Harta kekayaan yang terlihat

1- Harta kekayaan yang terlihat

Dalam pembahasan ini, penulis merasa perlu memulainya dengan menyajikan pengertian tentang negara serta macamnya dan hubungannya dengan Islam. karena walau bukan pokok pembahasan, tetapi tidak bisa dikesampingkan begitu saja tentang hal tersebut (Negara dan Islam), sebab keterkaitannya dengan program pengentasan kemiskinan ini sebagai pelaksana utama, walau disajikan tidak dengan mendetail.

Ditilik dari sudut teoritisi politik Islam, maka menurut teoritisi politik Islam negara terbagi menjadi dua :

1. Negara Sekuler: negara yang memisahkan urusan agama dan urusan dunia berdiri sendiri terpisah tanpa ada kaitan.

2. Negara Agama: negara yang menggabungkan urusan dunia dan agama menjadi satu.

Bahkan ada gabungan keduanya hinga menjadi pembagian yang ketiga yang berdiri sendiri sebagai paradigma simbiotik seperti yang diajukan oleh Mawardi 124 .

Negara dalam pengertian bahasa Indonesia adalah:

1. Pemerintah.

2. Organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.

3. Kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan

politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya 125 . Namun ada yang sebagian para pemikir muslim membagi negara berbeda

dengan yang diatas walau perbedaannya tidak signifikan, yaitu:

1. Negara Islam (Dâr al-Islam) yaitu negara yang berkonstitusikan wahyu (al- Qur'an dan Hadits) serta wilayah teritorialnya dalam kekuasaan kaum Muslimin.

2. Negara Kafir (Dâr al-Harb) yaitu negara yang tidak berkonstitusikan wahyu dan teritorialnya tidak berada dalam kekuasaan kaum Muslimin 126 .

Sa'id Hawa lalu membagi negara islam tersebut kedalam beberapa bagian :

1- ﻝﺪﻌﻟﺍ ﺭﺍﺩ : negara Islam yang berkonstitusikan wahyu dan dipimpim oleh khalifah.

. Mar zuk i Wa hid da n R umad i, Fiq ih m a d zh a b n eg a ra , ( Y og yak ar ta , LkiS , 2 0 0 1 ), h al:2 4 - 2 5 .

125 . T e am p e n yu sun k a mus b es ar b aha sa Indo n es ia , op .c it , Ha l: 6 10 .

. S a' id H a w a, I s la m , (T a np a te mp at , ta np a p en er b it, 1 981 ) hal: 4 01

2- ﻲـﻐﺒﻟﺍ ﺭﺍﺩ : negara Islam yang dipenuhi para pemberontak terhadap 'imam'

yang sah tapi tetap mempertahankan konstitusi Islam berupa wahyu.

3- ﺔﻋﺪﺒﻟﺍ ﺭﺍﺩ : negara Islam yang dipenuhi dan dikuasai para pembuat bid'ah.

4- ﺔـﻋﺩﺮﻟﺍ ﺭﺍﺩ : negara Islam yang penduduknya murtad serta menurunkan wahyu

dari kedudukannya sebagai konstitusi negara.

5- ﺔﺑﻮﻠﺴـﳌﺍ ﺭﺍﺩ : negara Islam yang teritorialnya dikuasai oleh orang kafir serta

dikendalikan aturan hukumnya oleh mereka. Sedangkan negara kafir itu terbagi menjadi dua macam, yakni:

1. Negara kafir yang mempunyai perjanjian (damai) dengan Islam.

2. Negara kafir yang tidak mempunyai perjanjian (damai) dengan Islam 127 . Suatu negara bisa dinamakan dengan negara Kafir dan bukan negara Islam

bila ditinjau dari tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana yang dinukil oleh Taufiq Ali Wahbah 128 dari pendapat Imam Abu Hanifah, yaitu :

1. Tidak memberlakukan hukum sama sekali walau sedikitpun.

2. Memperlihatkan permusuhan terhadap Negara Islam.

3. Tidak ada jaminan keamanan bagi orang Islam maupun kafir dzimmi 129 .

. T a ufiq Ali Wa hb a h, Is la m ;S ya r i'a t a l- H a y ât, (Riya dh, D â r al-Liwâ', 1 9 8 1 ) , h al: 2 6 9 .

. Ini b isa me ngh er ank an de nga n memas uk kan tamb a ha n k ata- kata ka fir dz immi, tap i se moga yang d ima ksu d oleh b eliau ad alah or an g n on- Mus lin yan g memp u nya i p er ja njia n d eng an kau m Mus limin un tu k s alin g me ngh or mati ser ta tid ak sa ling m enyakiti, tetep i ke ya kinan nya b er b ed a den ga n p en gua sa s etemp a t.

Apabila melihat negara-negara sekarang semisal Pakistan, Indonesia, Turkmenistan dengan sudut pandang Abu Hanifah, maka negara-negara tersebut masih dikategorikan negara-negara Islam dengan masuk kedalam salah satu macam pembagiannya yang lima tersebut, walau tidak bertengger pada urutan pertama.

