Umum ( kaya dan fakir ) : bekerja

1. Umum ( kaya dan fakir ) : bekerja

Sebagai agama yang bertujuan mengantarkan hidup manusia kepada kesejahteraan dunia akhirat, lahir dan bathin, Islam telah membentangkan dan merentangkan pola hidup yang ideal dan praktis.

Pola hidup tersebut telah jelas diatur dalam al-Qur’an dan terurai sempurna dalam Sunnah Rasulullah saw, baik untuk urusan hamba dengan Sang Khaliq ('ibadâh), atau urusan hamba dengan hamba (mu'âmalat), Allah ta'ala berfirman: ﺖﺑِﺮـﺿﻭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﻣ ٍﺐﻀﻐِﺑ ﺍﻭُﺀﺎﺑﻭ ِﺱﺎﻨﻟﺍ ﻦِﻣ ٍﻞﺒﺣﻭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﻣ ٍﻞﺒﺤِﺑ ﺎﱠﻟِﺇ ﺍﻮﹸﻔِﻘﹸﺛ ﺎﻣ ﻦﻳﹶﺃ ﹸﺔﱠﻟﱢﺬﻟﺍ ﻢِﻬﻴﹶﻠﻋ ﺖﺑِﺮﺿ

Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Dengan ibadah, seseorang berhubungan dengan Allah secara vertikal, menyembah kepada-Nya dengan penuh takut dan cinta sesuai dengan contoh-contoh

yang dilakukan Rasul. Aspek ibadah inilah yang memberikan penghayatan pada aspek mu'âmalat agar berjalan terarah pada jalan yang di ridhai Allah. Firman-Nya:

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan

hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat- ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Lapangan mu'âmalat adalah aspek dimana manusia berhubungan secara horizontal antara satu dengan lainnya dalam lapangan ekonomi, sosial kemasyarakatan didunia fana ini. Saling tolong-menolong, saling membantu, saling memberi dan menerima antar sesama umat tanpa membedakan warna kulit, suku, ras, dan agama, yang dalam doktrin Islam mempunyai aturan-aturannya tersendiri dan etos kerja yang patut dipatuhi dan dipedomani 35 .

Kepemilikan individu diakui oleh Islam, salah satunya dengan mendapatkan penghasilan dan berakhir dengan pembelanjaan. Penghasilan bisa didapatkan dengan cara bekerja, bias juga didapatkan dengan menerima warisan atau wasiat, hibah dan semisalnya. Bekerja adalah cara terbaik dalam mendapatkan penghasilan menurut pandangan Islam.

35 . H a mz a h Y a’k ub , E to s K er ja I s la m i, ( J ak a r t a, C V . P ed om a n Il mu J a ya , 1 9 92 ) , H a l. 6 .

Islam menyuruh manusia bekerja dan mewajibkanmya guna mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi hidupnya, keluarganya, sanak saudaranya, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat dan negara.Allah telah berfirman : ﻢـﹸﻜﱠﻠﻌﹶﻟ ﺍﲑِﺜـﹶﻛ ﻪـﱠﻠﻟﺍ ﺍﻭﺮـﹸﻛﹾﺫﺍﻭ ِﻪـﱠﻠﻟﺍ ِﻞﻀـﹶﻓ ﻦـِﻣ ﺍﻮﻐﺘﺑﺍﻭ ِﺽﺭﹶﺄﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﺍﻭﺮِﺸﺘﻧﺎﹶﻓ ﹸﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ ِﺖﻴِﻀﹸﻗ ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ

Artinya: Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka

bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (10). Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki (11).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman : : ﺓﺮـﻘﺒﻟﺍ ) . ﲔِﺒﻣ ﻭﺪﻋ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﻪﻧِﺇ ِﻥﺎﹶﻄﻴﺸﻟﺍ ِﺕﺍﻮﹸﻄﺧ ﺍﻮﻌِﺒﺘﺗ ﺎﹶﻟﻭ ﺎﺒﻴﹶﻃ ﺎﹰﻟﺎﹶﻠﺣ ِﺽﺭﹶﺄﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎﻤِﻣ ﺍﻮﹸﻠﹸﻛ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺃﺎﻳ

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Pada ayat tersebut, Allah Ta’ala memerintahkan manusia untuk berpencar bertebaran menjelajahi setiap jengkal penjuru bumi yang dapat dipijak, guna mengais rezeki dari pekerjaan yang didapatinya.

