Ada aturan Islam dan serta Masyarakat Islam

A. Ada aturan Islam dan serta Masyarakat Islam

Manusia yang dianugerahi akal dan nafsu umumnya cenderung mengikuti nafsunya dibanding akalnya, atau menggunakan akalnya guna mencari alasan sebagai pemebenaran terhadap apa yang diinginkan oleh nafsunya, sedangkan nafsu itu

sendiri selalu mengajak kepada kejelekan dan kerusakan. Pada hakikatnya manusia lebih cenderung berbuat kerusakan dimuka bumi.

Berbagai macam sistem yang dibuat oleh manusia datang silih berganti, tapi pada kenyataannya saling menghancurkan, menyeret manusia kedalam kerusakan fisik serta rohani, menjadikannya seperti binatang dengan hukum rimbanya, tidak ada sisi kemanusawiannya dalam berbagai bidang kehidupan.

Di bidang sosial-ekonomi, sistem yang dibangunnya tidak memberikan ruang tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai, saling tolong-menolong kecuali saling memperbudak antar sesamanya, menghina yang miskin, memeras yang lemah, merampok yang kaya dan lain-lain.

Di bidang politik-kemasyarakatan, sistem yang dibangun tidak memberikan ruang bagi kesetia-kawanan murni tanpa maksud tertentu di belakangnya, tidak ada belas kasihan terhadap tawanan dengan menyantuninya, kecuali berprinsip menghalalkan segala cara. Contoh-contoh tersebut adalah bukti yang konkrit dari kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem yang tidak disertai bimbingan wahyu (al-Qur'an dan hadits).

Tanpa wahyu, manusia memang mampu membuat peradaban yang tinggi. Manusia sebagai makhluk yang juga terdiri dari materi, dengan akalnya mampu menghasilkan hasil kreasi yang sangat mencengangkan, baik untuk ukuran zaman dahulu maupun untuk zaman sekarang. Tetapi seperti yang terjadi pada zaman dahulu, akibat ketidakpuasan yang timbul dari kekeringan rohani menjadikan peradaban dan kebudayann yang tinggi itu hancur, niscaya kelak begitu juga nasibnya

terhadap karya-karya mercusuar yang fenomenal zaman sekarang ini bila tidak disertai pemenuhan kebutuhan rohani, dan itu hanya bisa didapatkan melalui wahyu.

Dalam pemenuhan kebutuhan rohani, manusia memang berusaha memenuhinya. Menengok tradisi ritual keagamaan mulai zaman dahulu yang masih berlaku hingga zaman sekarang, seperti Budha, Kristen, Hindu, dan lainnya selain Islam. Namun, sebagaimana yang diakui oleh masing-masing pemeluk ajaran-ajaran tersebut, bahwa keyakinan yang mereka pegang selama ini adalah aneh (dalam pengertian tidak masuk akal), tidak meresap kedalam sendi-sendi kehidupannya kecuali hanya soal-soal penyelenggaraan ritual ibadah saja, serta hanya bisa di lakukan ditempat peribadatannya dan tidak di lain tempat tersebut, tidak menyatu atau terpisah antara duniawinya dan ukhrawinya.

Oleh karena itu, Allah ta'ala sebagai pencipta alam semesta beserta isinya termasuk manusia, memberikan petunjuk yang benar serta lurus kepada manusia sebagai khalifahnya dimuka bumi, berguna sebagai pedoman hidup sehari-hari, berguna membangun tatanan kehidupan yang benar antar sesamanya, antar dirinya dengan makhluk lainnya, antar dirinya dengan lingkungannya, dan antar dirinya dengan penciptanya.

Islam datang dengan kesempurnaan aturan yang terkandung didalamnya, mengarahkan manusia pada tatanan kemanusiaan yang terbaiknya, membebaskannya dari segala macam tatanan yang merusak fitrah dan kesuciannya menuju kepada satu titik penghambaan yang hakiki dalam setiap langkah hidup dan kehidupannya disegala aspek, penghambaan yang hanya tertuju kepada Allah ta'ala. Hal itu bisa dimulai dengan pengakuan terhadap Allah ta'ala seperti yang terkandung dalam kalimat syahadat.

Kalimat syahadat adalah sebuah ikrar pengakuan seseorang yang membebaskan dirinya sendiri dari segala macam bentuk penghambaan kecuali hanya kepada Allah pada berbagai aspek serta tatanan kehidupannya.

