Citra Raja yang Ideal (the Ideal King) menurut ajaran Asta Brata dalam Serat Rama, Serat Tajusalatin dan Serat Puji

3. Citra Raja yang Ideal (the Ideal King) menurut ajaran Asta Brata dalam Serat Rama, Serat Tajusalatin dan Serat Puji

Selain konsep konsep raja, tugas, fungsi dan perannya dalam kerajaan seperti tersebut di atas, terdapat gagasan dan citra Raja

Transformasi Masyarakat Indonesia... yang Ideal. Gagasan dan citra raja yang ideal itu dalam kerajaan

Jawa umumnya menganut ajaran kultural yang termuat dalam konsep ajaran Asta Brata yang termuat dalam Serat Rama, dan untuk Kraton Yogyakarta masih ditambah dengan ajaran yang termuat dalam karya karya intelektual dari Serat Tajusalatin dan Serat Puji, yang tersimpan dalam Kraton Yogyakarta. Konsep Astabrata tersebut pada prinsipnya mendasarkan pada delapan ajaran kebajikan bagi raja untuk memerintah rakyatnya sebagai perwujudan Raja Gung Binathara. Kedelapan ajaran itu antara lain mencakup sikap perilaku utama raja yang berinti pada ke- dermawaan, keberanian, memberantas kejahatan, kebijaksana- an, kasih sayang, kepedulian, kemurahan, ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan keberanian dalam menghadapi segala musuh yang akan mengancam negara.

Sementara ajaran yang berasal dari Serat Tajusalatin, Mah- kota Raja-raja, (Serat Tajusalatin versi Kraton Yogyakarta) yang merupakan resepsi Kitab Tajussalatin yang berasal dari Dunia Melayu yang ditulis oleh Bukhari al Jauhari di Kasultanan Aceh pada 1603, memberikan landasan konsepsional tentang kepe- mimpinan raja ideal menurut ajaran Islam. Pada garis besarnya isi serat itu sebagai berikut. Pertama, raja harus memahami ten- tang asal usul manusia, kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, kehidupan manusia di dunia, dan akhir hayat manusia. Kedua, raja harus memahami tugas dan fungsinya sebagai penguasa rakyat. Ketiga, raja harus bertindak adil dan menghindari tin- dakan yang lalim. Keempat, raja harus alim dan berbudi luhur. Maksudnya, ialah raja harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan tentang ma- nusia, serta memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang mendalam dan berahlak mulia. Kelima, raja harus menela- dani keutamaan ajaran yang termuat dalam AI Qur’an, ajaran Nabi Muhammad S.A.W. yang termuat dalam Hadis, serta men- contoh akhlak mulia dari sahabat para nabi, para khalifah, dan para raja Islam maupun lainnya. Keenam, berisi kutukan terhadap

Djoko Suryo mereka yang melanggar hukum hukum agama. Adapun secara

keseluruhan karya intelektual di Kraton Yogyakarta itu terdiri atas 25 pasal, yang masing masing berisi ajaran tentang : (1) tingkah laku manusia (tingkahing manungsa); (2) kekuasaan Tuhan yang menguasai alam semesta (ngawruhi marang Hyang Widi ingkang akarya jagad); (3) dunia dan kehidupan manusia (dunya lan uriping manungsa); (4) akhir kehidupan manusia ketika menemui ajal (wekasaning pati); (5) perilaku raja dalam meme- rintah (tingkahing nerpati ingkang sami rumeksa ing bala); (6) per- buatan yang baik dan buruk dari para pejabat dan raja (panggawe becik lan alane hang wadya miwah ratu); (7) raja dan para menteri (narendra lan mantri mantri); (8) raja kafir yang adil (aji kapir kang sami ngadil sadaya); (9) raja yang Ialim (wong aniayapenggawe becik); (10) menteri yang tinggi derajatnya dan yang teliti (para mantri kang sampurna drajate kamulyan tindak nastiti); (11) juru tulis (pakartining carik); (12) etiket utusan (pratingkahe prakara wong den utus); (13) kebiasaan para raja (adat ingkang para ratu); (14) mendidik anak (mulasara marang siwi); (15) tentang cara berpikir yang benar (angen angen sidik ); (16) akal budi orang beriman dan yang baik budi (akal para iman kang berbudine); (17) syarat raja-raja yang memerintah (sarat rumeksa mring narendra myang sawadyanipun; (18) pengetahuan kifayah, firasat, nubuwah dan kewahyuan (ngelmu kipayat lawan pirasat lan nubuwah miwah wah- yu adi); (19) firasat manusia (pirasat manungsa kabeh); (20) rakyat dalam negeri yang mendukung raja (wongjro nagari kang mengku mring nata); (21) raja yang memerintah dua kelompok rakyat yang kafir dan Islam (ratu siji abala warni kalih kapir lan Islam); (22) sifat dermawan, kikir, baik dan buruk (loma kumet, becik ala); (23) masalah menepati janji (prakara nuhoni janji); (24) tidak urakan; (25) pesan agar berpegang teguh terhadap semua ajaran yang dimuat dalam serat itu (wekasaning tutur mrih arjaning ratsak kathahe warnane kitab).

Seperti halnya Serat Tajusalatin, Serat Puji juga menganjurkan syarat-syarat utama untuk menjadi raja yang baik dan ideal,

Transformasi Masyarakat Indonesia... sebagai berikut. Pertama, raja harus sudah dewasa (akil balig);

kedua, raja harus alim; ketiga, raja harus pandai memilih pejabat negara yang baik; keempat, raja harus sopan dan berbudi mulia; kelima, raja harus dermawan; keenam raja harus berbuat keba- jikan; ketujuh, raja harus bersikap ksatria; kedelapan, raja harus sederhana; kesembilan, raja harus menghormati wanita; dan kesepuluh, kalau tidak terpaksa jangan mengangkat raja perem- puan.