Kajian Sejarah: Sasaran Tujuan dan Jenis

1. Kajian Sejarah: Sasaran Tujuan dan Jenis

eperti halnya disiplin-disiplin lain yang termasuk dalam cabang Ilmu Ilmu Sosial dan Humaniora, disiplin sejarah

menempatkan manusia yang hidup dalam kolektivitas masya- rakat sebagai pusat sasaran kajian. Berbeda dengan disiplin- disiplin lain, seperti sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi, Sejarah melihat obyek kajiannya bukan secara sinkronik (synchronic), melainkan secara diakronik (diachronic), yaitu mengkaji aktivitas manusia melalui perspektif waktu. 2 Penekanan pemahaman manusia sebagai protagonis sejarah, yaitu sebagai pendukung dan sekaligus aktor utama dalam drama kehidupan masa lalu, melalui kesatuan wawasan rentangan waktu (tempo- ral ) dan tempat (spatial), baik yang bersifat unik (unique) artiku-

1 Makalah disampaikan pada ‘Seminar Tergugahnya Objektivitas Sejarah Sulawesi Selatan’ yang diselenggarakan oleh Masyarakat

Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sulawesi Selatan, di Ujung Pandang, tanggal 10 11 Desember 1990.

2 Lihat Jr. Robert F. Berkhofer, A Behavioral Approach to Historical Analysis (New York: The Free Press, 1971), hlm. 271.

Djoko Suryo lar, maupun yang bersifat struktural dan umum (general) meru-

pakan ciri pokok kajian Sejarah, yang membedakan dengan bi- dang kajian lainnya.

Secara umum, tujuan kajian sejarah pada hakekatnya sama dengan tujuan umum yang hendak dikejar bidang ilmu (science), yaitu mencari (search) kebenaran (truth), yang diperoleh dengan melalui prosedur penelitian ilmiah (scientific search), atau kemu-

dian disebut research. 3 Karena sejarah bukan ilmu (eksperimental science ), maka sejarah memiliki keterbatasan metodologis dalam merumuskan prosedur pecarian kebenaran terhadap obyeknya. Sejarah tidak dapat mengamati (observation) dan mengukur (mea- surements ) gejala sejarah yang dihadapinya secara repetitif dan langsung, seperti yang dilakukan oleh bidang sains, karena segala peristiwa sejarah bersifat non–repetitif dan unik. Hal ini tidak berarti bahwa sejarah tidak dapat mencapai tujuannya untuk memberikan penemuannya, secara ilmiah (scientific), yaitu tersusun dalam sistem proposisi yang absah atau sahih (valid), benar dan obyektif, berlaku umum (generalized), dan dapat dian- dalkan (reliable). Mengingat sifat penyelidikan ilmiah (scientific inquiry ) bukanlah ditentukan oleh persoalan pokoknya. (subject

matter ), tetapi oleh metode ilmiahnya (scientific method) 4 maka kebenaran dan obyektifitas sejarah dapat dicapai melalui pro- sedur rekonstruksi sejarah dengan menggunakan metode (ilmi-

ah) sejarah. Tujuan akhir kerja sejarah adalah merekonstruksi gambaran peristiwa kehidupan masa lampau, dalam bentuk rekayasa ter- tulis, yaitu Historiografi, melalui sintesa fakta-fakta (facts) yang diperoleh dari bukti-bukti (evidences) sejarah yang ditemukan dalam sumber (sources), baik tertulis (recorded) maupun lisan

3 B.B. Wolman, “Sense and Nonsense in History”, dalam B.B. Wolman (ed.), The Psychoanalytic Interpretation of History (New York etc.: Harper

Torchbooks, 1971), hlm. 79. 4 Ibid., hlm. 80.

Transformasi Masyarakat Indonesia... (oral). Proses penggarapan rekonstruksi sejarah ini, tidak lain

adalah proses penggambaran kembali sejarah sebagai aktualitas (History as actuality ) menjadi sejarah sebagai cerita tertulis (His- tory as written ) atau Historiografi. Kalau meminjam istilah Ranke, pengertian sejarah sebagai aktualitas, yang dimaksud di sini adalah sejarah sebagai yang sebenarnya terjadi (as actually hap- pened ), yang bersifat unik, partikular, dan tidak berulang (un- repetitive ). Sejarah sebagai aktualitas, dengan demikian dapat disebut sebagai sejarah dalam pengertian obyektif. Sejarah sebagai cerita atau historiografi, adalah sejarah hasil rekayasa rekonstruksi, yang dilakukan oleh para perekaysa, yaitu para subyek, individu, atau penulis sejarah (sejarawan). Sejarah da- lam pengertian yang terakhir ini, merupakan sejarah dalam pengertian subjektif, yaitu sejarah yang disusun atas pandangan subjek penyusunnya. Dengan demikian, proses rekonstruksi sejarah pada dasarnya adalah proses rekonstruksi sejarah dalam pengertian ‘objektif’ ke dalam bentuk sejarah dalam pengertian ‘subjektif’.

