Kifarat bersenggama pada siang hari di Bulan Ramadhan

5. Kifarat bersenggama pada siang hari di Bulan Ramadhan

Bersenggama di bulan hari berpuasa adalah salah satu dari perkara-perkara yang bisa membatalkan puasa, yaitu :

a. Makan dan minum kecuali lupa.

b. Muntah yang disengaja.

c. Bersenggama pada siang hari di bulan puasa kecuali lupa.

d. Keluar darah haid atau nifas.

e. Gila pada siang hari.

f. Mastrubasi 112 . Bagi seseorang yang terkena salah satu dari enam hal diatas selain

bersenggama, itu diwajibkan atasnya mengganti puasa pada hari-hari lain diluar

. Mustafa ar -R afi'I, I sla m ; I n th ilâ q la J u m u d , (Be ir ut, D âr Ma ktab a h al- hayat, tan p a tah un) , ha l: 4 1 .

. S u la ima n Ra syid , Fiq h I sla m , ( Ban dun g, S inar Ba ru Alges indo , 2 0 0 2 ) hal. 233.

Ramadhan. Berbeda halnya bagi orang bersenggama pada siang hari puasa, diwajibkan baginya membayar kifârat.

Adapun kifârat atau tebusan bagi yang bersenggama pada siang hari puasa di bulan Ramadhan adalah:

1- memerdekakan budak.

2- puasa dua bulan berturut-turut.

3- memberi satu mud (3/4 liter) kepada enam puluh orang fakir miskin. Berbeda dengan dasar dalil yang digunakan dalam ketentuan macam kifârat bagi sumpah, walau format macam kifâratnya sama, tetapi dalil kifârat puasa itu tidak sama. Ketentuan kifârat sumpah berdasarkan al-Qur'an sedangkan ketentuan kifârat puasa berdasarkan hadits Nabi saw dibawah ini, sekaligus juga menerangkan keringanan bagi yang tidak mampu menunaikan ketiga-tiganya:

Artinya: Yahya bin Yahya berkata pada kami. Dan Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ibnu Numair yang kesemuanya bersumber dari Ibni 'Uyaynah. Yahya berkata Sufyan bin 'Uyaynah mengkhabarkan pada kami dari Zuhri dari Humaid bin Abdirrahman dari Abu Hurairah r.a berkata: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w lalu berkata: Binasalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang telah

. Musl i m, S ha h ih Mu slim , CD M ak tab ah a l-H ad its a s- S ya r i f.

membinasakanmu? Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan. Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu menjawab: Tidak. Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Lelaki itu menjawab: Tidak. Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. Rasulullah s.a.w kemudiannya memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami. Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum hingga kelihatan sebagian giginya. Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri.

Pada mulanya, bersenggama pada bulan puasa dilarang total di siang hari maupun pada malamnya, kemudian Allah ta'ala menghapuskan hal tersebut serta memberi keringanan dengan memperbolehkannya untuk dilakukan pada malam hari. Allah ta'ala berfirman :

Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma`af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu…

Dari salah satu kemudahan Islam adalah membebaskan kifârat puasa bagi yang melakukan persenggamaan di siang hari saat Ramadhan secara tidak sengaja, melakukannya dengan tidak sadar bahwa dirinya sedang melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan, tetapi cukup baginya qadhâ' pada selain hari-hari bulan Ramadhan

atas kealfaannya tersebut. Keringan ini juga berlaku bagi ibadah-ibadah wajib lainnya seperti shalat, dengan mengqadhâ'nya di lain waktu. Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Muhammad bin Yahya al-Qutha'I al-Bashry berkata pada kami bahwa Bsyr bin Umar berkata pada kami bahwa Hammam bin Qatadah dari Hasan al- Bashry dari Aliberkata pada kami bahwa Rasulullah saw bersabda: "Pena

diangkat daritiga perkara; dari orang tidur sampai bangun, dari bayi hingga dewasa (ihtilam), dari dari orang gila sampai sembuh".

Puasa bertujuan mendidik seorang hamba agar dapat mengendalikan hawa nafsunya, serta melatihnya agar tunduk pada peraturan agama. Puasa telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan fisik dengan mengistirahatkan lambung serta sarana pencernaan lainnya dalam tubuh, puasa juga memberikan banyak manfaat yang lebih banyak lagi bagi kesehatan jiwa serta pengendaliannya.

