Beberapa Segi Warisan Budaya: Sastra, Seni, Tradisi, dan

4. Beberapa Segi Warisan Budaya: Sastra, Seni, Tradisi, dan

Pusaka Kraton

Sebagai pusat kebudayaan kraton Kesultanan Yogyakarta juga memiliki warisan karya sastra yang cukup penting. Tradisi

Djoko Suryo penulisan karya sastra berupa serat-serat dan babad mencapai pun-

caknya pada zaman Sultan Hamengku Buwana V. Pada masa pemerintahannya berhasil ditulis-beratus ratus naskah karya tulis yang ditulis oleh para pujangga Kraton Yogyakarta. Hasil karya tulis tersebut sebagian tersimpan di Kraton Yogyakarta, sebagian lainnya tersimpan di arsip Surakarta dan Jakarta, dan sebagian lagi ada yang tersimpan di beberapa perpustakaan di luar negeri. Banyak naskah karya tulis Kraton Yogyakarta juga dibawa oleh Raffles ke Inggris ketika terjadi Perang Sepoy di Yogyakarta pada 1812. Karya karya tersebut kini banyak disim- pan di Indian Library Inggris.

Karya babad dan serat yang ditulis oleh pujangga istana, mem- punyai makna simbolik sebagai sarana legitimasi kekuasaan Sul- tan yang memerintah. Sementara sejumlah karya sastra lainnya banyak memuat ajaran moral, spiritual, kepemimpinan, keba- jikan, falsafah dan nilai keagamaan yang penting bagi Sultan dan para putra-putrinya serta para anggota bangsawan kraton pada umumnya. Di antara Serat Serat itu ialah Serat Tajussalatin dan Serat Bustanussalatin yang berasal dari Dunia Melayu, menga- jarkan tentang kepemimpinan atau cara menjadi raja yang benar dan adil bagi seorang sultan. Serat Ramayana dan Mahabarata, mengajarkan tentang jiwa ksatrian dan kepahlawanan, Serat Puji mengajarkan ajaran moral dan kepimpinan, dan Babad Tanah Jawi memuat Sejarah Jawa. Salah satu jenis karya tulis yang dianggap keramat bernama Kanjeng Kyai AI Qur’an, sebuah nas- kah Kitab Suci Al-Qur’an yang ditulis dengan tulisan tangan berhuruf Arab dan disertai hiasan yang indah dan menarik pada setiap halamannya. Selain itu juga terdapat naskah yang disebut Kangjeng Kyai Serat Suryaraja yang disusun oleh Sultan Hamengku Buwana II, yang memuat tentang filsafat dan ajaran tentang kepemimpinan seorang raja sebagai pegangan para Sultan Yog- yakarta berikutnya. Masih cukup banyak naskah--naskah karya sastra religius berdimensi Islam yang tersimpan di Kraton Yog- yakarta yang belum dikaji atau baru sedikit yang dikaji (tidak

Transformasi Masyarakat Indonesia... kurang dari 400 naskah). Naskah naskah tersebut merupakan

hasil rekaman dialog intelektual antara Kraton Kesultanan Yog- yakarta dengan Kesultanan Melayu Nusantara dan Dunia Is- lam di Asia Barat. Naskah naskah tersebut ditulis dalam Bahasa Jawa dan dengan Aksara Jawa atau Arab (Jawi).

Selain karya sastra Kraton Kesultanan Yogyakarta juga me- miliki khasanah budaya kraton yang terkemuka lainnya yang berupa antara lain bahasa kraton, seni pakaian kraton, seni pewa- yangan, seni tari, seni musik gamelan, seni arsitektur, pusaka kraton, masakan dan pengetahuan tentang obat obatan tradi- sional. Sebagai bagian dari Kesultanan Melayu Nusantara, Kraton Kesultanan Yogyakarta juga memiliki berbagai tradisi upacara tradisional yang hingga kini masih dilakukan, sebagai khasanah kebudayaan nusantara. Berbagai ragam seni baik seni Bahasa Kraton yang disebut Bahasa Bagongan, maupun bahasa Jawa ha- lus atau krama hinggil, seni tari kraton, seni musik gamelan dengan gending-gendingnya, seni tembang macapat, seni wa- yang kulit purwa, pusaka kraton, serta berbagai upacara kra- ton hingga masa kini masih dilakukan, sekalipun sudah terjadi perubahan-perubahan.

Pusaka kraton biasa disebut sebagai Kagungan Dalem, di- anggap memiliki kekuatan magis atau kesaktian atau keramat yang diwariskan oleh generasi penurun raja sebelumnya. Kesak- tian dan kekeramatan suatu pusaka ditentukan oleh kedekatan- nya dengan asal usulnya, sejarah dari pemilik sebelumnya, atau perannya dalam peristiwa sejarah tertentu. Wujud pusaka kraton bermacam-macam, di antaranya ada yang berupa keris, pedang, umbul umbul, bendera, peralatan, regalia, makhkota, perhiasan, dan batu akik, ada pula yang berupa manuskrip, wayang kulit, gamelan, barang barang gerabah dan kereta. Setiap pusaka umumnya diberi nama dan gelar kehormatan, seperti Kangjeng Kyai untuk jenis laki laki, dan Kangjeng Nyai untuk jenis perem- puan. Beberapa jenis pusaka keris kraton yang terkenal antara lain ialah bernama, Kangjeng Kyai Kopek (tertinggi), Kangjeng Kyai

Djoko Suryo Joko Piturun , Kangjeng Kyai Toyatinaban, dan Kangjeng Kyai Pur-

banial . Adapun yang berupa umbul umbul ada yang bergelar Kangjeng Kyai Tunggul Wulung . Pusaka yang berupa manuskrip di antaranya ada yang bergelar Kangjeng Kyai Al-Qur’an, Kangjeng Kyai Bharatayuda dan Kangjeng Kyai Suryaraja. Pusaka berupa kereta diberi gelar Kangjeng Kyai Garudhayeksa dan Kangjeng Nyai Amat . Sementara itu gamelan kraton yang dianggap sebagai pu- saka antara lain diberi gelar Kangjeng Kyai Gunturmadu dan Kang- jeng Kyai Nagawilaga.

Kraton Yogyakarta juga memiliki upacara upacara tradi- sional, yang sebagian di antaranya berkaitan dengan siklus kehi- dupan manusia, sebagian berkaitan dengan kehidupan sultan, dan sebagian lainnya lagi berkaitan dengan masalah kemak- muran rakyat. Beberapa upacara dan tradisi rakyat yang terke- nal di Kraton Yogyakarta antara lain ialah Upacara Siraman Pusaka (upacara membersihkan pusaka kraton), Upacara Labuhan dan Upacara Grebeg Sekaten . Upacara Labuhan, berfungsi sebagai sarana untuk memelihara hubungan sultan dan penguasa dunia supra- natural yang tinggal di laut dan di gunung. Upacara Grebeg Sekaten yang merupakan salah satu jenis upacara keagamaan tradisional untuk memperingati Hari Maulud Nabi Muhammad SAW, me- miliki makna sebagai sarana untuk memelihara hubungan sul- tan dan rakyatnya. Masih banyak jenis upacara upacara lainnya yang berkaitan dengan sultan seperti Jumenengan (upacara pe- ringatan naik takhta) dan Tingalan Dalem (peringatan hari ulang tahun) yang pada setiap waktu diselenggarakan oleh kraton.