayah pantai utara Jawa.

Perlu dicatat, bahwa sejak lama kepulauan nusantara telah terlibat dalam jaringan kegiatan perdagangan internasional, berkat letak geografisnya yang menguntungkan dalam lalu- lintas perdagangan maritim internasional yang menghubungkan wilayah Asia Barat dan Asia Timur. Jalinan dan jaringan per- dagangan tersebut telah menghubungkan Kepulauan Nusantara dengan Dunia Asia Barat dan Asia Selatan beserta rute per- dagangan Islam. Rute dan jaringan tersebut telah melancarkan proses penyebaran Islam dan pengenalan peradaban Islam ke masyarakat nusantara. Sementara itu, terbentuknya jaringan perdagangan antara wilayah nusantara dengan wilayah Asia Timur, telah menjadikan pelancong, pedagang dan migran Cina atau Tionghoa datang ke daerah Kepulauan Nusantara, termasuk pedagang atau orang-orang Tionghoa Muslim ke Jawa.

Keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit pada akhir abad ke-

15 telah memberikan keleluasaan kelahiran kerajaan-kerajaan

Transformasi Masyarakat Indonesia... Islam Malaka (abad ke-15), Demak (abad ke-15), Cirebon, Ban-

ten, dan kerajaan Islam lainnya di nunsantara, di antaranya Kera- jaan Ternate dan Tidore di Maluku. Menarik untuk disimak, kelahiran kota-kota bandar Emporium di sepanjang Pantai Utara Jawa, seperti Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, dan Surabaya lahir di Pantai Utara Jawa bertepatan dengan mero- sotnya pusat Kerajaan Majapahit. Kota-kota perdagangan empo- rium ini kemudian berkembang menjadi pusat tumbuhnya pen- duduk kota (urban), yang sebagian besar terdiri dari kaum pedagang dan para mubalig Islam, yang berperan dalam proses Islamisasi, baik di Jawa maupun daerah lain di luar Jawa. Perge- seran pusat politik yang sekaligus diikuti oleh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah pantai yang terjadi pada masa itu juga telah dikuti oleh pergeseran orientasi sosial-budaya ma- syarakat pendukungnya. Pergeseran orientasi budaya Hindu- Budha ke budaya Islam, pada hakekatnya berlangsung sejak abad ke-14-15 secara alami dan melalui proses transisional. Rep- resentasi pergeseran orientasi keagamaan dan tradisi-tradisi besarnya yang terjadi pada masa itu, nampak baik dalam rep- resentasi wujud budaya fisik maupun non fisik, yang sebagian telah menjadi bahan kajian sejarah, arkeologi, bahasa, sastra dan seni.

Mengenai berita kehadiran orang-orang Islam di Asia Timur, Asia Tenggara dan Nusantara pada hakekatnya telah ada jauh sebelum abad ke-14-15. Beberapa sumber memberikan petunjuk, bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Usman (644- 656), misalnya, telah terdapat utusan Islam yang tiba di istana Kerajaan Cina. Demikian juga disebutkan bahwa pada abad ke-

9 di Kanton telah terdapat ribuan saudagar Muslim. Hubungan antara Cina dan dunia Islam pada masa itu tampaknya telah terjalin selain melalui rute Jalan Sutra lewat darat juga melalui rute Jalan Sutra lewat laut. Karena itu, tidak mengherankan apabila ada sumber yang memberitakan bahwa pedagang-peda- gang Islam telah memainkan peran penting dalam Kerajaan

Djoko Suryo Maritim Buddha Sriwijaya yang berdiri pada abad ke-7. Salah

satu sumber menyebutkan, bahwa antara tahun 904 dan per- tengahan abad ke-12, terdapat utusan dengan nama dari Bahasa Arab telah datang di istana Kerajaan Sriwijaya, Hal ini membe- rikan pertanda bahwa kehadiran orang-orang Muslim dari manca-wilayah ke wilayah Asia Tenggara dan Kepulauan Nu- santara telah lama terjadi. Berita-berita tersebut juga ikut mem- perkuat dugaan bahwa hubungan inter-personal antara Peda- gang Muslim dan penduduk setempat telah terjadi pada masa- masa itu, dan proses pemelukan Agama Islam secara individual bagi penduduk lokal juga telah terjadi terjadi pada masa-masa itu.

Persoalan proses Islamisasi di wilayah Kepulauan Indone- sia sendiri, dalam berbagai segi, sering dipersoalkan mengenai cara penyebarannya (mode of transfer) dan cara transmisinya (mode of transmission) . Dari segi cara penyebarannya ada yang memper- soalkan tentang rute asal penyebaran Islam (routes of introduc- tion ) dari tanah asalnya, yaitu Arab, ke Indonesia. Hal ini di antaranya telah menimbulkan lahirnya berbagai teori tentang asal-usul dan jalur penyebaran Islam dari tanah asalnya ke In- donesia. Di antaranya ada empat teori yang menjelaskan menge- nai hal ini. Pertama, teori yang menyebutkan bahwa Islam ma- suk ke Indonesia dari tanah Arab lewat India. Kedua, teori yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Arab lewat Persia. Ketiga, Islam masuk ke Indonesia dari Arab lewat Per- sia, kemudian masuk ke Cina dan baru kemudian ke Indonesia. Teori terakhir menyatakan Islam masuk ke Indonesia secara langsung di bawa oleh pembawanya dari tanah Arab. Salah satu yang menarik di sini ialah adanya teori yang menyebutkan bahwa wilayah Cina telah menjadi salah satu jalur masuk Islam ke Indonesia, yang sudah barang tentu menarik untuk dibahas. Hal ini menjelaskan bahwa jalur atau rute masuknya Islam ke Kepualauan Nusantara bukanlah melalui jalur yang bersifat tunggal, melainkan melalui jalur yang banyak. Hal ini sesuai

Transformasi Masyarakat Indonesia... dengan kedudukan Kepulauan Nusantara yang berada dalam

persimpangan jalur lalu-lintas dunia perdagangan internasional yang memungkinkan adanya keragaman jalur masuknya Islam ke Indonesia. Persoalan hubungan sejarah penyebaran Islam yang datang dari jalur wilayah Cina menjadi sangat penting untuk dikaji lebih lanjut, mengingat penjelasan mengenai hal ini masih sangat terbatas dan belum banyak terungkap dalam Historiografi Islam di Indonesia. Salah satu segi yang perlu ditin- dak lanjuti ialah perlu adanya penelitian sejarah terencana, mengingat dugaan sumber-sumber tertulis yang tersedia di Cina cukup tersedia (sudah barang tentu sumbernya terekam dalam bahasa Cina).