Balasan bersedekah

4. Balasan bersedekah

Manusia terdiri dari jiwa dan materi, dikaruniai akal dan nafsu. Keduanya kadang saling mendukung dalam cara dan tujuannya, terkadang juga saling bertentangan. Dalam mengikuti akal yang benar, manusia bisa mencapai derajat keluhuran yang tinggi. Sebaliknya dengan menuruti hawa nafsu yang bejat, manusia turun derajatnya dalam alam kebinatangan.

Namun, manusia adalah manusia bukan malaikat bukan pula binatang. Dia dituntut dari keberadaan dua karunianya untuk bisa diseimbangkan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Untuk mendorong manusia mengikuti yang benar dalam menjalankan perintah-perintah syari'at serta menjauhi larangan-Nya, maka mereka dijanjikan balasan yang baik dan indah. Bersamaan dengan itu pula, manusia dijanjikan pula dengan ancaman berupa balasan yang buruk dan tempat kembali yang jelek (neraka) bila menuruti hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan dan kemaksiatan. Allah ta'ala berfirman:

Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan pada umumnya manusia lebih banyak condong kepada hawa nafsu dengan memperturutinya serta menolak yang benar, termasuk bersyukur kepada-Nya atas segala karunia-Nya termasuk nikmat materi dengan berinfak. Firman Allah:

Artinya: Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.

Akibat terlalu banyak mencintai harta timbullah sifat tamak dalam diri manusia, dia mengumpulkannya dengan sebanyak-banyaknya serta menimbunnya dan tidak mau berinfak, menyangka bahwa harta akan melanggengkan hidupnya selama-lamanya. Allah ta'ala berfirman:

Artinya: dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,

Manusia lebih mementingkan kebutuhan materinya daripada rohaninya pada umumnya, seluruh waktunya dan tenaganya dicurahkan untuk mengumpulkan harta. Sebab terobsesi dengan harta, manusia menjadi pelit, bakhil dan kikir. Firman Allah:

Artinya: Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan- perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan adalah manusia itu sangat kikir.

Selanjutnya Allah mengancam manusia yang melanggar perintah-Nya dengan tidak mengeluarkan infak wajib serta zakat karena tertutup oleh rasa cinta yang berlebihan terhadap harta benda dengan siksaan yang pedih. Allah ta'ala berfirman:

Artinya: pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".

Pada hakikatnya, sebaik-baik dan setinggi-tinggi tentang surga adalah bahwa surga itu tidak bisa digambarkan dan dilukiskan dengan kata-kata. Dalam al-Qur'an disebutkan :

Artinya: Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam keni`matan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).

Jadi, sebetulnya surga itu tidak bisa dilukiskan. Ini diperjelas dengan hadits qudsi, yaitu: Firman Allah tetapi kalimatnya dari Nabi saw 93 , yang menggambarkan

firman Allah ta'ala:

93 . N ur cha lis Mad jid, P es a n - Pes a n T a q wa , (J aka rta, P ar ama dina, 2 0 0 0 ), hal. 1 0 5 .

Artinya: Sa'id bin 'Amr al-Asy'atsy dan Zuhair bin Harb berkata pada kami bahwa Zuhair berkata berkata pada kami serta Sa'id berkata: Sufyan mengkhabarkan pada kami dari Abi al-Zinad dari al-A'raj dari Abi Hurairah dari Nabi saw yang bersabda: Allah ta'ala berfirman: Aku telah menyediakan sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terbesit dalam hati manusia bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh

Jadi, surga itu bukan masalah sungai, buah-buahan, tempat tinggal, bidadari dan sebagainya, tetapi ada pengalaman yang lebih tinggi lagi. Ditempat lain ada gambaran lain yang lebih tinggi dari gambaran visualnya, istilahnya adalah

thuma'ninah yaitu suatu ketentraman hati yang luar biasa 95 . Maka bagi orang yang bershadaqah wajib dan sunnah balasannya adalah

hatinya menjadi tentram, tidak dimasukkan kedalam neraka serta dimasukkan kedalam rahmat-Nya (surga), sehingga tidak ada kekhawatiran dan keluh kesah.

Mukhâlafah dari surga yaitu neraka, itu juga sebenarnya jauh mengerikan dari arti visualnya d alam al-Qur'an .