Syarat-syarat bersedekah

2. Syarat-syarat bersedekah

Secara umum, bershadaqah dilakukan dengan tanpa syarat, baik bagi sipemberi maupun bagi sipenerima. Hal tersebut memang benar dan tidak dipersalahkan, tetapi sebagai bagian yang disyari'atkan kesunnahannya, maka tidak bisa dilepaskan begitu saja aturan mainnya, kecuali memang sejak awalnya dimaksudkan untuk tujuan duniawi tanpa disertai urusan akhiratnya. Namun itu sangat disayangkan adanya, sebab

bersedekah pada hakikatnya merupakan amalan akhirat, bisa berubah menjadi sekedar amal perbuatan duniawi saja bila tidak dipenuhi syarat-syarat syari'atnya seperti halnya niat, padahal syari'at itu mudah, dan suatu yang mudah tapi diacuhkan hanya menjadi kesia-siaan belaka. Sabda Rasulullah saw:

Artinya: Al-Humaidy Abdullah bin Zubair berkata pada kami bahwa Sufyan berkata pada kami bahwa Yahya bin Sa'id al-Anshary berkata pada kami bahwa Muhammad bin Ibrahim at-Taimy mengkhabarkan pada kami bahwa dia mendengar 'Alqamah bin Waqqash a-Laitsy berkat: saya mendengar Umar bin al-Khattab r.a berkata di atas mimbar: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap orang itu akan mendapat sesuatu mengikut niatnya. Sesiapa yang berhijrah kerana Allah dan RasulNya, maka Hijrahnya itu kerana Allah dan RasulNya. Sesiapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia dia akan mendapatkannya atau kerana seorang perempuan yang ingin dikahwininya maka Hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya.

78 Mu hamma d b in Isma il a l- Buk ah ary, S h a h ih a l- B u k h a r y, C D Mak ta b ah a l- had its a s- S yarif.

a. Tidak disertai riya' dan niat untuk pamer diri.

Riyâ' dan pamer diri itu tidak hanya mampu merusak kebaikan yang terkandung dalam kebaikan ini, tapi amalan-amalan lain juga bisa ikut rusak karenanya. Sebab balasan pahala itu hak preogratif Allah ta'ala untuk memberikannya, maka harus karena-Nya, bukan untuk atau disertai dengan selain-Nya. Terhadap hal ini Allah ta'ala memisalkan dengan permisalan yang jelek, Allah ta'ala berfirman :

Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Orang-orang yang melakukan kebaikan namun disertai riya' adalah orang yang lupa diri, lupa dibalik amalan-amalannya itu berasal dari Allah ta'ala, mustahil bagi seseorang untuk bisa melakukan suatu amalan tanpa kehendak dan pertolongan- Nya. Dia tidak sadar bahwa perbuatannya ini mirip dengan perbuatan fir'aun yang terang-terangan memproklamirkan dirinya sebagai tuhan, perbedaannya terletak pada ketidak terangan secara langsung, adapun persamaannya itu sama-sama ingin dipuja- puja dan diagung-agungkan oleh orang lain, sedangkan pengagung-agungan kepada selain Allah baik untuk dirinya ataupun untuk orang lain itu hukumnya haram. Rasulullah saw bersabda :

Artinya: Zuhair bin Harb berkata padaku bahwa Isma'il bin Ibrahim berkata pada kami bahwa Rauh bin Qasim mengkhabarkan pada kami dari al-'Ala' bin Abdurrahman bin Ya'qub dari ayahnya dari Abu Hurairah ra berkata bahwa: Rasulullah saw bersabda : Allah Ta'ala berfirman: Aku tidak membutuhkan penyertaan, barang siapa seoarang hamba berbuat amal ( kebajikan ) disertai dengan suatu penyertaan bersama-Ku maka Aku tinggalkan hamba tersebut beserta penyertanya.

Riyâ' adalah perbuatan hati, yang sering tidak sadari oleh manusia yang mengerjakannya karena halusnya, riyâ' selain bisa merusak kebaikan suatu amal untuk urusan akhirat, juga mampu merubah tujuan dan suasana orang yang melakukannya, menjadikan suasana hatinya lebih cepat keruh dari pada biasanya sebab tidak tercapainya tujuan urusan keduniaan.

Riyâ ' pada garis besarnya terbagi dua :

a. terang-terangan

b. tersembunyi. Ada dua cara untuk mengobati penyakit hati yang bernama riyâ' ini, yaitu :

1. menghilangkan berbagai macam bentuk maksud tersembunyi serta tujuan dari riyâ'.

2. menghilangkan kekhawatiran yang ditimbulkan dari riyâ' seketika itu juga (ketika melakukan amal perbuatan baik) 80 .