Bisa ditarik pengertian dari pendapat Imam Abu Hanifah, bahwa ada perbedaan antara ﺭﺍﺩ dalam ﻡﻼـﺳﻹﺍ ﺭﺍﺩ dengan ﺪـﻠﺑ dalam ﻡﻼـﺳﻹﺍ ﺪـﻠﺑ . Dâr itu penekanannya

terhadap konstitusi, sehingga tidak salah dalam Dâr al-Islam bila orang murtad dihukum bunuh/mati bila tidak mau kembali kepada Islam, dan itu pada hakikatnya tidak melanggar HAM sebagaimana yang sering dituduhkan, karena orang yang murtad sama halnya dengan mengkhianati konstitusi dan pengkhianat konstitusi sama artinya dengan penghianatan terhadap negara, dan pengkhianat negara itu layak dijatuhi hukuman mati dimanapun mereka berada.

Adapun Balad itu penekanannya pada wilayah teritorial bukan terhadap konstitusi. Bisa saja terjadi, suatu wilayah bisa disebut balad al-Islam tapi bukan dâr al-Islam , sebaliknya dâr al-Islam sudah tentu juga adalah balad al-Islam karena mustahil mungkin wahyu dijadikan konstitusi yang diaplikasikan oleh kaum kafir dalam teritorial mereka.

Di antara kaum Muslimin ada yang berpendapat bahwa Islam adalah agama dan Negara sekaligus, sebuah kesatuan antara keduanya yang tidak bisa dipisahkan. Mereka menganalogikan hal tersebut dengan akidah yang erat kaitannya dengan syari'at, sehingga pengingkaran terhadap negara Islam itu dianggap sama

pengingkaran terhadap syari'at, alasannya bahwa Islam mengatur tiap aspek kehidupan manusia, tidak saja hanya dalam ibadah namun mencakup juga dalam segi kehidupan lainnya dari politik, ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali bahkan ketika aktivitas tidur itu sendiri (akan) di lakukan. Ini tidak sama dengan ajaran diluar Islam seperti Kristen, Budha,

Hindu dan lainnya 130 .

Karenanya, Islam berperan serta dalam mengatur manusia bertujuan untuk :

1. Menjaga kesucian fitrah (sebab fitrah manusia sejak lahir sebenarnya dalam keadaan Islam), namun dicelup dengan celupan lain oleh orang tuanya sehingga menjadi Nasrasni, Yahudi dan lainnya.

2. Menjaga akal.

3. Menjaga jiwa.

4. Menjaga harta.

5. Menjaga keturunan 131 . Termasuk dalam menjaga harta adalah tidak dibiarkannya berada dalam

segelintir orang yang menumpuk-numpuknya, guna beredar ditengah masyarakat dengan pengenaan pungutan pajak, zakat dan lain-lainnya kemudian didistribusikan kepada fakir-miskin.

. S ho la h a s- S ha wy, A t-T a th a r ru f a l- D iin y , ( Kair o, Al- â faq al-D a ulah li al- A 'lâm, 1 9 9 3 ) ha l. 9 1 .

. Ib ra him b in Mus a a l- La khmy ya ng le b ih dike nal de ng an a s- S yathib y, al- Mu wâfaq â t fi us hul al-Ah kâm, (Be ir ut, D âr al fik r, ta np a tah un) , juz: II, ha l:3 - 5 .

Islam mewajibkan negara (negara Islam) berperan serta dengan menjadi amilnya, mengangkat pegawai-pegawai yang cakap serta jujur guna mengurusinya, Allah ta'ala berfirman:

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka …

Firman Allah ta'ala dalam ayat yang lain:

Artinya: … dan pengurus-pengurus zakat …

Pungutan wajib dalam Islam tidak terbatas pada zakat saja disuatu negara Islam, tetapi diperbolehkan juga mengambil selainnya. Sebab tatkala kas negara habis karena pemasukannya dari zakat saja yang sudah dibagikan kepada fakir-miskin, maka ketiadaan kekuatan penopangnya yang berupa financial tersebut akan menimbulkan gejolak krisis dalam negeri, hal tersebut belum lagi diperparah dengan pengkhianatan para pembangkang.

Oleh karena itu, Islam memperbolehkan pemungutan wajib selain zakat selama tidak melebihi batas, dan dalam sejarah dibuktikan kebolehannya dengan berdirinya empat macam baitul mâl, tiap-tiap baitul mâl mengurusi masalah yang berbeda, keempat baitul mâl tersebut adalah:

1. Baitul mâl yang khusus menangani masalah zakat wajib

2. Baitul mâl yang khusus menangani jizyah (upeti dari penduduk kafir taklukan) dan pajak.

3. Baitul mâl yang khusus menangani harta rampasan perang (rikaz)

4. Baitul mâl yang khusus menangani barang-barang yang hilang (barang yang tidak ada pemiliknya, termasuk harta warisan yang tidak mempunyai ahli waris) 132 .