Dalam aspek sosial-ekonomi, Islam mengajarkan untuk saling tolong- menolong, saling mengasihi dan menyayangi, melarang tindakan kekerasan, penghisapan serta ketidakpedulian kondisi sesamanya. Sebab tindakan itu secara langsung maupun tidak langsung memposisikan diri dengan Allah ta'ala dimana selain dirinya harus berbuat dan menghamba padanya. Hal demikian itu berarti menyalahi dan melupakan fitrahnya bahwa dia sendiri termnasuk makhluk lemah yang membutuhkan selain dirinya, padahal hanya Allah ta'ala yang tidak membutuhkan sesuatu apapun hingga pantas dan patut untuk disebut Tuhan. Tindakan lupa diri sama halnya dengan pengingkaran penghambaannya kepada Allah ta'ala, dan ini tidak dibenarkan dalam Islam.

Dalam bidang sosial-politik, Islam tidak membenarkan tindakan yang berasaskan tujuan menghalalkan segala cara, persaingan yang curang dan tidak sehat, penganiayaan, pembunuhan tanpa hak. Semua itu tidak lain bentuk dari ketidakadilan

yang dilarang dalam Islam karena sama halnya dengan mengingkari fitrahnya dengan menisbatkan dirinya sebagai tuhan yang bertindak apa saja, padahal Allah ta'ala telah mengharamkan kezhaliman bagi diri-Nya. Oleh karenanya menusia tidak pantas dengan berbagai macam dalil serta alasan untuk bertindak tidak adil.

Ada dua tugas utama bagi pengikrar syahadat (tauhid):

1. Tugas pengingkaran; mengingkari existensi ketuhanan selain Allah.

2. Tugas pengakuan; mengakui serta meyakini bahwa kebenaran hanya dari Allah ta'ala 144 .

Oleh karena itu, syahadat juga berarti sebuah penyatuan manusia dari berbagai macam perbedaan ras, kulit, suku bangsa, dan bahasa kepada kesatuan yang hakiki: penghambaan kepada Allah semata.

Disamping menurunkan wahyu, Allah juga mengutus para Nabi guna mengejawantahkan apa-apa yang termaktub dalam wahyu kedalam tindakan konkrit pada kesehari-hariannya.

Pengutusan mereka dari bangsa manusia selain sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan, juga sebagai contoh tauladan bagi sesamanya, sehingga tidak ada alasan bagi yang menentang Islam untuk tidak mengikutinya.

Untuk bisa menjadi contoh tauladan harus dipenuhi dua syarat:

1. Kesamaan: dalam hal ini pengutusan para Rasul dan para Nabi itu dari bangsa manusia juga yang mempunyai kebiasaan sama dari makan, minum, tidur, menikah, belanja kepasar, serta lainnya.

144 . Amin Ra is, T a u h id S o sia l,( Ban dun g, Mizan ,1 9 9 8 ), h al: 3 7 -3 8 .

2. Keistimewaan: meskipun para Rasul dan para Nabi itu mempunyai kesamaan berasal dari bangsa manusia, namun mereka juga harus mempunyai keistimewaan (perbedaan) sebagai legitimasi kebenaran dakwahnya untuk wajib diikuti serta tindakannya untuk patut dicontoh. Keistimewaan atau perbedaan bagi para Nabi itu terletak dari kenyataan bahwa mereka Alaihis Salam menerima wahyu, sedangkan selain mereka

itu tidak menerimanya, dan tidak lebih dari itu saja perbedaanya. Hikmah dari pengutusan mereka kepada manusia berasal dari bangsa sesamanya dan bukan berasal dari bangsa malaikat adalah supaya tidak menjadi hujjah bagi para penolak seruan Nabi yang bukan berasal dari bangsa manusia.