79 Mu sl im , S hah ih M u slim , CD Ma k t ab a h al -Ha d i st a s- S ya ri f. 80 . Mu hamm ad al-Gh aza li, I h yâ ' ' U lu m u d d in , ( Ka ir o, D â r a l-Ra yyâ n li- at-T u râ ts ,

1 9 8 7 ), J uz III, h al. 3 1 8 -3 2 8 .

Lawan riyâ' dan pemer diri adalah ikhlâs, ibarat tangan kanan yang memberi tanpa diketahui tangan kiri, maka hal itu adalah cara bersedekah yang baik. Rasulullah saw bersabda

Artinya: Al-Anshary berkata pada kami bahwa Ma'n berkata pada kami bahwa Malik berkata pada kami dari Hubaib bin Abdirrahman dari Hafshbin' Ashim dari Abu Hurairah r.a berkata: Nabi s.a.w telah bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naunganNya. Hari tersebut tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Golongan tersebut ialah pemimpin yang adil, pemuda yang sentiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya, seseorang yang hatinya sentiasa berpaut pada masjid-masjid iaitu sangat mencintainya dan selalu melakukan sembahyang berjemaah, dua orang yang saling mengasihi kerana Allah iaitu keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah, seorang lelaki yang diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yang elok untuk melakukan kejahatan tetapi dia berkata: Aku takut kepada Allah!, seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kirinya dan seseorang yang mengingati Allah di waktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dari kedua matanya.

b. Tidak disertai cercaan dan hinaan.

Tidak ada orang didunia ini yang menginginkan jatuh miskin atau terus menerus dalam kubangan kefakiran, menjadi pengemis untuk mencukupi kebutuhannya, menjadi gelandangan, gembel yang dilirik sebelah mata oleh

81 . Ab u D au d, S una nAb i D aud , CD Mak ta b ah a l- H adi s t as -S ya r if.

sesamanya, bahkan terkadang menjadi tertuduh tanpa bukti sebagi pelaku kriminal apabila terjadi disekitarnya tindak kejahatan kriminal.

Kemiskinan sebenarnya merupakan ladang amal perbuatan didunia ini untuk akhirat kelak, bukan untuk orang kaya saja, tetapi bagi orang miskinnya juga bila berkenan menimbang berbagi rasa kemiskinan dengan sesamanya dengan berbagi rasa dan materi walau hanya sedikit. Allah mencintai bahkan memuji untuk golongan

kedua ini yang bersedekah dalam firman-Nya :

Artinya: Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Orang yang diberikan kelebihan rezeki oleh Allah ta'ala berupa harta kekayaan yang berlimpah ruah, hendaknya ingat bahwa itu dari Allah ta'ala. Bumi, langit, beserta segala isinya adalah milik Allah dan atas kehendak-Nya seseorang menjadi kaya dan miskin. Adalah sangat mungkin Allah berkehendak lain pada orang kaya tersebut dengan menjadikannya jatuh miskin. Allah ta'ala berfirman :

Artinya: Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Orang kaya diperintahkan untuk bersyukur atas karunia yang didapatkannya dari Allah, salah satu manifestasinya dengan bersedekah serta tidak menyakiti orang miskin dalam bentuk perbuatan maupun perkataan. Menghina mereka sama halnya menghina Allah yang telah menciptakan mereka, serta hal itu termasuk kedalam kategori perbuatan kufur nikmat, terlalu banyak melakukan kufur nikmat dapat membawa pelakunya ke kufur iman. Allah ta'ala berfirman :

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

c. Ikhlas karena Allah Ta'ala

Ikhlas berasal dari bahasa Arab, asal kata mashdar tanpa tambahan adalah ﺺـﻠﺧ

yang berarti melekat kemudian lepas, sedangkan dengan tambahan huruf alif bermakna memilih, memurnikan. Adapun ikhlâs dalam ketaatan bermakna meninggalkan riyâ' 82 .

Ikhlâs dalam pengertian bahasa Indonesia adalah : (dengan) hati yang bersih (jujur, tulus hati) 83 .

Dunia dan segala isinya adalah milik Allah, Dia berkehendak atas segala sesuatu, apa yang Dia inginkan pasti terwujud, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Allah ta'ala memberikan dunia seisinya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, menjadikannya raja, orang kaya, profesionalis, orang pintar lagi cerdas atau lainnya. Allah ta'ala tidak kekurangan satu apapun bila Dia memberi terlebih lagi bila menahan

82 . Ib n u Man z hû r , op c it. h al 2 7 . 83 . T im P e n yu sun K a mus Be sa r Bah a s a Ind one s ia , o p ci t. h al 3 22 .

atau mencegah. Allah ta'ala tidak meminta sesuatu apapun kepada manusia yang diberikannya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak tahu berterima kasih.