Adapun sumber-sumber pendapatan baitul mâl yang diperbolehkan oleh Islam selain zakat adalah:

1. Pajak

2. Sepuluh persen: yang dimaksud adalah sepuluh persen yang diambil dari zakat tanaman yang airnya berasal dari hujan, dan sepuluh persen bea cukai dari pengusaha non-Muslim yang berasal dari negara kafir yang masuk berbisnis dinegara Islam.

3. Migas dan non-Migas

4. Harta peninggalan yang tidak ada pewarisnya.

5. Tambahan diluar ketentuan zakat sebab pengambilan paksa dari orang yang menolak membayar zakat sebagai hukuman kekeras kepalaannya dalam penunaian zakat.

6. Jizyah (upeti)

7. Fai'.

8. Hukuman yang berupa harta benda.

. Y us uf Q a rd awi, Fiq h a l- Z a k ât, (Be irut, Mua ss asa h al-Risâ la t, 1 9 9 4 ), juz II, h al. 7 5 7

9. Pungutan-pungutan diluar selain yang delapan macam ketika keadaan darurat yang memaksa negara melakukannya guna menutupi kebutuhannya akibat kekurangan financial.

10. Hak-hak umum bagi negara Islam 133 . Sebagian para ulama menyatakan bahwa zakat hanya boleh digunakan

penggunaannya bagi delapan golongan yang telah ditentukan dalam al-Qur'an.

Sedangkan untuk selainnya dari sumber-sumber pendapatan baitul mâl, maka mereka tidak berselisih dalam penggunaannya diluar delapan golongan tersebut bahkan diperbolehkan juga untuk pembiayaan mereka bila kas zakat terasa belum mencukupi.

Tugas-tugas pokok baitul mâl dalam Islam diantaranya adalah:

a. Gaji para pegawai serta jaminan sosial bagi rakyat tanpa memandang kepada perbedaan agama yang diyakininya.

b. Plan-plan (rencana-rencana pembangunan supra struktur dan infra struktur) yang dibutuhkan oleh umat. Karena dalam hal ini biasanya terjadi penyelewengan dengan cara mark-up terlebih derngan penggelapan dananya, maka untuk itu disyaratkan:

1. Plan tersebut dalam koridor syari'ah

2. plan tersebut diyakini dapat memberikan manfaat yang riil bagi denyut kehidupan umat Islam, tidak untuk digunakan pembangunan proyek mercusuar yang "wah" tapi tidak

. S a' id H a w a, o p . c it , h a l: 4 77 .

mempunyai dampak positif bagi umat Islam secara langsung maupun tidak langsung.

3. Adanya transparansi dana dalam plan tersebut dengan tidak memark-upnya terlebih menggelapkannya.

c. Apabila masih ada sesuatu yang tersisa dari baitul mâl maka dibagikan kepada rakyat (yang membutuhkan) tanpa pandang bulu dengan

pembagian yang adil . Pada garis besarnya dana yang tersedia dalam baitul mâl dalam sebuah negara Islam hanya dibolehkan penggunaannya bagi kepentingan umat, serta dibelanjakan untuk sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan umat.

Kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila lima unsur pokok (maqâsid as-Syari'ah ) dipelihara, maqâsid tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan:

1. Dharuriyyat

2. H âjiyyat

3. Tahsiniyyat 135 Dalam hal ini, Mustafa Ahmad Zarqa menjelaskan sebagaimana di nukil oleh

Euis Amalia, bahwa tidak terwujudnya aspek dharuriyat dapat merusak kehidupan manusia dunia dan akhirat secara keseluruhan. Pengabaian terhadap aspek hâjiyat tidak sampai merusak keberadaan lima unsur pokok, tetapi hanya membawa kesulitan bagi manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikannya. Adapun pengabaian

. Ib id, h a l : 5 0 3

. A s- S ya th ib i, loc . ci t ,

terhadap aspek tahsiniyat mengakibatkan upaya pemeliharaan lima unsur pokok menjadi tidak sempurna 136 .

Untuk menjamin tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, setidaknya ada lima kendala yang perlu dicermati:

1. Piranti lunak (soft ware) berupa kemampuan manusia dan program-program yang menjamin keserasian dan keselarasan antar kegiatan ekonomi

2. Piranti keras (hard ware) yang menjamin lancarnya mekanisme komunikasi fisik transportasi (darat, laut, udara), komunikasi informasi.

3. Piranti organisasi (organization ware) yang mendukung kelancaran tugas- tugas administrasi Negara dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

4. Piranti financial (financial ware) sebagai ukuran untuk kapabilitas dan kredibelitas suatu Negara yang berdaulat.

5. Kondisi lingkungan hidup (ecological ware) yang menjamin kelestarian pembangunan spiritual, sosial, dan ekonomi suatu Negara 137 .