Atau tidak pula dari bangsa jin, karena itu sebuah keanehan, sebab penghalang utamanya adalah bahwa mereka itu tidak terlihat dalam pandangan kasat mata serta tidak bisa didengar suaranya oleh telinga manusia. Walau dalam sebagian riwayat ada

mengatakan bahwa terdapat pula rasul dari golongan jin 145 , tetapi itu dikhususkan bagi bangsa mereka saja. Sangat rasional bila para Rasul dan para Nabi itu berasal

dari bangsa manusia, tapi cakupan mereka juga diperuntukan bagi bangsa jin. Kemudian hal tersebut dijadikan pengikraran bagi kebenaran dakwah para Rasul untuk tiap-tiap kaumnya menjelma dalam syahadat, yang biasa disebut dengan syahadat Rasul, sehingga kalimat syahadat tauhid serta syahadat Rasul disebut pula

. J alaludd in As -S u yu ti, L a q th a l- M a rjân f i A h k âm a l-J ân , ( Be ir ut, D âr a l- Kutub a l- Ilmiya h, 1 9 8 6 ) , h al. 7 3 .

secara bersamaan dengan syahâdatain. Pengikraran dua kalimat syahadat ini menjadi aturan yang paling utama untuk dilakukan dalam Islam.

Para Nabi dan Rasul selanjutnya membaur bersama komunitasnya, mengaplikasikan segala macam perintah serta menjauhi larangan dalam kehidupan sehari- hari, terutama minimal menunaikan apa yang disebut dengan rukun Islam yang terdiri dari shalat, puasa, zakat, haji, dan tentunya diawali dengan ikrar dua kalimat syahadat.

Dua kalimat syahadat menuntut pengikrarnya menunaikan shalat sebagai aktualisasi penghambaan hanya kepada Allah ta'ala, dituntut menunaikan zakat bertujuan melahirkan rasa kesetia-kawanan sosial dengan membantu golongan the haven't melalui materil, setelah merasakan ketidak-enakan dari lapar (puasa) terlebih lagi kelaparan.

Dua kalimat syahadat juga menuntut pemeluknya menunaikan zakat tersebut sebagai aplikasi keadilan, sosial-ekonomi serta realisasi rasa solidaritas terhadap sesama manusia karena Allah ta'ala, dituntut juga untuk menunaikan ibadah haji sebagai penyempurnaannya.

Aturan Islam tersebut tidak mengenal perubahan 146 kecuali dalam masalah- masalah furu'iyyah, karakteristiknya kekal dan terus-menerus begitu adanya hingga

hari kiamat disebabkan:

1. karena Allah ta'ala menghendaki demikian.

2. karena keseimbangan aturan didalamnya mampu menjaga kemaslahatan manusia.

. S amih Ath if a l- Za en, Is la m , (Be ir ut, D a ar a l- Kutub , 1 9 8 2 ), hal. 3 3 4 .

Oleh karena itu, manusia membutuhkan wahyu serta tidak cukup bersandar pada kekuatan dan kemampuan akal fikirannya saja dalam mewujudkan tatanan hidup yang adil pada berbagai bidang serta aspeknya

Tetapi hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri, kesemuanya membutuhkan kumpulan dalam aplikasinya yang kemudian membentuk sebuah kelompok masyarakat berdasarkan tatanan Islam tersebut diatas, sehingga bisa

disebut masyarakat Islamy. Adapun masyarakat yang tidak memberlakukan tata aturan Islam disebut masyarakat non-Islamy 147 .

Masyarakat dalam bahasa Arabnya adalah ﻊـﻤﺘﳎ berasal akar katanya dari ﻊـﲨ yang mendapat tambahan huruf alif dan huruf ta 148 bermakna kumpulan bermula dari tiap- tiap sesuatu hingga menjadi banyak. Secara gramatikalnya sesuatu yang lebih

dari dua (bahkan ada yang berpendapat lebih dari satu) itu bisa disebut banyak/kumpulan, sehingga apabila ada dua orang bahkanpun tiga maka bisa disebut kumpulan orang-orang (masyarakat). Sedangkan masyarakat secara terminologi adalah: sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan (dimana agama juga termasuk salah satu unsur pembentuknya) yang

mereka anggap sama 149 . Pengertian masyarakat Islam itu berbeda dengan Negara Islam serta berbeda

dengan balad al-Islam, masyarakat Islam lebih luas cakupannya dibanding keduanya,

. Ib nu Ma n zh û r , h a l: 5 3 , Fa sl:' a in , h a r f: J im . :

. T i m k amu s b e s ar b ah as a Ind one si a , o p . c it, ha l: 5 64 .

ia bisa didapatkan dimana saja berada, sekalipun di negara kafir bila pemerintah yang bersangkutan mengizinkan dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan agama kepada pemeluknya masing-masing, seperti yang terdapat akhir-akhir ini.