Maka dari itu, salah satu persoalan pokok yang dihadapi penggarapan sejarah adalah persoalan objektivitas dan subjek- tivitas, yang intinya akan berkisar pada persoalan tentang bagai- mana subjektifitas dapat mengobjektifikasi objektifitas gejala sejarah yang dihadapi, sehingga dapat mencapai objektifitas da- lam pengertian ilmiah. Jawaban persoalan ini akan dapat dipe- roleh dalam rumusan teori dan metodologi sejarah, yang dapat memberikan jawaban dalam bentuk penyajian kerangka konsep- tual yang diperlukan dalam proses seleksi, interpretasi, ekspla- nasi, visi, pendekatan (approach) metode, dan model peng- garapan 5 . Sebagai contoh, beberapa model eksplanasi, seperti

5 Mangenai ini antara lain dapat dibaca dalam karya Theda Skocpol (ed.), Vision and Method in a Historical Sociology (Cambridge: Cambridge

University Press, 1987); Allan J. Lichtman & Valerie French, Historians and the Living Past. Theory and Practice of Historical Study (Arlington Heigts,

Djoko Suryo eksplanasi kausal vs temporal, Verstehen/Understanding vs ideal

type , kualitatif vs kuantitatif, fungsional vs struktural, ilmu sosial vs humanitis, akan dapat memberikan model penggarapan seja- rah secara tajam dan tepat. 6

Kompleksitas kehidupan manusia yang menjadi objek kajian sejarah, mendasari timbulnya berbagai jenis bidang kajian seja- rah. Pada abad ke 19, telah terdapat berbagai jenis bidang kajian sejarah. Dari berbagai jenis sejarah itu, ada yang membedakan atas dua klasifiskasi, yaitu pertama, menurut persoalan pokok (subject matter ), dan kedua menurut hubungan isu tertentu. Kla- sifikasi pertama, mencakup beberapa jenis sejarah, antara lain yaitu:

1. Sejarah Politik (Political History)

2. Sejarah Perang (History of Warfare)

3. Sejarah Agama (Religion History)

4. Sejarah Hukum (Legal History)

5. Sejarah Ekonomi (Economic History)

6. Sejarah Sosial (Social history)

7. Sejarah Seni (History of Art)

8. Sejarah Pengetahuan Alam (History of Science)

9. Sejarah Intelektual (Intellectual of history) Sejarah Politik, Sejarah Perang dan Sejarah Militer, Sejarah Agama, tampak lebih awal muncul dibanding dengan jenis sejarah lainnya. Sejarah Ekonomi lahir pada abad ke 19 setelah

Illinois: Harlan Davidson, Inc., 1978). Lihat pula Emmanuel Le Roy Ladurie, The Territory of the Historian (Chicago: The University of Chicago press, 1979), dan Gresham Riley (ed.), Values Objectivity, and the Social Sciences (Massachusetts etc: Addition Wesley Publishing Company, 1974).

6 Lihat Tedha Skockpol (ed.), op.cit. hlm. 1 44, dan Richard Harvey Brown and Stanford M. Lyman, (ed.), Structure Consciousness and History

(Cambridge: Cambridge University Press, 1978). Lihat pula G u e n t h e r Roth & Wolfgang Schluchter, Max Weber’s Vision of History. Ethics and Meth- ods (Berkeley: Los Angeles, London: University of California Press, 1984), dan Eric Weil, Humanistic Studies: Their Object, Methods, and Meaning, dalam Daedalus, Spring 1970, hlm. 237 255.

Transformasi Masyarakat Indonesia... didahului kelahiran ilmu ekonomi pada abad ke 18. Sejarah

Hukum juga lahir pada pertengahan abad ke 19, atas pengaruh perkembangan romantisisme dan nasionalisme baru. Pada abad yang sama berkembang juga jenis sejarah lainnya, seperti Sejarah Seni, Sejarah Sosial, Sejarah Ilmu Kealaman, Sejarah Kebudayaan atau Peradaban dan Sejarah Intelektual seperti tersebut di atas.

Perlu dicatat, bahwa dari kategori sejarah seperti tersebut di atas, kemudian berkembang jenis jenis spesialisasi baru, yang menyebabkan ragam jenis kajian sejarah menjadi semakin me- ningkat. Sebagai contoh, Sejarah Ekonomi, dalam perkem- bangannya terbagi bagi atas beberapa spesialisasi, seperti: Sejarah Pertanian (Agrarian History). Sejarah Perikanan (History of Fishing ), Sejarah Industri (Industrial History), Sejarah Perban- kan (History of Money and Banking), Sejarah Perusahaan (Bussiness History ), dsb.

Di lain pihak, ada pula pembagian jenis kajian sejarah lain- nya, yang didasarkan atas hubungan isu isu tertentu, seperti yang dilakukan oleh Slicher van Bath. Ia membedakan jenis sejarah, antara lain yaitu:

1. Sejarah Tawarikh (Annalistic History),

2. Sejarah Naratif (Narrative History),

3. Sejarah Pragmatik atau Didaktik (Pragmatic atau Didactic His- tory ),

4. Sejarah Genetik (Genetic History). 7 Sudah barang tentu masih banyak lagi jenis sejarah yang

dapat disebutkan di sini, akan tapi untuk keperluan tulisan ini, 7 Jenis pertama, merupakan jenis sejarah yang hanya menyajikan

fakta fakta tanpa perlu menjelaskan hubungan satu sama lain (yaitu jenis sejarah yang tertua). Kedua, merupakan jenis sejarah sebagai ceritera. Ketiga, merupakan jenis sejarah yang disajikan untuk tujuan yang pragmatis. Jenis yang terakhir, mencakup bentuk penyajian penulisan sejarah yang menggunakan perspektif analisis perkembangan yang luas terhadap objek kajiannya. Mengenai yang terakhir lihat, B.H. Slicher van Bath, Denitrarische geschiedenis van West Eropa (500 1850) (Utrecht, 1960).

Djoko Suryo beberapa jenis sejarah yang disebutkan di atas sudah dapat

mengantar pembicaraan yang akan disampaikan berikut ini, yaitu tentang Sejarah Sosial. Uraian berikut ini sekedar mem- berikan ulasan singkat mengenai apa yang dimaksud dengan kajian Sejarah Sosial, bagaimana kedudukan dan fungsinya da- lam kajian sejarah, dan bagaimana perkembangan dan pros- peknya di masa depan di Indonesia.