Apabila Allah menyuruh manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya agar hanya karena-Nya, itu bukan berarti Allah pamrih atas segala karunia-Nya kepada manusia, melainkan untuk kebaikan mansuia itu sendiri dan kesejahterannya lahir bathin.

Allah ta'ala menyuruh manusia untuk berinfak hanya karena-Nya, sebab dibalik perintah dan larangan-Nya terdapat banyak hikmah, termasuk dalam hal berinfak ini, dan amal perbuatan kebaikan manusia lainnya khususnya harus hanya karena Allah ta'ala.

Berpamer diri atau riyâ' sama halnya melakukan syirik kecil, terlalu sering dilakukan hal tersebut itu dapat menyeret pelakunya kepada syirik yang besar, melakukan syirik besar berarti menipu diri sendiri, dan tidak ada seseorangpun yang menginginkan dirinya tertipu kecuali dia adalah orang bodoh seperti telah di terangkan sebelumnya.

Bersedekah karena tujuan lain seperti keinginan memenangkan pemilihan dalam percaturan politik, berharap agar orang-orang yang menerima derma darinya memilihnya, tidak memilih pesaingnya padahal pesaingnya melakukan hal yang sama juga, sedangkan orang-orang yang menerima sumbangan dari dirinya maupun dari pesaingnya malah malas memilih salah satunya, hanya mengnginkan uangnya saja, karena mengerti bahwa uang yang digunakan dalam pemilihan akan diminta kembali dengan berbagai cara, dengan cara menggelapkan dana untuk mereka atau memark- upnya. Mereka mengerti bahwa tindakan kedua orang itu sendiri adalah tindakan

kotor, dan pelaku tindakan kotor sama kotornya dengan sampah, dan sampah bagaimanapun juga pasti suatu saat akan menimbulkan bau yang tidak sedap meski meski di tutup-tutupi serapat mungkin. Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Abu Bakar bin Abi Syaibah berkata pada kami bahwa Waki' berkata pada kami dari Sufyan dari Salamah bin Suhail berkata : saya mendengar Jundub al-Alaqiy r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesiapa yang (melakukan satu amalan) supaya orang menghormatinya, Allah akan menunjukkan aibnya dan sesiapa yang (melakukan suatu amalan kerana) ingin menunjuk-nunjuk kepada manusia, Allah akan memperlihatkan kecacatannya.

Atau mereka memilih salah satunya dan menolak salah satunya, itu berarti orang yang berderma dengan pamrih sebenarnya sedang dipermainkan oleh para pemilih serta oleh angan-angannya yang berharap agar menjadi terpilih. Pada gilirannya jabatan tidak didapat, uang habis dibagikan hingga menjadi jatuh miskin, plus tumpukan hutang akibat meminjam kanan kiri guna memenangi pemilihan.

Nabi saw yang begitu suci, andaikan menginfakkan harta sebanyak langit dan bumi bahkan lebih, guna melembutkan atau melunakkan hati manusia (padahal ini dilakukan untuk kebaikan supaya orang-orang masuk Islam), itu tidak akan berhasil. Bercontoh pada Rasulullah saw yang tidak bisa melakukannya, terlebih manusia biasa yang tidak 'ismah baginya. Allah ta'ala berfirman : ﺰـﻳِﺰﻋ ﻪﻧِﺇ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﻒﱠﻟﹶﺃ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﻜﹶﻟﻭ ﻢِﻬِﺑﻮﹸﻠﹸﻗ ﻦﻴﺑ ﺖﹾﻔﱠﻟﹶﺃ ﺎﻣ ﺎﻌﻴِﻤﺟ ِﺽﺭﹶﺄﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎﻣ ﺖﹾﻘﹶﻔﻧﹶﺃ ﻮﹶﻟ ﻢِﻬِﺑﻮﹸﻠﹸﻗ ﻦﻴﺑ ﻒﱠﻟﹶﺃﻭ

Artinya: dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu

84 Mu sl im , S hah ih M u slim , CD Ma k t ab a h al -Ha d i ts a s- S ya ri f.

tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dengan mengetahui hikmah atau tidak mengetahuinya, manusia sebaiknya dan seharusnya menuruti menunaikan apa-apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Allah ta'ala selaku pencipta manusia pasti mengetahui apa-apa yang baik dan terbaik bagi manusia guna keselamatan dan kebahagiaan mereka sendiri, termasuk dalam hal ini memerintahkan mereka berinfak tanpa pamrih, hanya karena-Nya ta'ala saja. Firman-Nya dalam al-Qur'an:

Artinya: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki- Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).