Bumi diciptakan oleh Allah Ta’ala sebagai perangkat yang mampu menopang kehidupan makhluk yang menempatinya, serta menjamin rezekinya, firman-Nya:

Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya…

Akan tetapi, rezeki tersebut terkadang harus ditebus dengan usaha dan jerih payah sebagaimana telah diisyaratkan dalam ayat-ayat terdahulu. Barang siapa berjalan dimuka bumi kemudian berusaha mendapatkan rezeki-Nya dengan segala daya upaya maka dia lebih berhak mendapatkannya dari pada orang yang hanya duduk bermalas-malasan seraya menunggu hujan emas dari langit. Dan sudah menjadi Sunatullah adanya perbedaan bagian antara yang berusaha dengan yang

hanya berleha-leha, baik untuk urusan dunianya atau akhiratnya. Firman Allah:

Artinya: Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik.

Firman Allah ta’ala dalam lain ayat: ﹶﻞﻀﹶﻓ ﻢِﻬِﺴﹸﻔﻧﹶﺃﻭ ﻢِﻬِﻟﺍﻮﻣﹶﺄِﺑ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻞﻴِﺒﺳ ﻲِﻓ ﹶﻥﻭﺪِﻫﺎﺠﻤﹾﻟﺍﻭ ِﺭﺮﻀﻟﺍ ﻲِﻟﻭﹸﺃ ﺮﻴﹶﻏ ﲔِﻨِﻣﺆﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﹶﻥﻭﺪِﻋﺎﹶﻘﹾﻟﺍ ﻱِﻮﺘﺴﻳ ﺎﹶﻟ

Artinya : Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan salah satu dari kebaikan Islam adalah pekerjaan atau perbuatan keduniawiaan bisa menjadi perbuatan akhirat (mendapatkan pahala) bila disertai dengan niat ibadah, ibarat pepatah sekali gayung dua tiga pulau teralampaui, kebaikan akhirat dalam hal ini juga bisa didapat secara sekaligus.

Dapat dimengerti bahwa bekerja keras, baik untuk urusan dunia ataupun urusan akhirat, hukumnya wajib dalam Islam bagi mereka yang mampu melakukannya. Sebaliknya, tidak diperbolehkan bagi kaum muslimin untuk duduk bermalas-malasan, tidak berdaya upaya mengais rezeki dengan mengatas namakan tawakal kepada Allah ta’ala. Jika orang kaya diharamkan menerima zakat, begitu juga orang yang kuat tenaganya dalam mencukupi kebutuhan hidupnya diharamkan pula

menerima zakat . Islam menghilangkan kesan buruk buat pekerjaan kasar yang sering dihindari oleh sebagian orang, sehingga akibat terlalu memilih-milih pekerjaan, akhirnya pekerjaan tidak didapat terlebih lagi dengan penghasilan. Rasulullah saw bersabda mengenai hal tersebut :

Artinya : Musa berkata pada kami bahwa Wuhaib berkata pada kami bahwa Hisyam berkata pada kami dari ayahnya dari Zubair bin 'Awwam dari Nabi saw yang bersabda: Jika sekiranya salah seorang di antara kamu berangkat pada waktu pagi untuk mencari kayu lalu dia memikulnya di atas belakangnya. Kemudian dia bersedekah dengannya dan tidak mengharapkan pemberian dari orang lain, maka itu adalah lebih baik baginya dari meminta-minta daripada orang lain. Tanpa mengira samada orang itu memberi kepadanya ataupun tidak kerana tangan yang berada di atas itu lebih mulia daripada tangan yang berada di bawah dan mulailah dengan memberi nafkah atau mendidik orang yang

berada di bawah tanggunganmu terlebih dahulu * 37

36 . Y usu f Q ar da w i, D a u r a l- Qa yy im wa a l- A kh lâq f i a l-I q tis h â d a l- Is lâ m y, ( Ka ir o , Ma k tab a h W ahb ah, 1 99 5 ), ha l 1 37 .