Dengan berpuasa, diharapkan seseorang mampu memecahkan kebinalan hawa nafsunya termasuk syahwat kelaminnya. Tindakan lebih tegas harus diambil bagi pelanggaran yang disebabkan oleh syahwat kelamin dibanding dengan selainnya, sebab paling besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh nafsu itu dari syahwat kelamin.

Cinta kepada materi itu bisa memberi efek yang buruk, namun efeknya masih lebih ringan dari efek buruk yang ditimbulkan oleh cinta kepada lawan jenis. Cinta kepada lawan jenis menjadikan seorang pengecut menjadi pemberani, intelek jadi tumpul akal, orang waras seakan gila. Sabda Nabi saw mengenai wanita (cinta pada lawan jenis)

. T ir mid z i, S un an a t-T ir m id zi, CD M akt ab ah a l- had it s as - s yar if.

Artinya: Bisyr bin Hilal al-Shawwaf berkata pada kami bahwa Abdul Warits bin Sa'id berkata pada kami dari Sulaiman at-Taimy (pindah jalur sanad) dan 'Amr bin Rafi' berkata pada kami bahwa Abdullah bin al-Mubarak berkata pada kami dari Sulaiman at-Taimy dari Abi 'Utsman an-Nahdy dari usamah bin Zaid berkata bahwa: Rasulullah s.a.w bersabda: Tidak ada fitnah yang paling membahayakan kaum lelaki selepas zaman aku kecuali fitnah dari kaum wanita.

Apabila berpuasa sebulan penuh itu tidak mampu meredam gejolak syahwat kelamin, hingga keringanan pembolehan bersenggama pada malam hari puasa di bulan Ramadhan dianggap masih kurang, sehingga kemudian melakukannya disiang hari, padahal puasa itu sendiri sebenarnya mampu memecahkan aktivitas bersenggama, maka tidak heran Allah menghukumnya dengan menambah satu bulan berpuasa lagi, sehingga genap menjadi dua bulan lamanya tanpa putus. Hal tersebut dapat dilakukan sebagai alternatif setelah hukuman membebaskan budak wanita tidak mampu dipenuhi, terlebih lagi pada era sekarang ini, era perbudakan yang sudah terhapus dan berlalu.

Andai berpuasa dua bulan berturut-turut itu tidak mampu dilaksanakan, Allah menggantinya dengan hukuman memberi satu mud makanan pokok kepada 60 orang fakir miskin. Penggantian jenis hukuman berpuasa dengan pemberian makanan, sebab makanan adalah lambag unsur kehidupan manusia yang diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan mengkonsumsinya sehingga dipuasakan, selain dari tujuan puasa itu sendiri untuk menjadikan manusia sebagai insan taqwa, sebagaimana yang tersurat

115 . Ib n u M aj ah , S un an Ib nu Ma jah , CD Mak tab ah a l-H a di s t a s- S ya r i f.

dalam al-Qur'an tentang kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan. Nabi saw bersabda tentang (kejelakan) perut :

Artinya: Suwaid bin Nashr berkata pada kami bahwa Abdullah bin Mubarak memberitakan pada kami bahwa Isma'il bin 'Ayyasy memberitakan pada kami

bahwa Abu Salamah al-Himshy dan Habib bin Sholih dari Yahya bin Jabir at- Tha'I dari Miqdam bin Ma'di Yakrob berkata padaku bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak ada bejana yang lebih jelek bila diisi oleh seseorang selain perutnya, (agar perutnya diisi) dengan sekedar beberapa asupan makanan yang bisa menguatkan tulang punggungnya, jikalau itu tidak memungkinkan maka sebaiknya dengan pembagian sepertiga untuk makanannya, dan sepertiganya lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi (udara) nafasnya.

Penulis tidak tahu persis kaitan langsung antara pelanggaran puasa dengan jenis bentuk hukumannya, terlebih dengan hukuman pemberian makanan kepada fakir-miskin serta menjadikannya salah satu program pengentasan kemiskinan, kecuali menganggapnya sebagai perkara ta'abbudi. Dan Allah ta'ala Maha Mengetahui.