37 . Muh amma d b in Ismail al- Bukh ar y, S h a h ih a l-B u kh a ry , CD Ma ktab a h a l- Had is t a s- S yarif.

Ada tiga faktor dalam berproduksi, masing-masing faktor tersebut sedikit banyaknya mempunyai peranannya tersendiri, yaitu: tersedianya sumber daya alam, modal, dan sumber daya manusia (termasuk disini kebutuhan akan tenaga kerja).

Namun ada juga yang menambahkan satu faktor lagi hingga menjadi empat, yaitu faktor manajerial. Terlepas dari sepakat atau tidak mengenai hal tersebut, paling sedikit terdapat dua faktor paling mendasar, tanpa salah satunya produksi tidak akan

berjalan, yaitu faktor tersedianya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Manusia disamping dituntut oleh Islam untuk bekerja keras mengais rezeki guna menutupi kebutuhan hidup, juga dituntut pula bekerja dengan sebaik-baiknya, secara profesional. Dengan demikian hasil produksi yang didapat menjadi baik pula, bila dikerjakan dengan tidak secara sembrono.

Sebagian orang telah banyak salah paham mengenai tugas memakmurkan bumi dalam hal kerja, berpendapat hal itu tidak masuk ke dalam urusan agama yang dihukumi pahala atau dosa. padahal, manusia sebagai khalifah dimuka bumi di amanatkan pula menjaganya dengan sebaik-baiknya agar terjaga keseimbangan ekosistemnya. Dengan keseimbangan dapat dicapai pula keberlangsungan kehidupan yang layak sehingga urusan 'ubudiyyah menjadi baik pula. Andaikan terjadi sebaliknya, maka besar kemungkinan urusan 'ubudiyyah terganggu pula. Dengan demikian kesungguhan serta ketekunan manusia dalam bekerja itu hukumnya wajib.

Ada bermacam-macam jenis pekerjaan yang dapat dilakukan manusia, Imam Ja’far ibn Ali al-Dimasqy mambaginya kedalam dua bahagiaan besar, yaitu:

1. Penghasilan dari jalan berusaha seperti berdagang.

2. Penghasilan dari jalan tanpa usaha seperti warisan dan harta temuan. Adapun penghasilan dari jalan kerja keras berdaya upaya, beliau membaginya kedalam tiga bagian, yaitu:

3. Gabungan keduanya . Ibnu Khaldun menambahkan satu cara penghasilan dari jalan kerja keras, yaitu dengan menjadi pelayan, tetapi beliau menerangkan bahwa menjadi pelayan

bukan termasuk jalan penghidupan yang wajar dan alami 39 . Namun sebenarnya sebaik-baik usaha adalah perdagangan 40 walaupun perilaku pedagang itu sangat rendah 41 dalam pandangan Ibnu Khaldun. Adapun

pendapat para imam mengenai pekerjaan yang paling baik, diantaranya adalah:

1. Imam Syafi'i berpendapat bahwa mata pencaharian paling baik adalah perdagangan.

2. Menurut Imam Mawardi, mata pencaharian yang paling baik adalah pertanian, sebab mendekatkan pada sifat tawakkal, dan yang utama adalah pertanian, perdagangan, dan kerajinan.

38 . J a'fa r ib n Ali al-D imas q y, A l- Is yâ ra h ilâ M a h â sin a t- T ijâ ra h , (Be ir ut, D â r S hâ d ir , 1 9 9 9 ) , ha l. 5 3 .

39 . Ib n u Kha ldu n , M u qad d imah , (J ak a r ta , P us t ak a Fird a us , 1 98 6 ) , ha l. 4 52 -45 3 . 40 . J a' fa r ib n Al i a l-D im as q y, op . c i t, h al . 5 4 . 41 . Ib n u Kha ldu n , o p . c it , ha l. 4 50 .

3. Menurut Imam Nawawi, mata pencaharian yang paling baik adalah bekerja dengan tangan sendiri, yang dimaksud oleh beliau disini adalah pertanian, sebab selain bekerja dengan tangan sendiri, pertanian mengandung sifat tawakkal karena berhubungan langsung dengan alam yang diciptakan oleh Allah, seperti hujan,panas, angin yang dapat

membantu atau merusak tanamannya 42 .

2. kaya